Musa Asy'arie
A. Filsafat Islam Adalah Sunnah Nabi Dalam Berpikir
Jika disejajarkan dengan beberapa tokoh pemikir islam revolusioner, Musa Asy’arie sebagai seorang filosof yang multi talenta, memiliki ciri khas serta karakter tersendiri. Syyed Hossein Nasr lebih dikenal dengan aspek tasawwuf dan filsafatnya, Syyed Muhammad Naquib al-Attas dan Raji al-Faruqi lebih kental dimensai islamisasi ilmu pengetahuannya, Hassan Hanafi sangat kental dengan bobot kalam dan filsafatnya. Maka Musa Asy’arie bisa dikatakan lebih cenderung pada aspek mentalitas dan filsafat islamnya. Hal ini dapat ditelusuri dari setiap tulisan Musa yang kerap kali mendobrak kemapanan dalam aspek mentalitas melalui paradigma Filsafat Islam. “……….Sunnah Rasul dalam berpikir itu tidak lain adalah metode rasional transendental, yaitu menganalisis fakta-fakta empirik dan mengangkatnya pada kesadaran spiritual, kemudian membangun visi transenden dalam memecahkan suatu persoalan. Sunnah berpikir itu dibakukan dalam kitab al-Qur’an dan hikmah filsafat”. “Dalam praktiknya, metode filsafat islam yang rasional transendental itu, berusaha meletakkan al-Qur’an dan aqal dalam hubungan dialogis yang fungsional, tidak struktural yang subordinatif sesungguhnya fungsi al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi manusia, baik dalam berpikir, berperilaku maupun bertindak, hanya dimungkinkan jika al-Qur’an dan aqal berada dalam hubungan dialogis fungsional”. Prof. Dr. Musa Asy'arie guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, filosof Indonesia mazhab filsafat arab, sekaligus seorang pengusaha sukses dan aktif dalam berbagai organisasi. Saat ini menjabat sebagai staf ahli menteri bidang kebudayaan pada Departemen Komunikasi dan Informatika.
B. Latar Belakang Keluarga
Musa Asy’arie dilahirkan di desa Pekajangan kabupaten Pekalongan pada tanggal 31 Desember 1951, sebuah desa yang kental dengan budaya santri, juga daerah sentra produksi kain batik khas Pekalongan yang sangat terkenal. Musa dibesarkan oleh kedua orang tuanya yang menginginkan Musa menjadi seorang anak yang taat dalam hal agama. Sejak lahir Musa Asy’arie diasuh oleh ibu kandungnya Rohmi dan ayah tirinya Ali Basir. Ayah kandung Musa Ahyar bercerai dengan ibu Musa sejak Musa masih berada dalam kandungan. Sejak kecil Musa Asy’arie terbiasa dengan pola pendidikan agama yang sangat ditekankan oleh orang tuanya. Saat masih menjadi mahasiswa tingkat IV di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, saat ini telah konversi menjadi (UIN sejak 21 Juni 2004). Musa Asy’arie yang pada saat itu telah berusia kurang lebih 22 tahun, memutuskan untuk segera menikah sebagai perwujudan konsistensinya terhadap ajaran islam yang telah dipelajarinya sejak usia dini, dengan wanita idamannya (muslichah) yang merupakan teman satu fakultas, anak seorang pengusaha cor logam dari desa Batur Ceper Klaten Jawa Tengah. Muslichah merupakan sosok wanita di belakang Musa dalam dunia bisnis, yang telah berhasil mengantarkannya pada kesuksesan. Pada mulanya karir bisnis Musa dijalani secara apa adanya sesuai dengan karakter dan kepribadian seorang Musa Asy’arie. Setelah sekian lama bergelut dengan beragam pengalaman, serta usaha keras tanpa kenal menyerah. Musa Asy’arie berhasil membawa menjalin jaringan pertemanan dengan berbagai kalangan, dan mengangkat bisnis keluarganya pada tingkat Perseroan terbatas. Idealisme filsafat dan al-Qur'an yang telah mengental dalam diri Musa, mendorong Musa mengembangkan filsafat islam. Filsafat yang betul-betul lahir dari adanya motivasi spiritual dalam ayat-ayat al-Qur'an. Filsafat islam yang dikembangkannya bukan semata belajar tentang tokoh-tokoh, idelisme filsafat eropa dan lain-lain. Namun filsafat yang mendorong manusia menjadi lebih berarti dengan tetap berpedoman pada islam sebagai landasannya.
