Lokomotif B13

salah satu lokomotif uap di Indonesia
Revisi sejak 10 Februari 2018 12.59 oleh Bala Arizalu (bicara | kontrib) (update data)

Lokomotif B 13 dengan susunan roda 2-4-0T merupakan lokomotif yang memiliki silinder berdimensi 380 mm X 500 mm dengan roda penggerak berdiameter 800 mm. Berat keseluruhan 27 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 60 km/jam. Lokomotif B 13 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara.[1]

Lokomotif B13
Berkas:B13 04.jpg
B13 / SS99 / SS74
Jenis dan asal
Sumber tenagaUap
ProdusenHanomag Jerman
Nomor seriB13 / SS99 / SS74
ModelB13
Tanggal produksi1879-1886
Jumlah diproduksi11
Data teknis
Konfigurasi:
 • Whyte2-4-0T
 • AARB
 • UICB
Lebar sepur1.067 mm
Diameter roda1320 mm
Jenis bahan bakarKayu / batu bara
Jumlah silinder380 X 500 mm
Performansi
Daya mesin255 hp

Sejarah

Jalan rel rute YogyakartaMaosCilacap (176 km) dibangun oleh perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) dan diresmikan pada tahun 1887. Pembangunan jalan rel tersebut dilatarbelakangi oleh adanya dua kepentingan, yaitu kepentingan ekonomi dan pertahanan militer. Kepentingan ekonomi berkaitan dengan kebutuhan pengangkutan hasil-hasil perkebunan dari kota Purworejo atau kota Yogyakarta ke pelabuhan Cilacap sebagai salah satu pintu gerbang ekspor ke Eropa. Selain itu, kereta api juga digunakan untuk kepentingan angkutan militer pemerintah Hindia Belanda yang berada di kota Cilacap. Jalan rel ini juga digunakan untuk angkutan militer (terdapat benteng pertahanan militer di kota Cilacap yang didirikan pada tahun 1879). Dengan demikian, kedudukan benteng militer ini bernilai strategis bagi pemerintah Hindia Belanda dalam mengamankan ekspor hasil perkebunan. Untuk melayani rute rute YogyakartaMaosCilacap (176 km), SS mendatangkan 11 lokomotif uap bernomor seri SS99 / SS74 atau B 13 dari pabrik Hanomag (Jerman) pada tahun 1886. Kereta api berperan besar dalam perdagangan hasil pertanian dan perkebunan sehingga menjadikan pelabuhan Cilacap sebagai pelabuhan yang ramai di pulau Jawa pada tahun 1909 - 1930. Selain digunakan untuk menarik gerbong barang, lokomotif ini juga digunakan untuk menarik rangkaian kereta penumpang. Pada tahun 1929, SS melakukan konservasi pada lokomotif ini yaitu melakukan penggantian boiler lama dengan boiler baru. Pada tahun 1941, sebagian lokomotif ini dipindahkan operasionalnya ke jalan rel milik SS yang lain yaitu pada rute Tanah Abang - Duri - Tangerang (21 km).

Setelah Perang Dunia II berakhir, lokomotif ini tersebar di dipo lokomotif Tanah Abang, Purwakarta, Cirebon dan Mojokerto. Dari 11 lokomotif B 13, saat ini masih tersisa 1 lokomotif B 13, yaitu B 13 04. B 13 04 dipajang di depan jalan masuk ke stasiun Cirebon (Jawa Barat).

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Prayogo, Yoga Bagus. Prabowo, Yohanes Sapto. Radityo, Diaz. 2017. Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Jogja Bangkit Publisher, Yogyakarta.

Pranala luar