Pante Makasar

kota di Timor Leste
Revisi sejak 28 Februari 2008 12.51 oleh RobotQuistnix (bicara | kontrib) (bot Menambah: es:Pante Macassar)

Pante Makasar (juga dikenal dengan nama Pante Macassar) adalah sebuah kota di pantai utara Timor Timur, 281 km di sebelah barat Dili, ibu kota negara itu. Penduduknya 4.730 orang (tahun 2006). Kota ini adalah ibu kota eksklave Oecussi-Ambeno.

Peta Timor Timur memperlihatkan distrik Oecussi-Ambeno
Peta Timor Timur memperlihatkan distrik Oecussi-Ambeno
Peta distrik Oecussi-Ambeno

Nama "Pante Makasar," menunjuk kepada perdagangan di masa lampau yang terjadi dengan Makassar di Sulawesi. Di kalangan masyarakat setempat, Pante Makasar juga dikenal sebagai "Oecussi," yang secara harfiah berarti "meriam air". Nama ini dulunya adalah nama salah satu dari dua kerajaan. Yang lainnya adalah Ambeno. Pada masa kolonial Portugis, kota ini juga dikenal dengan nama Vila Taveiro.

Lifau, di pinggiran kota yang sekarang, dulunya adalah tempat orang-orang Portugis pertama kali mendarat di Timor dan merupakan ibu kota pertama Timor Portugis. Kota ini tetap menjadi ibu kota hingga 1767, dan setelah itu dipindahkan ke Dili karena terus-menerus mendapat serangan Belanda.

Karena jaraknya jauh dari daerah-daerah lain di Timor Timur, Oecussi-Ambeno, dan khususnya Pante Makasar, menjadi wilayah pertama yang diduduki oleh Indonesia pada 29 November 1975.

Pada 1999, dalam kerusuhan yang terjadi setelah referendum kemerdekaan, Pante Makasar mengalami kehancuran dahsyat dari para milisi pro-integrasi, yang didukung oleh tentara Indonesia. Sejumlah 65 orang pendukung kemerdekaan digantung, dan 90% bangunan di sana dibakar habis.

Kini, kota itu hanya mempunyai beberapa puluh rumah di tepi pantai yang jernih airnya dan dikelilingi pohon-pohon kelapa. Televisi ataupun bank tidak ada, dan kejahatan praktis tidak dikenal. Satu-satunya stasiun radio yang ada di sana hanya sesekali mengadakan siaran karena pemancarnya sudah tua dan listrik dibatasi hanya lima jam setiap malamnya. Dua kali seminggu isolasi kota ini dipecahkan ketika sebuah feri dari Dili tiba, setelah menempuh perjalanan selama 12 jam.