Kabupaten Tolikara

kabupaten di Provinsi Papua Pegunungan, Indonesia
Revisi sejak 14 April 2018 10.28 oleh Wenam (bicara | kontrib) (Ellamech)

SEJARAH KABUPATEN TOLIKARA

sejarah-toli1Menurut sejarah, pengembangan Kabupaten Tolikara dapat dilihat pada tiga periode yang berbeda yakni periode masa lampau, periode pendudukan kolonial dan periode globalisasi. Menurut para sejarahwan masa lampau bahwa Awal mula perkembangan penduduk Tolikara datang dari bagian Timur pengunungan tengah Papua tepatnya dari Kurima Wamena Jayawijaya hingga menyebar ke beberapa daerah bagian Barat,bagian Selatan,dan bagian Utara di pengunungan tengah Papua. pada masa itu penduduk Tolikara hidup menyebar di seluruh daerah Tolikara,kondisi hidup menyebar itu membuat penduduk Tolikara tidak memiliki seorang pemimpin yang bisa memimpin penduduk Tolikara seluruhnya. Namun di masing – masing komunitas memiliki seorang pemimpin yang di beri nama dengan “Nagawan dan Duma” diberi nama Nagawan karena ia seorang panglima perang yang mampu bertahan dan melawan dalam medan pertempuran peperangan yang datang dari luar maupun dari dalam,kemudian Duma karena selain ia sebagai seorang panglima perang ia juga seorang pendamai dan penolong pada saat perang maupun pada saat orang mengalami kesulitan. Kepercayaan penduduk Tolikara pada masa itu mempercayai animisme percaya pada gunung,dan lainnya.

Pada tahun 1950 Nederlandse Nieuw Guinea ( Tanah Papua) masih di kuasai oleh pemerintahan Kolonial Belanda, di daerah pesisir pantai telah di kuasai dengan baik, Namun di daerah pendalam pengunungan tidak dikuasai secara keseluruhan oleh pemerintah Belanda dengan pusat pemerintahan provinsi di kota Hollandia (Jayapura). Pada waktu Perang Dunia Kedua,Anggkatan Laut Amerika Serikat masuk daerah Hollandia (jayapura) untuk mengusir tentara Jepang(1930an). Diantara anggota Anggatan Laut itu terdapat seorang bernama Paul Gesswein,hatinya terharu waktu dia melihat dan faham bahwa di pendalam Nieuw Guinea (Papua) terdapat ribuan orang yang belum di jangkau oleh pemerintahan Provinsi Nederlandse Nieuw Guinea (tanah Papua). Paul Gesswein Sesudah pemberhentiannya dari Anggkatan Laut AS Ia mempersiapkan diri kembali ke Nieuw Guinea dengan misi menjangkau orang pendalaman Nieuw Guinea dengan membawa Ajaran Agama Nasrani. Di bawah naugan organisasi penyebaran ajaran Agama Nasrani RBMU (Region Beyond Missionary Union) dibentuk sejak 1878 yang berpusat di Amerika Serikat mengutus dua orang Paul Gesswein bersama istrinya Joy dan Bill Widbin bersama istrinya Mary dari Amerika Serikat untuk berangkat ke Nederlandse Nieuw Guinea (Tanah Papua) dengan mengunakan kapal laut hingga tiba di pelabuhan Hollandia (Jayapura),12 Pebruari 1954.

peta dan suku lani Peta dan Suku Lani Setibahnya di Hollandia kedua Misionaris ini bergabung dengan organisasi lain yang sudah lebih dulu membuka pelayanan penyebaran ajaran nasrani diantaranya UFM(GKI),CAMA(KATOLIK),ABMS (BAPTIS),pada masa itu organisasi CAMA sudah mempunyai pesawat,sehingga dengan bantuan CAMA Paul gesswein dan Widbin bersama tim CAMA 19 orang mengunakan pesawat kapal Sealand MAF dengan pilot Ed Ulrich tibah di sugai Balim dekat Hitigima. Pada 28 Januari 1955 rombongan itu mulai jalan kaki hingga tiba di Pyramid,selanjutnya berjalan kaki tiba di Walak melanjutkan perjalanan lagi hingga menemukan danau Archbold (Aanagom Nggwok) 21 Peb 1955. Setelah melihat danau ini bisa di jadikan sebangai pusat lending pesawat Piper Pacer sehingga danau ini di jadikan sebangai pusat mengangkut kebutuhan sehari-hari dan lainnya,tidak lama kemuadian mereka tibah di tanah Bokondini di sambut baik oleh penduduk Bokondini,dan dengan bantuan penduduk setempat mereka membuka lapangan terbang dalam kurun waktu lima minggu, dan lapagan terbang tersebut selesai.pada 5 juni 1956. Untuk pertama kalinya pilot dave Streiger (Yoramori diberinama orang Lani) turun bersama orang Departemen Penerangan Cipil Belanda menyetujui pemakaian lapangan itu.

