Pertempuran Lapangan Udara Henderson

Pertempuran untuk memperebutkan Lapangan Udara Henderson

Pertempuran memperebutkan Lapangan Udara Henderson, juga dikenal sebagai Pertempuran Henderson Field atau Pertempuran Lunga Point oleh pihak Jepang, terjadi pada tanggal 23-26 Oktober 1942 di dan sekitar Guadalkanal pada Kepulauan Solomon. Pertempuran tersebut adalah pertempuran darat, laut dan udara pada kampanye Pasifik Perang Dunia II dan melibatkan Angkatan Darat dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dan pasukan Sekutu (terutama Marinir dan Angkatan Darat Amerika Serikat). Pertempuran tersebut adalah pertempuran ke-tiga dari tiga ofensif darat skala besar yang dilakukan pihak Jepang selama Kampanye Guadalkanal.

Kala pertempuran itu, pasukan Angkatan Darat dan Marinir Amerika Serikat yang dibawah komando Mayjen Alexander Vandegrift, berhasil menangkal serangan dari Pasukan ke-17 Jepang dibawah komando Letjen Harukichi Hyakutake. Pasukan Amerika Serikat sedang mempertahankan perimeter Lunga untuk melindungi Lapangan Udara Henderson di Guadalkanal, yang telah direbut dari Jepang oleh Sekutu pada pendaratan di Guadalkanal tanggal 7 Agustus 1942. Pasukan Hyakutake dikirim ke Guadalkanal untuk menghadapi pendaratan Sekutu dan dengan misi untuk merebut kembali lapangan terbang tersebut serta mengusir pasukan Sekutu dari Guadalkanal.

Pasukan Hyakutake melakukan sejumlah penyerangan besar selama tiga hari di berbagai lokasi sekitar perimeter Lunga, tapi semuanya gagal dengan kerugian besar di pihak Jepang. Pada saat yang sama, pesawat Sekutu yang beroperasi dari Lapangan Udara Henderson berhasil membantu mempertahakan posisi-posisi pasukan Amerika Serikat di Guadalkanal dari serangan pasukan udara dan laut Jepang.

Pertempuran tersebut adalah ofensif darat serius yang terakhir dilakukan oleh pasukan Jepang di Guadalkanal. Setelah sebuah usaha untuk mengirim bala bantuan gagal selama Pertempuran Laut Guadalkanal. Kala bulan November 1942, Jepang mengakui kekalahannya dan berhasil mengungsikan banyak dari sisa-sisa pasukannya pada minggu pertama bulan Februari 1943.

Latar belakang

Kampanye Guadalkanal

Pada tanggal 7 Agustus 1942, pasukan Sekutu (sebagian besar Amerika Serikat) mendarat di Guadalkanal, Tulagi, dan Kepulauan Florida di Kepulauan Solomon. Pendaratan-pendaratan di pulau-pulau ini dimaksudkan untuk menghalangi Jepang menggunakannya sebagai pangkalan untuk mengancam rute pasokan antara Amerika dan Australia, dan untuk mengamankan pulau-pulau tersebut sebagai titik awal sebuah kampanye yang dengan tujuan utamanya untuk mengisolasi pangkalan utama Jepang di Rabaul sekaligus mendukung kampanye Sekutu di Papua Nugini. Pendaratan-pendaratan tersebut mengawali Kampanye Guadalkanal yang berlangsung selama enam bulan.[6]

Dengan mengejutkan pihak Jepang pada malam hari tanggal 8 Agustus, 11.000 serdadu Sekutu dibawah komando Mayjen Alexander Vandegrift dan sebagian besar terdiri dari unit-unit Korps Marinir Amerika Serikat, telah mengamankan Tulagi beserta pulau-pulau kecil di dekatnya, sekalian juga sebuah lapangan udara yang sedang dibangun di Lunga Point di Guadalkanal. Lapangan udara tersebut kemudian dinamai "Henderson Field" (Lapangan Udara Henderson) oleh pasukan Sekutu. Pesawat Sekutu yang kemudian beroperasi dari lapangan udara tersebut menjadi dikenal sebagai “Angkatan Udara Kaktus” (Cactus Air Force/CAF) yang merupakan nama kode Sekutu untuk Guadalkanal. Untuk melindungi lapangan udara tersebut, Marinir AS mendirikan perimeter pertahanan di sekitar Lunga Point.[7]

Sebagai tanggapan terhadap pendaratan Sekutu di Guadalkanal, Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang menugaskan Angkatan Darat ke-17 Kekaisaran Jepang, komando setara korps yang berpangkalan di Rabaul dan dibawah komando Letjen Harukichi Hyakutake, dengan tugas merebut kembali Guadalkanal dari tangan Sekutu. Dimulai pada tanggal 19 Agustus, berbagai kesatuan dari Angkatan Darat ke-17 mulai tiba di Guadalkanal dengan tujuan mengusir pasukan Sekutu dari pulau itu.[8]

 
Lanud Henderson di Guadalkanal pada akhir Agustus 1942, setelah pesawat Sekutu mulai beroperasi di sana.
 
Serdadu Jepang sedang menaiki Tokyo Ekspres.