B. Latar Belakang Pendidikan
Pada tahun 1959 Musa Asy’arie mengawali dunia pendidikannya dengan belajar di bangku Sekolah Rakyat di desanya, namun selanjutnya pendidikan setingkat sekolah dasar ini diselesaikan di tempat lain yakni Sekolah Dasar Muhammadiyah Ambukembang Pekajangan Pekalongan. Pada saat usai merampungkan pendidikan dasarnya, orang tua Musa Asy’arie menginginkan ia belajar mendalami agama di pesantren, namun Musa berkeinginan menyelesaikan sampai tamat SMP dulu sebelum belajar di pesantren. Selanjutnya Musa pernah merasakan studi di SMP Muhammadiyah Ambukembang namun tidak sampai selesai. Pada saat Musa kelas dua, dia dipindahkan oleh orang tuanya di lingkungan pesantren Termas Pacitan Jawa Timur, dengan alasan kondisi lingkungan di desanya yang tidak baik bagi perkembangan intelektual dan keagamaan di tempat tinggal Musa. Lingkungan “Pesantren Termas” merupakan tempat pendidikan yang dapat merubah pola pikir, pola perilaku, dan sikap Musa Asy’arie dalam belajar. Musa berubah dari seorang anak pendiam dan pemalu menjadi seorang anak yang berani dan pandai dalam bergaul serta aktif dalam kegiatan diskusi. Suasana pendidikan dan budaya yang berkembang dalam dunia pesantren inilah, yang berpengaruh pada sikap dan cara pandang Musa dalam menapaki kehidupan. Musa pernah berkeinginan melanjutkan studi pada Perguruan Tinggi di kota Bandung, dengan dorongan semangat dan ketertarikan kota Bandung yang banyak mewarnai sejarah Indonesia dengan para tokohnya yang berasal dari Bandung. Dengan memohon restu dari kedua orang tuanya, Musa berangkat ke Bandung dengan persiapan seadanya. Namun mencari pergurun tinggi sambil berjuang hidup di kota Bandung tidak semudah yang dibayangkan Musa. Akhirnya Musa kembali pada orang tuanya dan berusaha melanjutkan studi di kota Yogyakarta. Musa memasuki Perguruan Tinggi sebagai mahasiswa pada fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dari sinilah kehidupan karir dan intelektul Musa mulai diasah secara matang sebagai mahasiswa dan aktifis kampus, sekaligus seorang wiraswastawan ulung, yang berhasil dalam mewarnai belantika perekonomian sektor swasta nasional.
C. Organisasi, Karir Bisnis dan Intelektual
Musa aktif dalam berbagai organisasi intelektual dan bisnis swasta nasional. Beberapa PT yang menjalin kerja sama dengan usaha cor logam koperasi di desanya antara lain: PT Bukaka Teknik Utama (Jakarta), PT Agrindo (Surabaya), PT Myanmar Diesel Indonesia (Jakarta), PT Ebara (Jakarta). Pada tahun 1991 Musa pernah mendapatkan anugerah dari pemerintah berupa Penghargaan Upakarti yang didapatkan dari hasil kerja kerasnya di bidang bisnis. Sebelumnya Musa pernah juga mengabdi pada almamaternya sebagai tenaga dosen jurusan filsafat di fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta. Sejak tahun 1975, Musa sudah menjadi asisten dosen, serta tamat pendidikan sarjana lengkapnya pada tahun 1977. Juga sebagai guru besar madya dan direktur Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Direktur LESFI. Direktur utama PT Sankyo Kurnia Indonesia (perusahaan cor logam