Gesswein bersama Widbin Usai membuka lapangan terbang di Bokondini mereka mendengar cerita dari penduduk Bokondini bahwa di sebelah gunung arah barat ada lembah lebih luas dan didiami orang Toli. setelah menerima cerita itu Kedua Misionaris tersebut berkomitmen melakukan survey ke daerah Toli dengan berjalan kaki dari Bokondini hingga tibah di Karubaga menemui penduduk Kondaga (Karubaga) dan kehadiran mereka di sambut sangat baik oleh ratusan lebih warga Kondaga (Karubaga) pada bulan April tahun 1957. Karena di antara orang Toli pernah melihat dan ikut mengerjakan Lapangan Terbang Bokondini sehingga penduduk kondaga telah memperoleh informasih lebih awal bahwa ada orang kulit putih berada di bokondini dan suatu saat mereka pasti akan datang di daerah Toli,informasi awal baik itulah yang membuat kedua misionaris itu disambut sangat baik oleh penduduk kondaga (Karubaga).

sejarah-tolikara

Daerah Karubaga awalnya bernama daerah Kondaga, namun Nama karubaga muncul ketika kedua misionaris Gesswein bersama Widbin tibah di Karubaga, saat itu penduduk Karubaga menyambut mereka dengan kata Kar karubaga,dalam bahasa orang Lani Kar artinya Kamu Karubaga artinya Jalanmu jadi pada saat warga kondaga menyambut mereka dengan kata Kar karubaga dengan maksud warga kondaga bahwa kamu bisa jalan dengan bebas jagan takut anggap saja jalan ini jalan milikmu sehingga kedua misionaris tersebut langsung mengabadikan kata itu dengan menamai daera ini Karubaga sehingga nama daerah ini awalnya kondaga berubah menjadi Karubaga. Gesswein dan Widbin sengaja meruba nama daerah ini menjadi karubaga untuk mengenang sejarah tentang jasa baik penyambutan warga kondaga sehingga sampai saat ini kita masih mengunakan nama kota ini Karubaga. Dengan bantuan penduduk Karubaga Gesswein dan Widbin membuka lapangan terbang Karubaga,dan lapangan terbang tersebut dikerjakan dengan swadaya penduduk karubaga dalam waktu enam minggu sehingga pada 5 juni 1957 pesawat MAF pertama kalinya mendarat di Karubaga.

Selama Pemerintahan Kolonial Belanda menguasai daerah Papua,selama itu Pemerintahan Belanda belum membuka pos di daerah Toli,kecuali di lembah balim wamena,dan di beberapa tempat di papua lainnya. sejak RBMU tiba di daerah Toli,organisasi pengembangan ajaran agama nasrani ini mengembangkan pelayanan di daerah Toli (Karubaga,Kanggime,Mamit/Kembu)

Pada akhir tahun 1962 Tanah Papua sudah masuk dalam masa transisi,sejak 01 Oktober 1962 kedaulatan Pemerintahan Belanda atas tanah Nederlands Neuw Guinea (tanah Papua) diserahkan kepada PBB (Perserikatan Bangsa – Bangsa),dan masa peralihan itu dipegang penuh dibawah pimpinan UNTEA. Pada 01 Mei 1963 tanah Papua resmi bergabung dengan Negara Republik Indonesia,sehingga Pemerintahan Negara Republik Indonesia membentuk 9 (Sembilan) Kabupaten di Tanah Papua didalamnya termasuk Kabupaten Jayawijaya dengan pusat pemerintahan Provinsi papua (Provinsi Irian Jaya) di Jayapura. Sejak itu pula Pemerintah Kabupaten Jayawijaya membuka pos (Distrik/Kecamatan) baru di daerah pengunungan Papua (pengunungan Irian Jaya)termasuk juga membuka Distrik baru Karubaga,dengan diangkatnya Imam soewardi orang suku jawa pertama menjadi kepala distrik/camat pada bulan Desember 1965.