Karena ancaman dari pesawat CAF yang berpangkalan di Lanud Henderson, Jepang tak dapat menggunakan kapal-kapal transport yang besar dan lamban untuk mengantarkan tentara dan pasokan ke pulau tersebut. Malahan, Jepang menggunakan kapal-kapal perang yang berpangkalan di Rabaul dan Kepulauan Shortland untuk membawa pasukan mereka ke Guadalkanal. Kapal-kapal perang Jepang yang sebagian besar berupa penjelajah ringan dan perusak dari Armada ke-8 dibawah komando Laksamana Muda Gunichi Mikawa, biasanya dapat melakukan perjalanan pulang-pergi melalui ”Celah (The Slot)” ke Guadalkanal dan kembali dalam satu malam, dengan begitu meminimalisir kerentanan mereka terhadap serangan udara dari CAF. Mengantarkan pasukan dengan cara ini, bagaimanapun juga, menghalangi sebagian besar peralatan berat dan logistik, seperti artileri berat, kendaraan, dan banyak makanan serta amunisi, untuk dibawa ke Guadalkanal. Pergerakan kapal-kapal perang berkecepatan tinggi ini kemudian disebut sebagai ”Tokyo Ekspres” oleh pasukan Sekutu dan ”Transportasi Tikus” oleh pihak Jepang.[9]

Percobaan pertama Jepang untuk merebut kembali Lanud Henderson gagal ketika pasukan sebesar 917 orang dikalahkan pada tanggal 21 Agustus di Pertempuran Tenaru. Percobaan berikutnya terjadi dari tanggal 12 sampai 14 September, dengan kekuatan 6.000 serdadu dibawah komando Mayjen Kiyotake Kawaguchi dikalahkan di Pertempuran Punggung Bukit Edson. Setelah kekalahan mereka di Punggung Bukit Edson, Kawaguchi dan pasukan Jepang yang masih tersisa berkumpul kembali di barat Sungai Matanikau di Guadalkanal.[10]

Hyakutake segera menyiapkan percobaan berikutnya untuk merebut kembali Lanud Henderson. Angkatan Laut Jepang menjanjikan dukungan bagi serbuan Hyakutake yang berikutnya dengan cara mengantarkan pasukan, peralatan dan logistik yang diperlukan ke pulau tersebut serta dengan meningkatkan serangan udara terhadap Lanud Henderson dan mengirim kapal perang untuk membombardir lapangan udara itu.[11]

Ketika pihak Jepang sedang berkumpul kembali, pasukan Amerika Serikat berkonsentrasi untuk memperkuat pertahanan mereka di Lunga. Pada tanggal 18 September, sebuah konvoi laut Sekutu mengantarkan 4.157 serdadu dari Resimen Marinir ke-7 ke Guadalkanal. Resimen ini sebelumnya merupakan bagian dari Brigade Provisonal Marinir dan baru dibebaskan dari tugas garnisun di Samoa.[12] Bala bantuan ini memungkinkan Vandegrift, pada tanggal 19 September, untuk mulai mendirikan garis pertahanan yang tak terputus di sekeliling perimeter Lunga.[13]

Jenderal Vandegrift dan stafnya mengetahui kalau pasukan Kawaguchi telah mundur ke arah barat Matanikau dan sejumlah besar kelompok tentara Jepang yang terpisah dari kesatuannya tersebar di seluruh area antara perimeter Lunga dan Sungai Matanikau. Maka dari itu, Vandegrift memutuskan untuk melakukan serangkaian operasi kesatuan kecil di sekitar Lembah Matanikau.[14]

 
Jenderal Vandegrift dalam tenda komandonya di Guadalkanal

Operasi pertama Marinir Amerika Serikat melawan pasukan Jepang di barat Matanikau, dilakukan pada tanggal 23 sampai 27 September 1942 yang terdiri dari tiga batalyon Marinir Amerika Serikat berhasil dipukul mundur oleh pasukan Kawaguchi pimpinan Kolonel Akinosuke Oka. Pada aksi ke-dua, dari tanggal 6 sampai 9 Oktober, pasukan Marinir Amerika Serikat dalam jumlah yang lebih besar berhasil menyeberangi Sungai Matanikau, menyerang pasukan Jepang yang baru saja mendarat dari Divisi Infantri ke-2 (Sendai) dibawah komando Jenderal Masao Maruyama dan Yumio Nasu dan menyebabkan jatuhnya sejumlah besar korban di Resimen Infantri ke-4 Jepang. Aksi ke-dua ini memaksa Jepang untuk mundur dari posisi mereka di timur Matanikau.[15]

Pada saat yang sama, Mayjen Millard F. Harmon, komandan pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat di Pasifik Selatan, meyakinkan Laksamana Muda Robert L. Ghormley, komandan pasukan Angkatan Laut Sekutu di wilayah Pasifik Selatan, bahwa pasukan Marinir Amerika Serikat di Guadalkanal perlu segera diperkuat jika Sekutu ingin berhasil mempertahankan pulau tersebut dari gerakan ofensif Jepang yang berikutnya. Maka pada tanggal 13 Oktober, sebuah konvoi laut mengantarkan Resimen Infantri ke-164 yang berkekuatan 2.837 orang, dan merupakan formasi Garda Nasional Angkatan Darat North Dakota dari Divisi Amerikal Amerika Serikat yang dikomandoi oleh Robert Hall ke Guadalkanal.[16]

Kapal-kapal Mikawa terus melakukan pengiriman pasukan dan material pada malam hari ke Guadalkanal. Antara tanggal 1-17 Oktober konvoi-konvoi Jepang mengantarkan 15.000 serdadu Jepang, terdiri dari sisa-sisa Divisi Infantri ke-2 dan satu resimen dari Divisi Infantri ke-38, plus artileri, tank, amunisi, dan logistik ke Guadalkanal. Salah satu dari konvoi tersebut (pada 9 Oktober) mengantarkan Jenderal Hyakutake ke pulau tersebut untuk memimpin sendiri pasukan Jepang dalam serbuan yang telah direncanakan. Mikawa juga mengirimkan kapal-kapal penjelajah berat pada beberapa kesempatan untuk membombardir Lanud Henderson. Salah satu dari misi bombardemen ini berhasil dicegat dan dikalahkan oleh pasukan laut Amerika Serikat pada malam tanggal 11 Oktober dalam Pertempuran Tanjung Esperance.[17]

