Paradoks gagak
Paradoks gagak, atau Paradoks Hempel, Gagak Hempel, atau paradoks ornitologi dalam,[1] adalah sebuah paradoks yang muncul dari pertanyaan apa yang membenarkan bukti dari sebuah pernyataan. Mengamati benda-benda bukan hitam dan bukan gagak secara formal dapat meningkatkan kemungkinan bahwa semua burung gagak berwarna hitam meskipun, secara intuitif, pengamatan ini tidak terkait.
Masalah ini diajukan oleh ahli logika Carl Gustav Hempel pada tahun 1940-an untuk menggambarkan kontradiksi antara logika induktif dan intuisi.[2]
Paradoks
Hempel menggambarkan paradoks ini dalam term hipotesis:[3][4]
- (1) Semua gagak hitam.
Melalui kontraposisi, pernyataan ini ekuivalen dengan:
- (2) Jika ada sesuatu yang tidak hitam, maka itu bukan gagak.
Dalam semua situasi di mana (2) benar, (1) juga benar—dan juga, dalam semua situasi di mana (2) salah (yaitu, jika dibayangkan sebuah dunia dimana tidak ada sesuatu yang berwarna hitam, tetapi ada gagak), (1) juga salah.
Dengan pernyataan umum seperti semua gagak berwarna hitam, sebuah bentuk pernyataan serupa yang mengacu pada contoh spesifik dari kelas umum biasanya dianggap sebagai bukti untuk pernyataan umum tersebut. Sebagai contoh,
- (3) Burung gagak peliharaan saya tak lagi hitam
adalah bukti pendukung hipotesis bahwa semua gagak berwarna hitam.
Paradoks muncul saat proses yang sama diterapkan pada pernyataan (2). Saat melihat apel hijau, seseorang dapat mengamati:
- (4) Apel hijau ini tidak hitam, dan bukan gagak.
Dengan penalaran serupa, pernyataan ini adalah bukti bahwa (2) jika ada sesuatu yang tidak hitam maka itu bukan seekor gagak. Tapi karena (seperti di atas) pernyataan ini secara logis setara dengan (1) semua burung gagak berwarna hitam, maka hasil pengamatan apel hijau adalah bukti yang mendukung gagasan bahwa semua burung gagak berwarna hitam. Kesimpulan ini nampaknya paradoks, karena menyiratkan bahwa informasi tentang gagak bisa diperoleh dengan melihat apel.
Penyelesaian yang diajukan
Kriteria Nicod mengatakan bahwa hanya pengamatan burung gagak yang seharusnya mempengaruhi pandangan seseorang tentang apakah semua burung gagak itu hitam. Mengamati lebih banyak contoh gagak hitam harus mendukung pandangan tersebut, mengamati gagak berwarna putih atau berwarna lain selain hitam harus membantahnya, dan pengamatan non-gagak tidak akan berpengaruh.[5]
Kondisi kesetaraan Hempel menyatakan bahwa ketika sebuah proposisi, X, memberikan bukti yang mendukung proposisi lain Y, maka X juga memberikan bukti yang mendukung proposisi apapun yang secara logis setara dengan Y.[6]
Secara realistis, himpunan gagak itu terbatas. Himpunan barang non-hitam tidak terbatas atau diluar penghitungan manusia. Untuk mengkonfirmasi pernyataan 'Semua burung gagak itu hitam', perlu mengamati semua burung gagak. Ini sulit tapi mungkin. Untuk mengkonfirmasi pernyataan 'Semua benda non-hitam itu bukan burung gagak', perlu untuk memeriksa semua hal yang tidak hitam. Ini tidak mungkin. Mengamati seekor burung gagak hitam bisa dianggap sebagai bukti konfirmasi yang terbatas, namun mengamati seekor burung gagak yang tidak hitam akan menjadi bukti infinitesimal.
Paradoks tersebut menunjukkan bahwa kriteria Nicod dan kondisi kesetaraan Hempel tidak saling konsisten. Sebuah resolusi untuk paradoks harus menolak setidaknya satu dari:[7]
- kejadian negatif tidak berpengaruh (!PC),
- kondisi ekuivalen (EC), atau,
- validasi dengan contoh positif (NC).
Resolusi yang memuaskan juga harus menjelaskan mengapa secara naif nampaknya merupakan sebuah paradoks. Solusi yang menerima kesimpulan paradoks dapat melakukan hal ini dengan menghadirkan sebuah proposisi yang secara intuitif kita ketahui salah, tapi mudah dicampuradukan dengan (PC), sementara solusi yang menolak (EC) atau (NC) harus menyajikan sebuah proposisi yang secara intuitif kita ketahui akan menjadi benar tapi itu mudah dicampuradukan dengan (EC) atau (NC).
Menerima non-gagak secara relevan
Meskipun kesimpulan paradoks ini nampaknya kontra-intuitif, beberapa pendekatan menerima bahwa pengamatan terhadap non-gagak (berwarna) sebenarnya bisa merupakan bukti yang benar untuk mendukung hipotesis mengenai (kehitaman universal) burung gagak.