patungan antara Indonesia jepang). Direktur Utama PT. KURNIA KALAM SEMESTA. Direktur Utama PT Sataka Tirta Kurnia. Direktur Utama PT Supra Kurnia Otomotif. Direktur Utama PT Itokon Ceperindo. Pengurus HIPIIS dan ICMI Yogyakarta. Ketua Yayasan Kalam Semesta. Ketua Yayasan Maju Sejahtera Bersama. Ketua Yayasan Hatta Fajar. Anggota Dewan Direksi LP3Y. Ketua Bidang Industri Kecil APLINDO (Asosiasi Pengecoran logam Indonesia). Saat ini masih menjabat sebagai pimpinan perusahaan cor logam di daerah Batur Ceper Klaten Jawa Tengah, dari hasil pernikahannya Musa dikaruniai tiga orang anak (Fadli, Faza, Fiki), dan telah berhasil mengantarkan mereka sebagai pengusaha muda yang berhasil dan sukses dalam kancah bisnis Indonesia. Musa juga masih mengabdikan dirinya sebagai pengajar pada program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat ini bekerja dalam jajaran kabinet Indonesia Bersatu sebagai penasihat menteri bidang Sosial Budaya & Peran Masyarakat, pada DEPKOMINFO (Departemen Komunikasi & Informatika). Pernah juga menjabat sebagai penasehat menteri perindustrian. Beliau juga membuka Sekolah Bisnis Indonesia (SBI) di Sleman Yogyakarta. Beliau juga mendirikan usaha Percetakan dan Penerbitan Kurnia Kalam Semesta. Baru-baru ini juga mendirikan Yayasan "PADMA JOGJATAMA", yang diprakarsai oleh beliau dan para koleganya dari berbagai latar belakang. Bergerak dalam bidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan. Serta difokuskan pada arah pendidikan masyarakat Indonesia. Dalam yayasan ini beliau menjabat sebagai Dewan Pembina. Dalam masa yang akan datang, yayasan ini akan membuka jaringan luas di berbagai kawasan baik di Indonesia maupun di mancanegara.
NO | NAMA PERUSAHAAN | JABATAN | JABATAN | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
01 | LESFI (Lembaga Studi Filsafat Islam) | Direktur | PT | |||||||||||
02 | Sankyo Kurnia Indonesia | Direktur Utama | PT | – | 03 | Kurnia Kalam Semesta | Direktur Utama | PT | – | 04 | Sataka Tirta Kurnia | Direktur Utama | PT | – |
|–
| 05
| Supra Kurnia Otomotif
| Direktur Utama
| PT
|–
| 06
| Itokon Ceperindo
| Direktur Utama
| PT
|–
| 07
| Kalam Semesta
| Ketua
| Yayasan
|–
| 08
| Maju Sejahtera Bersama
| Ketua
| Yayasan
|–
| 09
| Hatta Fajar
| Ketua
| Yayasan
|–
| 10
| LP3Y
| Anggota Dewan DirekSI
| PT
|–
| 11
| Aplindo
| Ketua
| PT
|–
| 12
| Padma Jogjatama
| Dewan Pembina
| Yayasan
|–
| 13
| Baja Kurnia
| Direktur Utama
| PT
|}
D. Tulisan-tulisan Ilmiah dan Buku Karya Musa Asy’rie
Tidak hanya jiwa wiraswasta saja yang berkembang pesat dalam diri Musa, sebagai seorang intelektual kampus Musa juga berkarya dalam bidang tulisan ilmiah. Dimulai dari karya skripsi, tesis, desertasi dan tulisan-tulisan Musa yang tersebar dalam berbagai media massa. Ada juga yang tersusun dalam bentuk buku baik sebagai penulis maupun sebagai editor. Ide dan gagasan-gagasan Musa Asy’arie kerapkali merambah secara nakal dalam bidang filsafat, budaya, politik, pendidikan, dan Islam. Berikut sebagian kecil dari tulisan-tulisan ilmiah Musa Asy’arie :
NO | JUDUL TULISAN | TAHUN TERBIT | KETERANGAN |