Siswa Alkitab pertama

Selama 37 tahun daerah Toli yang lebih luas ini dilayani dengan sebuah Distrik (Kecamatan)Karubaga, untuk melakukan pelayanan ke kampung-kampung pemerintah distrik mengalami kesulitan sehingga pemerintah Kabupaten Jayawijaya membuka Pos pembantu di kanggime guna memperpendek rentang kendali pelayanan masyarakat. Sejak Distrik Karubaga di bentuk dibantu dengan sebuah pos pembantu di kanggime selama itu Pembangunan Infrastruktur dasar,peningkatan perekonomian warga,dan pelayanan kesehatan,serta peningkatan mutu pendidikan di daerah Toli tidak menunjukkan kemajuan yang meningkat,jutru daerah ini tergolong tertinggal jauh dari daerah lain di Indonesia yang sudah maju. Karenanya beberapa tokoh Politikus asal daerah Toli yang sudah pernah dan masih aktif menjadi Anggota DPRD Jayawijaya dan beberapa tokoh Pemerintah yang masih aktif menjadi PNS bersama beberapa Tokoh masyarakat Toli berjuang membentuk sebuah Kabupaten baru untuk dimekarkan dari Kabupaten induk Jayawijaya,sehingga pada tahun 2002 berdasarkan Undang – undang Otonomi Khusus bagi Provinsi papua No.21 tahun 2001. Maka melalui Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua terbentuk.

Keadaan Geografi

Berkas:Kabupaten Tolikara Papua bila di lihat dari salah 1 Distrik (Kecamatan Duga).jpeg
Kabupaten Tolikara Papua bila di lihat dari bukit di Distrik Duga

Kabupaten Tolikara memiliki luas wilayah 14.564 km2 yang terbagi menjadi 35 kecamatan dengan Karubaga sebagai ibukota kabupaten. Kabupaten ini memiliki penduduk sebanyak 54.821 jiwa (2003). Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Sarmi di sebelah utara, Kabupaten Jayawijaya di sebelah Selatan, Kabupaten Puncak Jaya di sebelah barat dan Kabupaten Jawawijaya di sebelah Timur. Dari ke-35 distrik yang ada (Karubaga, Kanggime, Kembu dan Bokondini), hanya distrik Karubaga dan Kanggime yang dapat dijangkau melalui udara dan jalan darat. Melalui udara, Distrik Karubaga atau Kanggimi dapat dicapai dari Wamena dalam waktu sekitar 20 menit.[1]

Perekonomian

Kontribusi utama perekonomian daerah ini datang dari pertanian. Di daerah pedalaman yang merupakan ulayat mereka secara turun temurun, kegiatan pertanian dilakukan secara tradisional. Lahan tanaman bahan pangan sebagian besar ditanami ubi jalar. Tanaman rambat ini memang merupakan makanan pokok penduduk kabupaten ini. Sentra penghasil ubi jalar berada di Distrik Karubaga. Sama seperti daerah lain di Papua, babi merupakan ternak utama masyarakat. Karubaga dan Kanggime merupakan distrik yang terbanyak memelihara ternak ini.

Tolikara juga merupakan daerah penghasil batu gamping yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan semen.h Potensi batu gamping mencapai jutaan ton kubik menyebar dari Tolikara sampai Yahukimo dan Jayawijaya.

Pembagian Administrasi

Berkas:Peta Infrastruktur Kabupaten Tolikara (2012).gif
Peta Infrastruktur Kabupaten Tolikara (2012)

Kabupaten Tolikara terdiri dari 35 distrik. Berikut ini merupakan nama distrik di Kabupaten Tolikara.

Pemekaran Daerah

Berkas:Karubaga Tolikara 1.JPG
Karubaga, Tolikara

Kabupaten Baliem Center

Kabupaten ini akan dimekarkan dari Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Lanny Jaya. Distrik yang mungkin bergabung ke dalam kabupaten ini meliputi :

Dari Kabupaten Tolikara

  1. Yuneri
  2. Tagineri
  3. Tagime
  4. Yaleka
  5. Danime
  6. Poganeri

Dari Kabupaten Lanny Jaya

  1. Maki
  2. Poga
  3. Dimaba
  4. Gamelia

Kabupaten Boboga

Kota Karubaga

Rencana pemerintah untuk pemekaran daerah otonomi Kota Karubaga yang akan pisah dengan Kota induknya yakni Kabupaten Tolikara masih menunggu proses lebih lanjut.

Rencananya Kota Karubaga ada 9 kecamatan yang nantinya masuk kedalam kota Karubaga.

Radio

  • Sonora FM Karubaga 96.9
  • Voice of Tolikara 102.2
  • The Edge Radio 95.9
  • M 9 Panel Music City 91.2
  • Primadona 100.6
  • NSP Tolikara 105.8

Referensi

  1. ^ "Profil Kabupaten Tolikara". 20 November 2011. 

Pranala luar