 
Jenderal Harukichi Hyakutake di depan markasnya di Rabaul sebelum keberangkatannya ke Guadalkanal

Pada tanggal 13 Oktober, untuk membantu melindungi transit konvoi logistik yang penting ke Guadalkanal yang terdiri dari kapal-kapal kargo yang lamban, komandan Armada Gabungan Jepang, Isoroku Yamamoto, mengirimkan pasukan laut dari Truk, yang dipimpin oleh Takeo Kurita, untuk membombardir Lanud Henderson. Pasukan Kurita, terdiri dari kapal tempur Kongō dan Haruna, dikawal oleh satu penjelajah ringan dan sembilan kapal perusak, mendekati Guadalkanal tanpa halangan dan mulai menembaki Lanud Henderson pada pukul 01:33 tanggal 14 Oktober. Satu jam dan 23 menit kemudian, mereka telah menembakkan 973 buah peluru 14 in (360 mm) ke perimeter Lunga yang sebagian besar jatuh tepat dan di sekitar wilayah lapangan udara seluas 2.200 m² itu. Hujan peluru tersebut membuat kedua landas pacu lapangan terbang tersebut rusak parah, membakar habis hampir semua persediaan avtur, menghancurkan 48 dari 90 pesawat milik CAF, dan menewaskan 41 orang, termasuk enam awak CAF.[18]

Walupun kerusakannya berat, personil Lanud Henderson mampu memperbaiki salah satu landas pacu dalam waktu beberapa jam saja. Dalam beberapa minggu kemudian, CAF berangsur-angsur pulih karena pasukan Sekutu mengantarkan lebih banyak pesawat, bahan bakar, dan awak pesawat ke Guadalkanal. Sambil mengamati pengantaran pasukan dan logistik Jepang ke pulau tersebut, pasukan Amerika tengah menanti serangan pasukan darat Jepang yang mereka belum yakin akan terjadi kapan dan dimana.[19]

Pergerakan Pasukan

Karena kehilangan posisi mereka di sisi timur Matanikau, pihak Jepang memperkirakan bahwa sebuah serangan terhadap pertahanan Amerika Serikat di sepanjang pantai akan sangat sulit. Setelah perwira-perwira stafnya mengamati pertahanan Amerika di sekitar Lunga Point, Hyakutake memutuskan bahwa serangan utama yang akan dia lakukan akan dimulai dari selatan Lapangan Udara Henderson. Divisi ke-2 (ditambah satu resimen dari Divisi ke-38) pimpinan Letjen Masao Maruyama dan terdiri dari 7.000 prajurit di tiga resimen infantri dari masing-masing tiga batalyon, diperintahkan untuk berbaris menembus hutan dan menyerang pertahanan Amerika dari selatan dekat tepi timur Sungai Lunga. Divisi ke-2 dipecah menjadi tiga kesatuan; Satuan Sayap Kiri pimpinan Mayjen Yumio Nasu terdiri dari Resimen Infantri ke-29, Satuan Sayap Kanan pimpinan Mayjen Kiyotake Kawaguchi terdiri dari Resimen Infantri ke-230 (dari Divisi Infantri ke-38), cadangan divisi dipimpin oleh Maruyama yang terdiri dari Resimen Infantri ke-16.[20]  Serangan akan dilakukan pada tanggal 22 Oktober. Untuk mengalihkan pihak Amerika dari serangan di selatan, artileri berat Hyakutake plus lima batalyon infantri (sekitar 2.900 orang) pimpinan Mayjen Tadashi Sumiyoshi akan menyerang pertahanan Amerika dari barat sepanjang koridor pesisir. Pihak Jepang memeperkirakan ada 10.000 serdadu Amerika di pulau tersebut, padahal pada kenyataannya ada sekitar 23.000.[21]

Pada saat itu, perimeter Lunga dipertahankan oleh empat resimen Amerika yang terdiri dari 13 batalyon infantri. Resimen Infantri ke-164 menjaga sektor yang paling timur. Memanjang mulai dari sebelah selatan Resimen Infanteri ke-164 dan ke barat menyeberangi punggung bukit Edson ke Sungai Lunga dijaga oleh Resimen Marinir ke-7. Sementara Resimen Marinir ke-1 dan ke-5 melindungi sektor di sebelah barat Lunga sampai ke pesisir. Dua batalyon pimpinan Letkol William J. McKelvy, yakni Mairinir ke-1 Batalyon ke-3 dan Marinir ke-7 Batalyon ke-3 mempertahankan muara Matanikau. Pasukan McKelvy terpisah dari perimeter Lunga oleh sebuah celah yang dilindungi oleh pasukan patroli.[22]

Pembukaan

 
Perimeter Lunga di sekitar Lanud Henderson pada akhir September 1942 sebelum kedatangan Resimen Infantri 164 AS. Sungai Lunga terletak di tengah-tengah peta. Sungai Matanikau ada di sebelah kiri peta (tidak terlihat).

Pada tanggal 12 Oktober, sebuah kompi zeni Jepang mulai membuka jalur yang disebut “Jalan Maruyama“, mulai dari Matanikau menuju ke bagian selatan perimeter Lunga. Jalur tersebut melintasi sekitar 15 mi (24 km) dari dataran yang sulit dilalui di Guadalkanal, termasuk sejumlah besar sungai dan kali, jurang yang dalam dan berlumpur, serta tebing-tebing curam, dan hutan lebat. Antara tanggal 16 sampai 18 Oktober, Divisi ke-2 memulai baris mereka di sepanjang Jalan Maruyama yang dipimpin oleh satuan pimpinan Nasu dan diikuti oleh Kawaguchi kemudian Maruyama. Tiap prajurit diperintahkan untuk membawa satu peluru meriam selain ransel dan senapan mereka sendiri.[23]

