Konstruktivisme Wendt

Konstruktivisme Wendt merupakan salah satu mazhab utama ilmu hubungan internasional yang kali pertama diperkenalkan oleh Nicholas Greenwood Onuf (1989)[1] yang menempatkan individu atau subyektivitas setara dengan kedudukan negara dalam membentuk karakter politik global berdasarkan tindakan individu, bukan semata-mata sifat dasar manusia. Konnstruktivisme muncul sebagai kritik dan menjadi sebuah perspektif alternatif terhadap neorealisme dan neoliberalisme yang berargumen soal ‘materialitas struktur internasional’. Kaum konstruktivis menolak argumen bahwa karakter politik internasional didasarkan pada ‘pertimbangan rasional aktor yang egois melalui perhitungan utilitarian untuk memaksimalkan posisi tawar dan keuntungan pribadi’. Berlawanan dari itu, konstruktivis memandang bahwa ‘dunia material membentuk dan dibentuk oleh tindakan individu dan interaksi yang bergantung pada norma-norma dinamis dan interpretasi epistemik terhadap dunia material’.

Mazhab ini berfokus pada tiga prinsip utama penjelasan, yakni: sosial, ideasioal, dan intersubyektivitas. Ideasional berarti menempatkan identitas yang terbentuk dari kesamaan nilai, ideologi, dan norma yang membentuk perasaan ‘kekitaan’ dan pada akhirnya memiliki kepentingan bersama. Intersubjektivitas menitikberatkan pada interaksi antar subjek yang berbeda latar belakang ide yang saling membentuk satu sama lain; atau secara teoretis, menurut Alexander Wendt[2]'properti atau karakteristik interaksi antar aktor yang menicptakan motif dan tingkah laku berdasarkan pemahaman pribadinya. Wendt (1999) juga berargumen bahwa terdapat tiga prinsip penting dalam konstruktivisme, yakni: 1) negara sebagai unit prinsipil untuk analisis teori politik, 2) fitur terpenting adalah intersubjektivitas, ketimbang material, 3) identitas dan kepentingan dibentuk oleh struktur sosial (eksogen-endogen), bukan secara eksogen dideterminasi sifat dasar manusia. Identitas mendahului kepentingan, karena aktor tidak dapat mengetahui dan menentukan yang diingininya sebelum mengetahui siapa dirinya dan dalam prosesnya menjadi sangat relatif, tergantung pada konteks kultural tertentu. Fitur terakhir adalah kondisi anarki yang dibentuk oleh negara, artinya kondisi self-help (menolong dirinya sendiri) dan power politics (kekuatan politk) lahir bukan secara kausal dari struktur anarki, melainkan proses. Menurut konstruktivis, kesamaan ide-lah yang membentuk secara praktis kepentingan aktor dan struktur sosial identitas-kepentingan. Jadi, hubungan antara anarki dan kondisi self-help serta power politics menurut realisme dimentahkan oleh kaum konstruktivis.

Referensi

  1. ^ "Constructivism: An Introduction". E-International Relations (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-30. 
  2. ^ "The Thrust of Wendtian Constructivism". E-International Relations (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-30.