Penyelesaian Hempel
Hempel sendiri menerima kesimpulan paradoks tersebut, dengan penalaran bahwa alasan mengapa hasilnya tampak paradoks adalah karena kita memiliki informasi sebelumnya yang dengannya (informasi itu) pengamatan non-gagak dan non-hitam memang akan memberi bukti bahwa semua burung gagak itu berwarna hitam.
Dia menggambarkan hal ini dengan contoh generalisasi "Semua garam natrium terbakar kuning," dan meminta kita untuk mempertimbangkan pengamatan yang terjadi saat seseorang memegang sebatang es murni dengan api tidak berwarna yang tidak menjadi kuning:[3]
Hasil ini akan mengkonfirmasi penegasan, "Apapun yang tidak terbakar kuning bukanlah garam natrium," dan akibatnya, berdasarkan kondisi ekuivalen, ia akan mengkonfirmasi formulasi aslinya. Mengapa hal ini membuat kita terkesan bahwa ini paradoks? Alasannya menjadi jelas ketika kita membandingkan situasi sebelumnya dengan kasus percobaan di mana benda yang konstitusi kimianya belum diketahui kita dipegang dalam nyala api dan gagal mengubahnya menjadi kuning, dan jika analisis selanjutnya menunjukkan bahwa tidak mengandung garam natrium. Hasil ini, kita pasti tidak setuju, adalah apa yang diharapkan berdasarkan hipotesis ... sehingga data yang diperoleh di sini merupakan bukti konfirmasi untuk hipotesis tersebut. ... Dalam kasus konfirmasi yang tampaknya paradoks, kita sering tidak benar-benar menilai hubungan bukti yang diberikan, E sendiri terhadap hipotesis H ... kita diam-diam memperkenalkan perbandingan H dengan bukti yang terdiri dari E bersamaan dengan sebuah jumlah tambahan informasi yang kebetukan kita miliki; Dalam ilustrasi kami, informasi ini mencakup pengetahuan (1) bahwa zat yang digunakan dalam percobaan adalah es, dan (2) bahwa es tidak mengandung garam natrium. Jika kita menganggap informasi tambahan ini seperti yang diberikan, maka, tentu saja, hasil percobaan tidak dapat menambah kekuatan hipotesis yang sedang dipertimbangkan. Tapi jika kita berhati-hati untuk menghindari referensi diam-diam ini terhadap pengetahuan tambahan ... paradoksnya lenyap.
Lihat pula
Catatan
- ^ Satosi Watanabe (1969). Knowing and Guessing: A Quantitative Study of Inference and Information. New York: Wiley. ISBN 0-471-92130-0. LCCN 68-56165.Sect.4.5.3, p.183
- ^ Fetzer, James (2016). Zalta, Edward N., ed. The Stanford Encyclopedia of Philosophy. Metaphysics Research Lab, Stanford University – via Stanford Encyclopedia of Philosophy.
- ^ a b Hempel, C. G. (1945). "Studies in the Logic of Confirmation I" (PDF). Mind. 54 (13): 1–26. doi:10.1093/mind/LIV.213.1. JSTOR 2250886.
- ^ Hempel, C. G. (1945). "Studies in the Logic of Confirmation II" (PDF). Mind. 54 (214): 97–121. doi:10.1093/mind/LIV.214.97. JSTOR 2250948.
- ^ Nicod telah mengusulkan bahwa, sehubungan dengan hipotesis bersyarat, contoh anteseden mereka yang juga merupakan contoh konsekuensinya mengkonfirmasi; contoh anteseden mereka yang bukan contoh konsekuensi mereka menolaknya; dan non-instantiasi anteseden mereka bersifat netral, baik mengkonfirmasi atau pun tidak mengkonfirmasi. Stanford Encyclopedia of Philosophy
- ^ Swinburne, R. (1971). "The Paradoxes of Confirmation – A Survey" (PDF). American Philosophical Quarterly. 8: 318–30.
- ^ Maher, P. (1999). "Inductive Logic and the Ravens Paradox". Philosophy of Science. 66 (1): 50–70. doi:10.1086/392676. JSTOR 188737.
Referensi
- Franceschi, P. The Doomsday Argument and Hempel's Problem, English translation of a paper initially published in French in the Canadian Journal of Philosophy 29, 139-156, 1999, under the title Comment l'urne de Carter et Leslie se déverse dans celle de Hempel
- Hempel, C. G. A Purely Syntactical Definition of Confirmation. J. Symb. Logic 8, 122-143, 1943.
- Hempel, C. G. "Studies in the Logic of Confirmation (I)" Mind 54, 1-26, 1945.
- Hempel, C. G. "Studies in the Logic of Confirmation (II)" Mind 54, 97-121, 1945.
- Hempel, C. G. "Studies in the Logic of Confirmation". In Marguerite H. Foster and Michael L. Martin, eds. Probability, Confirmation, and Simplicity. New York: Odyssey Press, 1966. 145-183.
- Whiteley, C. H. (1945). "Hempel's Paradoxes of Confirmation". Mind. 54: 156–158. doi:10.1093/mind/liv.214.156.
Pranala luar
- (Inggris) "Hempel's Ravens Paradox", PRIME (Platonic Realms Interactive Mathematics Encyclopedia). Retrieved November 29, 2010.