Fajar tanggal 20 Oktober, Maruyama telah mencapai Sungai Lunga. Ia mengira bahwa kesatuannya berada sekitar 4 mi (6,4 km) selatan dari lapangan udara, lantas beliau memerintahkan satuan-satuan sayap kiri dan kanan untuk maju sejajar menyusuri Lunga ke utara ke arah garis Amerika dan menetapkan waktu serangan pada pukul 18:00 tanggal 22 Oktober. Tapi sayangnya Maruyama membuat kesalahan, dia dan pasukannya sebenarnya berjarak 8 mi (13 km) selatan lapangan udara. Pada malam hari tanggal 21 Oktober, jelas terlihat bagi Maruyama bahwa satuan-satuannya takkan dapat tiba di posisi penyerangan keesokan harinya, jadi beliau menunda serangan menjadi tanggal 23 Oktober dan mengurangi ransum prajuritnya menjadi separuh untuk menghemat makanan yang mulai menipis. Pada malam hari tanggal 22 Oktober, sebagian besar Divisi ke-2 masih terentang di sepanjang Jalan Maruyama, tapi Maruyama melarang penundaan serangan.[24]

Pada saat itu Sumiyoshi menyiapkan perintahnya untuk menyerang pasukan Amerika dari barat. Pada tanggal 18 Oktober, dia mulai menembaki Lapangan Udara Henderson 15 buah howitzer 150 mm (5,9 in). Apa yang tersisa dari Resimen Infantri ke-4 pimpinan Kolonel Nomasu Nakaguma mulai berkumpul secara terbuka di dekat Point Cruz (di pesisir sebelah barat Matanikau). Pada tanggal 19 Oktober Kolonel Akinosuka Oka memimpin 1.200 prajurit dari Resimen Infantri ke-124 miliknya untuk menyeberangi Matanikau dan mulai menyusuri tepi timur menuju dataran tinggi di timur sungai tersebut.[25]

Pada tanggal 23 Oktober, pasukan Maruyama masih berjuang menembus hutan untuk mencapai garis perimeter Amerika. Kawaguchi berdasarkan inisiatifnya sendiri, mulai memindahkan satuan sayap kanannya ke timur karena yakin bahwa pertahanan Amerika di area itu lebih lemah. Maruyama melalui salah satu perwira stafnya, memerintahkan Kawaguchi untuk tetap mengikuti rencana penyerangan yang sebenarnya. Ketika beliau menolak, Kawaguchi dicopot dan digantikan oleh Kolonel Toshinari Shoji, komandan Resimen Infantri ke-230. Malam itu, setelah mengetahui bahwa pasukan sayap kiri dan kanan masih berjuang untuk mencapai garis Amerika, Hyakutake menunda serangan menjadi pukul 19:00 tanggal 24 Oktober. Pihak Amerika pun masih tidak menyadari pendekatan yang dilakukan oleh pasukan Maruyama.[26]

Pada hari itu, Armada Udara 11 Jepang pimpinan Jinichi Kusaka yang berpangkalan di Rabaul mengirimkan 16 pesawat pengebom Mitsubishi G4M2 "Betty" dan 28 pesawat tempur A6M2 Zero untuk menyerang Lapangan Udara Henderson. Sebagai tanggapannya, 24 F4F-4 Wildcat dan empat P-400 Airacobra dari CAF mengangkasa untuk menghadapi mereka. Hasilnya, “salah satu duel udara terbesar yang pernah terjadi di atas Guadalkanal”. Pihak Jepang kelihatannya kehilangan beberapa pesawat pada hari itu, tapi kerugian sebenarnya tidak diketahui. CAF kehilangan satu Wildcat tapi pilotnya tidak terluka.[27]

Pertempuran

Serangan Nakaguma terhadap Matanikau

Sumiyoshi dikabari oleh staf Hyakutake tentang penundaan serangan menjadi tanggal 24 Oktober, tapi tak dapat menghubungi Nakaguma untuk memberitahunya tentang penundaan itu. Maka, fajar tanggal 23 Oktober, dua batalyon dari Resimen Infantri ke-4 Nakaguma dan sembilan tank dari Kompi Tank Independen 1 meluncurkan serangan terhadap pertahanan Marinir Amerika Serikat di muara Matanikau.[28]

 
Bangkai tank milik Kompi Tank Independen ke-1 Jepang di muara Matanikau.

Tank-tank Nakaguma menyerang berpasangan menyeberangi gundukan pasir di muara Matanikau di balik perlindungan artileri. Meriam anti-tank 37 mm (1,46 in) dan artileri milik Marinir dengan cepat menghancurkan kesembilan tank tersebut. Pada saat yang sama, empat batalyon artileri Marinir, berjumlah 40 howitzer, menembakkan lebih dari 6.000 peluru ke area antara Point Cruz dan Matanikau; sehingga menyebabkan jatuhnya banyak korban di batalyon infantri Nakaguma ketika mereka mencoba mendekati garis Marinir. Serangan Nakaguma berakhir pada pukul 01:15 tanggal 24 Oktober, dan hanya menjatuhkan sedikit korban di pihak Marinir dan tidak maju selangkah pun.[29]

Sebagai bagian dalam merespon serangan Nakaguma, pada tanggal 24 Oktober Marinir ke-7 Batalyon ke-2 pimpinan Letkol Herman H. Hanneken dikerahkan ke Matanikau. Setelah pasukan Oka terlihat mendekati posisi Marinir di Matanikau dari selatan, batalyon Hanneken ditempatkan di sebuah tebing yang menghadap selatan; mereka membentuk perpanjangan sambungan dari garis sisi pertahanan Marinir di Matanikau yang berbentuk tapal kuda. Bagaimanapun, sebuah celah masih ada di antara sisi kiri (timur) Hannekan dan perimeter utama.[30]

Serangan pertama Maruyama terhadap perimeter

Dengan penempatan batalyon Hanneken, 700 prajurit Marinir ke-7 Batalyon ke-1 pimpinan Letkol Chesty Puller ditinggal sendirian untuk mempertahankan garis sepanjang 2.500 yd (2.300 m) di sisi selatan perimeter Lunga yang terletak di timur Sungai Lunga. Menjelang tengah malam tanggal 24 Oktober, patroli Marinir mendeteksi pasukan Maruyama yang sedang mendekat, tapi sudah terlambat bagi Marinir untuk mengatur kembali posisi mereka.[31]

 
Peta pertempuran, tanggal 23-26 Oktober. Sumiyoshi dan Oka menyerang di barat Matanikau (kiri) sementara Divisi Ke-2 Maruyama menyerang perimeter Lunga dari selatan (kanan).

