Mo ashibi
Mo ashibi (毛遊び、Bahasa Yaeyama : yu asiibi) adalah pesta tradisional dalam kebudayaan masyarakat Kepulauan Ryukyu. Pesta ini sekarang sudah tidak diselenggarakan lagi semenjak Perang Dunia ke-II (1945).
Pesta diadakan dan dihadiri oleh sekelompok muda mudi yang berkumpul di sebuah tempat yang jauh dari desa. Kata mo bisa diartikan sebagai tempat terbuka atau bukit. Pesta lalu diisi dengan kegiatan bersukacita seperti menari dan menyanyi serta menjadi ajang mereka untuk mencari pasangan.
Pesta mo ashibi dianggap sebagai salah satu dari fondasi musik rakyat Okinawa. Di dalam pesta ini ditampilkan kemampuan menyanyi secara bergantian antara grup laki-laki dan perempuan (antifonal). Lagu yang dinyanyikan adalah lirik yang diimprovisasi dan seringkali bertemakan hal-hal erotis. Praktik menyanyi secara antifonal merupakan bentuk "perbincangan musik", salah satu keunikan musik rakyat Kepulauan Ryukyu. Dokumen tertua yang menuliskan tentang mo ashibi adalah "Nanto Zatsuwa" (Kumpulan Cerita dari Kepulauan Selatan) tahun 1828 tentang suatu tradisi rakyat pulau Amami, yang ditulis sebagai kakeuta.
Laki-laki dan perempuan dibagi ke dalam dua kelompok, duduk saling berhadapan dalam jarak yang tidak jauh. Mereka menyanyi diiringi petikan shamisen (sanshin), bertepuk tangan atau menepukkan tangan ke kaki mereka pada saat menyanyi. Lagu-lagu seringkali diimprovisasi di tempat, penyanyi yang menciptakan lirik yang terbagus dianggap sebagai pemenang, yang lidahnya kelu kalah.
Walau dokumen itu tak menyinggung tentang hal-hal erotis atau seks, namun pesta mo ashibi dianggap berkaitan dengan aktivitas seks muda mudi. Hal ini umum di seluruh Kepulauan Ryukyu. Menurut laporan pemerintah Jepang tahun 1894, banyak pernikahan di Okinawa ditentukan lewat mo ashibi. Hal ini diterima oleh pihak orang tua masing-masing pasangan.