---|---|---|---|
01 | Peranan Etika Dalam Pembangunan Manusia Seutuhnya | 1977 | Karya Skripsi (Strata Satu)Tidak diterbitkan |
02 | Islam, Kebebasan dan Perubahan Sosial | 1986 | Sebagai editor |
03 | Agama, Kebudayaan dan Pembangunan Menyongsong Era Industrialisasi | 1988 | Sebagai editor |
04 | Pemuda dan Perkembangan IPTEK dalam Persperktif Agama | 1989 | Sebagai editor |
05 | Manusia Sebagai Pembentuk Kebudayaan dalam Al-quran | 1991 | Karya desertasi (Magister)Diterbitkan oleh Penerbit LESFI |
06 | Jalan Islami dalam Peta Kebudayaan, dalam Dinamika Budaya dan Politik dalam Pembangunan | 1991 | Diterbitkan oleh Penerbit LESFI |
07 | Filsfat Islam: Suatu Tinjauan Ontologis, dalam Irma Fatimah (ed.), Filsafat Islam: kajian Ontologis, Epistemologis, Aksiologis, Historis Prospektif | 1992 | Diterbitkan oleh Penerbit LESFI |
08 | Konsep Qur’anik tentang Strategi Kebudayaan, dalam Abdul Basir Solissa (ed.), Alquran dan Pembinaan Budaya: Dialog dan Transformasi | 1993 | Diterbitkan oleh Penerbit LESFI |
09 | Menyelami Kebebasan Manusia (Telaah Kritis Terhadap Konsepsi al-Qur’an) | 1993 | Karya Prof. Dr. Musa Asy'arie dan Prof.Dr.Machasin Diterbitkan oleh Penerbit INHIS dan PUSTAKA PELAJAR |
10 | Islam Etos Kerja dan Budaya Jawa, dalam Ruh Islam dan Budaya Bangsa: Aneka Budaya di Jawa | 1996 | Diterbitkan oleh Penerbit LESFI |
11 | Islam Etos Kerja dan Pemberdayaan Umat | 1997 | |
12 | Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir | 1999, 2000, 2001 | Diterbitkan oleh Penerbit LESFI |
13 | Filsafat Islam tentang Kebudayaan | 1999, 2001, 2002 | Diterbitkan oleh Penerbit LESFI |
14 | Keluar Dari Krisis Multi Dimensional | 2001 | Diterbitkan oleh Penerbit LESFI |
15 | Absurditas Politik Kekuasaan | 27 Juni 2001 | Tulisan lepas dalam Harian KOMPAS |
16 | Reformasi Sampai Mati, Telah Mati, atau Harus Mati | 24 Juli 2001 | Tulisan lepas dalam Harian KOMPAS |
17 | Menggagas Revolusi Kebudayaan Tanpa Kekerasan | 2002 | Editor Saifuddin Zuhri. Diterbitkan oleh Penerbit LESFI |
18 | Presiden Megawati dan Tantangan Negara Kesatuan | 04 September 2002 | Tulisan lepas dalam Harian KOMPAS |
19 | Agama, Negara, dan Korupsi | 2002 | Tulisan makalah yang dipresentasikan dalam bahasa Inggris, di Den Haage – Belanda. Dalam Forum INFOC-II |
20 | Reformasi dan Pembusukan Birokrasi Kekuasaan | 22 Januari 2002 | Tulisan lepas dalam Harian KOMPAS |
21 | Piagam Jakarta, Demokrasi Kebudayaan, dan Pendidikan Agama | 22 April 2002 | Tulisan lepas dalam Harian KOMPAS |
22 | Memecah Kebekuan Pendidikan dalam Gundukan Es 28 Mei 2002 | 28 Mei 2002 | Tulisan lepas dalam Harian KOMPAS |
23 | Pendidikan Sekolah Kita Anti Realitas 09 Juli 2002 | 09 Juli 2002 | Tulisan lepas dalam Harian KOMPAS |
24 | Dialektika Agama Untuk Pembebasan Spiritual | 2001, 2005 | Diterbitkan oleh LESFI |
25 | NKRI, Budaya Politik | 2005 | Diterbitkan oleh LESFI |
26 | Islam Keseimbangan | 2005 | Diterbitkan oleh LESFI
[1]
Kesalahan pengutipan: Tag |
- ^ Nashruddin Anshoriy, Ch. Berjuang Dari Pinggir: Potret Kewiraswastaan Musa Asy'arie. Jakarta: LP3ES, 1995