Pada pukul 14:00 tanggal 24 Oktober, satuan-satuan sayap kiri dan kanan Maruyama memulai serangan mereka. Pasukan Maruyama hanya memiliki sedikit sekali dukungan artileri dan mortir untuk serangan mereka, setelah meninggalkan sebagian besar meriam berat mereka di sepanjang Jalan Maruyama. Antara pukul 16:00 dan 21:00, hujan lebat turun sehingga menunda pendekatan pihak Jepang dan menimbulkan ”kekacauan” di formasi pihak Jepang yang telah kelelahan karena perjalanan panjang menembus hutan.[32] Pasukan sayap kanan Shoji tak sengaja berbelok sejajar dengan garis Marinir, tetapi ada satu batalyon yang gagal menemukan pertahanan Marinir. Batalyon ke-1 Shoji dari Resimen Infantri ke-230 “bertumbukan” dengan barisan Puller sekitar pukul 22:00 dan dihalau oleh anak buah Puller. Untuk alasan yang tidak diketahui, staf Maruyama kemudian melapor ke Hyakutake bahwa anak buah Shoji telah menguasai Lapangan Udara Henderson. Pada pukul 00:50 tanggal 25 Oktober, Hyakutake mengabari Rabaul bahwa, “Sesaat sebelum pukul 23:00, Sayap Kanan merebut lapangan udara.”.[32][33][34]

Pada sekitar saat itu, batalyon sayap kiri Nasu akhirnya mulai mencapai pertahanan para Marinir. Pada pukul 00:30 tanggal 25 Oktober, Kompi ke-11 dari Batalyon ke-3 Nasu pimpinan Kapten Jiro Katsumata menemukan dan menyerang Kompi A Batalyon Puller. Serangan Katsumata dihambat oleh lapisan tebal kawat berduri yang ditaruh di depan garisun Marinir dan kemudian ditembaki dengan gencar oleh senapan mesin, mortir dan artileri Amerika. Pada pukul 01:00, tembakan Marinir telah menewaskan sebagian besar anggota kompi Katsumata.[35]

Jauh di barat, Kompi ke-9 dari Batalyon ke-3 Nasu menyerbu langsung ke Kompi C Puller pada pukul 01:15. Dalam waktu lima menit, sebuah seksi senapan mesin Marinir dipimpin oleh Sersan John Basilone menewaskan hampir semua anggota Kompi ke-9. Pada pukul 01:25 tembakan gencar dari artileri divisi Marinir menyasar ke rute kumpul dan pendekatan pasukan Nasu, dan memakan korban banyak.[36]

Menyadari bahwa sebuah serangan besar dari pihak Jepang sedang terjadi, Puller meminta bala bantuan. Pada pukul 03:45, Batalyon ke-3 dari Resimen Infantri ke-164 pimpinan Letkol Robert Hall yang sedang dicadangkan, dikirimkan sedikit demi sedikit ke lini Puller. Walaupun dalm kegelapan dan diselingi hujan lebat, Pasukan Garda Nasional Angkatan Darat berhasil ditempatkan di garis pertahanan Puller sebelum fajar tiba.[37]

Sesaat sebelum fajar, Kolonel Masajiro Furimiya, komandan dari Resimen Infantri ke-29, dengan dua kompi dari Batalyon ke-3 plus staf markasnya dapat menembus tembakan artileri Marinir dan mencapai lini Puller pada pukul 03:30. Sebagian besar pasukan Furimiya tewas selama penyerangan, tapi sekitar 100 orang berhasil menerobos pertahanan pihak Amerika dan membuat kantong pertahanan selebar 150 yd (140 m) dan sedalam 100 yd (91 m) di tengah-tengah lini Puller. Setelah matahari terbit, Batalyon ke-2 Furimiya bergabung dalam penyerbuan terhadap Puller, tapi dipukul mundur. Pada pukul 07:30, Nasu memutuskan untuk menarik mundur sebagian besar dari pasukannya yang tersisa ke hutan dan menyiapkan serangan lain untuk malam harinya.[38]

Pada siang hari tanggal 25 Oktober, anak buah Puller menyerang dan membasmi kantong pertahanan di garis mereka dan memburu kelompok-kelompok kecil penyusup Jepang, menewaskan 104 serdadu Jepang. Lebih dari 300 anak buah Maruyama tewas dalam serangn pertama mereka ke perimeter Lunga. Pada pukul 04:30, Hyakutake menyangkal  berita direbutnya Lapangan Udara Henderson, tapi pada pukul 07:00 menyatakan bahwa hasil dari serangan Maruyama tidak diketahui.[39]

Serangan laut dan udara

 
Pesawat tempur F4F Wildcat milik Marinir Amerika Serikat berangkat dari Lanud Henderson untuk menyerang pasukan Jepang.

