Bahasa Maori

bahasa Polinesia yang dituturkan di Selandia Baru
Revisi sejak 14 Januari 2006 18.33 oleh Permata Harahap (bicara | kontrib) (history partially translated)

Bahasa Māori (atau Bahasa Maori, dalam bahasa ini sendiri: Te Reo Māori) adalah bahasa yang digunakan oleh bangsa Maori, suku asli di Selandia Baru (dalam bahasa Māori sering dinamai Aotearoa). Bahasa ini memiliki status resmi (bersama dengan bahasa Inggris) di negara tersebut. Bagian dari rumpun bahasa Polinesia, bahasa ini memiliki hubungan erat dengan bahasa Rarotonga (Kepulauan Cook) dan Tahiti, hubungan sedikit lebih jauh dengan bahasa Hawaii, dan lebih jauh lagi dengan bahasa Samoa dan Tonga.

Sejarah

Sejak datangnya bangsa Māori ke Selandia Baru hingga sebelum masa kolonialisasi oleh Kerajaan Inggris, bahasa Māori adalah bahasa yang dominan di wilayah tersebut. Mulai tahun 1860an, bahasa Māori mulai terdesak oleh bahasa Inggris yang dibawa oleh para pemukim dari Inggris, yang mencakup misionaris, pencari emas dan pedagang. Di akhir abad ke-19, sistem pendidikan Inggris mulai diperkenalkan bagi seluruh penduduk Selandia Baru, dan dari tahun 1880an penggunaan bahasa Māori di sekolah dilarang. Semakin banyak orang Māori yang belajar bahasa Inggris karena keharusan dan karena prestise dan kesempatan yang didapatkan dari kemampuan berbahasa Inggris. Namun demikian, sampai masa Perang Dunia II, banyak orang Māori masih menggunakan bahasa Māori sebagai bahasa pertama. Pada jaman itu, Bahasa Māori digunakan saat beribadah di gereja, di rumah, untuk pertemuan-pertemuan politik dan banyak koran diterbitkan dalam bahasa ini.

As late as the 1930s, some Māori parliamentarians were disadvantaged because the Parliament's proceedings were by then carried on in English. In this period, the number of speakers of Māori began to decline rapidly until by the 1980s less than 20% of Māori spoke the language well enough to be considered native speakers. Even for many of those people, Māori was no longer the language of the home.

By the 1980s, Māori leaders began to recognize the dangers of the loss of their language and began to initiate Māori-language recovery programs such as the Kōhanga Reo movement, which immersed infants in Māori from infancy to school age. This was followed by the founding of the Kura Kaupapa, a primary school program in Māori.