Armada ke-8 Jepang telah menyiapkan satgas yang siap mendukung serangan Angkatan Darat ke Guadalkanal. Setelah menerima pesan dari Hyakutake yang menyatakan sukses pada pukul 00:50 tanggal 24 Oktober, satgas tersebut beraksi. Kapal penjelajah ringan Sendai dan tiga kapal perusak berpatroli di barat Guadalkanal untuk menghadapi kapal-kapal Sekutu yang mencoba mendekati pulau tersebut. Satuan Serbu Pertama terdiri dari tiga buah perusak dan Satuan Serbu Kedua terdiri dari kapal penjelajah ringan Yura dan lima kapal perusak mendekati Guadalkanal untuk menyerang kapal-kapal Sekutu di lepas pantai utara atau timur dan untuk menyediakan dukungan artileri bagi pasukan Hyakutake.[40]

Pada pukul 10:14, Satuan Serbu Pertama tiba di lepas pantai Lunga Point dan mengusir dua kapal perusak tua Sekutu yang dirubah menjadi kapal penyapu ranjau, Zane dan Trever, yang sedang mengantarkan avtur ke Lapangan Udara Henderson. Kapal-kapal perusak Jepang kemudian melihat dan mengaramkan kapal tunda Seminole dan kapal patroli YP-284 sebelum memulai bombardemen mereka terhadap posisi Amerika Serikat di sekitar Lunga Point. Pada pukul 10:53, sebuah meriam pantai Marinir mengenai dan merusak Akatsuki, sehingga ketiga perusak lainnya mundur sambil ditembaki oleh oleh empat pesawat tempur Wildcat dari CAF.[41]

Ketika Satuan Serbu Kedua mendekati Guadalkanal melalui Selat Indispensable, mereka diserang oleh lima pembom tukik SBD-3 Dauntless dari CAF. Hantaman bom membuat Yura rusak berat, dan satuan tersebut berbalik arah untuk kabur. Makin banyaknya serangan udara CAF terhadap Yura sepanjang hari itu menyebabkan kerusakan yang lebih parah, dan kapal penjelajah tersebut ditinggalkan dan dilumpuhkan oleh awaknya sendiri pada pukul 21:00.[42]

Sementara, 82 pesawat pembom dan tempur Jepang dari Armada Udara ke-11 dan dari kapal induk Jun'yō dan Hiyō menyerang Lanud Henderson dalam enam gelombang sepanjang hari dan menghadapi pesawat tempur CAF serta meriam anti serangan udara Marinir. Menjelang petang, pihak Jepang telah kehilangan 11 pesawat tempur, 2 pembom, dan satu pesawat pengintai sekaligus dengan sebagian besar awaknya. Dua pesawat tempur CAF hancur pada pertempuran hari itu tapi kedua pilotnya selamat. Serangan udara Jepang hanya menyebabkan kerusakan ringan di Lapangan Udara Henderson dan di bagian pertahanan pihak Amerika. Tentara Amerika kemudian menyebut hari itu sebagai ”Dugout Sunday (Hari Minggu berlindung)” karena serangan udara, laut dan artileri Jepang yang terus-menerus membuat tentara-tentara yang bertahan di Lunga tak bisa keluar dari lubang perlindungan mereka sepanjang hari itu.[43]

Serangan ke-dua Maruyama terhadap perimeter

 
Seorang Marinir pertahanan beristirahat ketika pertempuran agak mereda.

Sepanjang hari kala tanggal 25 Oktober, Pihak Amerika menyusun kembali dan menyempurnakan pertahanan mereka untuk menghadapi serangan Jepang yang diperkirakan datang pada malam harinya. Di barat, Hanneken dan Marinir 5 menutup celah di antara mereka. Di sepanjang bagian selatan dari perimeter, pasukan Puller dan Hall berpisah dan mengatur kembali posisi mereka. Anak buah Puller memperkuat sektor barat sepanjang 1,280 m dan para prajurit dari Resimen Infantri 164 memperkuat bagian timur sepanjang 1,006 m. Cadangan divisi, yaitu Batalyon 3 dari Resimen Marinir 2 ditempatkan tepat di belakang posisi Hall dan Puller.[44]

Maruyama mengerahkan pasukan cadangannya, yaitu Resimen Infantri 16, ke satuan sayap kiri Nasu. Dimulai pukul 20:00 tanggal 25 Oktober sampai fajar tanggal 26 Oktober Resimen Infantri 16 dan sisa-sisa satuan Nasu melakukan sejumlah besar serangan frontal yang selalu dimentahkan ke garis pertahanan Puller dan Hall. Tembakan senapan, senapan mesin, mortir, artileri dan peluru gotri dari meriam anti-tank 37 mm milik Marinir dan AD AS “membabat habis” anak buah Nasu.[45] Kolonel Toshiro Hiroyasu, komandan Resimen Infantri 16, dan sebagian besar stafnya termasuk empat komandan batalyon Jepang gugur dalam penyerangan tersebut. Nasu sendiri tertembak dan meninggal beberapa jam kemudian. Beberapa kelompok kecil anak buah Nasu menerobos garis pertahanan Amerika, termasuk satu yang dipimpin oleh Kolonel Furimiya, tapi semuanya diburu dan dibunuh beberapa hari kemudian. Satuan sayap kanan Shoji tidak ikut dalam penyerangan tersebut, mereka lebih memilih untuk tetap di tempat untuk melindungi sisi kanan Nasu dari kemungkinan serangan dari pasukan Amerika Serikat yang tak pernah terjadi.[45][46][47]

Serangan Oka

 
Peta serangan Oka pada tebing yang dipertahankan oleh batalyon Hanneken.

Pada pukul 03:00 tanggal 26 Oktober, satuan Oka akhirnya mencapai dan menyerang pertahanan Marinir di dekat Matanikau. Pasukan Oka meyerbu di sepanjang tebing dari timur ke barat yang dipertahankan oleh batalyon Hanneken tapi terkonsentrasi pada Kompi F Hanneken yang memepertahankan sisi paling kiri posisi Marinir di tebing itu. Sebuah seksi senapan mesin Kompi F pimpinan Mitchell Paige menewaskan banyak tentara Jepang, tapi tembakan balasan Jepang akhirnya menewaskan atau mencederai hampir semua penembak senapan mesin Marinir. Pada pukul 05:00, Batalyon 3 dari Resimen Infantri 4 milik Oka berhasil mendaki lereng curam tebing tersebut dan mendesak anggota Kompi F yang tersisa menjauh dari tebing itu.[3][48][49][50]

Menanggapi keberhasilan Jepang merebut bagian tebing itu, Mayor Odell M. Conoley, perwira pelaksana batalyon Hanneken segera mengumpulkan satuan serangan balasan yang terdiri dari 17 orang, termasuk spesialis komunikasi, pengurus barak, seorang koki, dan seorang anggota band. Pasukan kecil Conoley ditambah lagi olah elemen-elemen dari Kompi G, Kompi C, dan beberapa anggota Kompi F yang tidak cedera dan menyerang pasukan Jepang sebelum mereka dapat mengkonsolidasi posisi mereka di puncak tebing itu. Pada pukul 06:00, pasukan Conoley telah mendesak Jepang mundur dari tebing itu dan secara efektif mengakhiri serangan Oka. Marinir menghitung 98 mayat tentara Jepang di tebing dan 200 lagi di jurang di depannya. Satuan Hanneken menderita kerugian 14 tewas dan 32 luka-luka.[3][48][49][50]

Kesudahan

Mundur

 
Mayat para serdadu resimen ke-17 Jepang dan bangkai tank terserak di muara Sungai Matanikau setelah serangan mereka yang gagal terhadap marinir Amerika pada tanggal 23-24 Oktober 1942.

Pada pukul 08:00 tanggal 26 Oktober, Hyakutake membatalkan rencana serangan selanjutnya dan memerintahkan pasukannya untuk mundur. Anak buah Maruyama menyelamatkan rekan-rekan mereka yang terluka dari dekat garis Amerika pada malam hari tanggal 26-27 Oktober dan mulai bergerak mundur jauh ke dalam hutan. Pihak Amerika mengumpulkan kemudian mengubur atau membakar secepat mungkin mayat-mayat anak buah Maruyama yang berjumlah 1.500 orang yang berserakan di depan garis-garis pertahanan Pullers dan Hall. Cerita salah satu anggota serdadu, John E. Stannard, tentang pemandangan setelah pertempuran, “Pembantaian di medan tempur itu adalah pemandangan yang mungkin hanya prajurit tempur yang pernah bertarung dalam jarak dekat bisa benar-benar memahaminya dan melihatnya tanpa merasa ngeri. Salah satu prajurit, setelah berjalan di antara mayat-mayat serdadu Jepang, berkata pada rekannya: ‘Ya Tuhan, benar-benar pemandangan yang seram. Banyak mayat berserakan mulai dari pojok garis pertahanan sampai ke pinggir hutan sepanjang setengah mil.'".[51]

Pasukan sayap kiri Maruyama yang selamat diperintahkan untuk mundur ke daerah sebelah barat Sungai Matanikau sementara pasukan sayap kanan Shoji diperintahkan untuk menuju ke Koli Point, di sebelah timur perimeter Lunga. Para prajurit sayap kiri yang telah kehabisan makanan beberap hari sebelumnya, mulai mundur pada tanggal 27 Oktober. Selama bergerak mundur, banyak prajurit Jepang yang terluka tewas karena luka-lukanya dan dimakamkan di pinggir Jalan Maruyama.[52] Salah satu anak buah Maruyama, Letnan Keijiro Minegishi, menulis di buku hariannya, “Tak pernah terbayangkan oleh saya bahwa kami akan mundur melalui jalan bergunung-gunung dan menembus hutan yang sama dengan yang kita pernah kami lalui dengan antusias… kami belum makan selama tiga hari dan bahkan untuk berjalan pun sulit. Di puncak bukit tubuhku goyah dan tak mampu berjalan. Aku harus beristiharat tiap dua meter.”.[53]

Elemen utama dari Divisi 2 mencapai wilayah mabes AD ke-17 di Kokumbona, sebelah barat Matanikau pada tanggal 4 November. Pad hari yang sama, kesatuan Shoji mencapai Koli Point dan berkemah. Divisi 2 yang jumlah anggotanya menyusut karena gugur, terluka, kurang gizi dan terkena penyakit tropis menjadi tak mampu melakukan tindakan ofensif dan akan bertempur sebagai pasukan bertahan sampai akhir kampanye. Pada akhir bulan November, Pasukan Amerika menghalau pasukan Shoji dari Koli Point kembali ke wilayah Kokumbuna, dengan patroli Marinir berkekuatan satu batalyon menyerang dan mengusik mereka sepanjang perjalanan ke sana. Hanya sekitar 700 dari 3.000 orang anak buah Shoji yang akhirnya berhasil kembali ke Kokumbuna.[54]

Pertempuran Kepulauan Santa Cruz

Pada saat yang sama ketika pasukan Hyakutake menyerang perimeter Lunga, kapal-kapal induk Jepang dan kapal-kapal perang besar lainnya dibawah komando Isoroku Yamamoto bergerak ke posisi di selatan Kepulauan Solomon. Dari lokasi ini, pasukan laut Jepang berharap untuk menghadapi dan mengalahkan setiap pasukan laut Sekutu (yang sebagian besar terdiri dari kapal-kapal Amerika Serikat), terutama pasukan kapal induk, yang menanggapi serangan darat Hyakutake. Pasukan kapal induk Sekutu di wilayah tersebut, sekarang dipimpin oleh William Halsey, Jr. Yang dipilih untuk menggantikan Ghormley, juga berharap untuk bertempur dengan pasukan laut Jepang.[55]

Kedua pasukan kapal induk yang berseteru ini akhirnya berhadapan satu sama lain pada pagi hari tanggal 26 Oktober, yang kemudian dikenang sebagai Pertempuran Kepulauan Santa Cruz. Setelah saling serang antar kapal induk, kapal-kapal Sekutu terpaksa mundur dari pertempuran dengan kerugian satu kapal induk karam dan yang lainnya rusak berat. Pasukan kapal induk Jepang, bagaimanapun, juga mundur dari pertempuran karena banyaknya pesawat yang hancur dan pilot yang gugur dan dua kapal induk mereka rusak parah. Walaupun Jepang menang secara taktis dalam hal mengaramkan dan merusak kapal lawan, gugurnya sekian banyak pilot veteran memberikan keuntungan strategis jangka panjang bagi Sekutu, yang hanya kehilangan sedikit pilot dalam pertempuran tersebut.[56]

Kejadian-kejadian berikutnya

 
Boeing B-17E 41-9122 (Eager Beavers), Grup Pembom ke-11, Skuadron Pembom ke-42, memarkirkan dua mesin di Lanud Henderson, Guadalkanal tahun 1943. Captain Frank L. Houx dan krunya tewas pada 1 Februari 1943 bersama dengan B-17E dari anggota Skuadron Pembom ke-42 lainnya: 41-9151 (Captain Earl O. Hall) dan 41-2442 "Yokohama Express" (Captain Harold P. Hensley). Ini adalah tiga pesawat B-17 terakhir dalam Skuadron pembomke-42.

Walaupun serangan AD Jepang terhadap perimeter Sekutu di Lunga berhasil dipatahkan dalam pertempuran ini, Jepang belum siap untuk menghentikan perjuangan untuk mempertahankan Guadalkanal. Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang segera membuat rencana untuk menggerakkan keseluruhan dari Divisi 38 ke pulau tersebut beserta Divisi Infantri 51, untuk mencoba melakukan ofensif lebih lanjut terhadap Lapangan Udara Henderson pada bulan November 1942.[57]

 
Lanud Henderson pada bulan Agustus 1944 setelah dikembangkan menjadi pangkalan udara besar.

Jepang kembali berencana untuk membombardir Henderson Field dengan menggunakan kapal tempur agar konvoi kapal transport dapat mengantarkan personel dan perlengkapan berat Divisi 38. Sebaliknya, bagaimanapun, pada tanggal 14 Oktober AL AS bergerak untuk mencegat pasukan kapal tempur yang dikirim oleh Yamamoto dari Truk untuk membombardir lapangan udara tersebut. Selama pertempuran laut Guadalkanal mulai dari tanggal 13 – 15 November, pasukan laut dan udara Sekutu menggagalkan dua percobaan Jepang untuk membombardir Lapangan Udara Henderson dan hampir menghancurkan secara total konvoi transport yang membawa sisa dari Divisi 38. Setelah gagal mengantarkan pasukan tambahan yang berarti bagi pertahanan pulau, para komandan Jepang akhirnya mengaku kalah dalam pertempuran Guadalkanal dan mengevakuasi sebagian besar dari tentara mereka yang masih hidup sebelum minggu pertama bulan Februari 1943. Setelah berhasil di Guadalkanal dan di tempat lainnya, Sekutu melanjutkan kampanye mereka melawan Jepang, yang akhirnya berpuncak pada kekalahan Jepang dan berakhirnya Perang Dunia II.[58]

Catatan kaki

  1. ^ Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 143 and Frank, Guadalcanal, hlm. 338. Angka ini menujukkan total pasukan Sekutu di Guadalkanal, bukan berarti semuanya terlibat pertempuran. 4.500 lebih tentara Amerika bersiaga di Tulagi.
  2. ^ Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 323, Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 139. 5.000 tentara ada di pulau setelah Pertempuran Punggung Bukit Edson dan 15.000 lagi datang diantara waktu itu sampai 17 Oktober.
  3. ^ a b c Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 337.
  4. ^ Frank, Guadalcanal, hlm. 364–65. Sekitar 200 tentara luka-luka. Casualty figures from various official U.S. military records agak berbeda satu sama lainnya.
  5. ^ Frank, Guadalcanal, hlm. 365. U.S. 1st Marine Division official history estimates 2.200 Japanese were killed but Frank states that that number, "is probably below the actual total." Rottman, Japanese Army, hlm. 63, menyatakan 3.000 tentara Jepang yang tewas.
  6. ^ Hogue, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 235–36.
  7. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hlm. 14–5 and Shaw, First Offensive, hlm. 18.
  8. ^ Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 96–9, Dull, Imperial Japanese Navy, hlm. 225, Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 137–38.
  9. ^ Frank, Guadalcanal, hlm. 202, 210–211.
  10. ^ Frank, Guadalcanal, hlm. 141–43, 156–8, 228–46, & 681.
  11. ^ Smith, Bloody Ridge, hlm. 132 & 158, Rottman, Japanese Army, hlm. 61, Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 152, Frank, Guadalcanal, hlm. 224, 251–4, 266–8, & 289–90, and Dull, Imperial Japanese Navy, hlm. 225–26.
  12. ^ Rottman, US Marine Corps, hlm. 71.
  13. ^ Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 156 and Smith, Bloody Ridge, hlm. 198–200.
  14. ^ Smith, Bloody Ridge, hlm. 204 and Frank, Guadalcanal, hlm. 270.
  15. ^ Zimmerman, The Guadalcanal Campaign, hlm. 96–101, Smith, Bloody Ridge, hlm. 204–15, Frank, Guadalcanal, hlm. 269–90, Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 169–76, and Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 318–22. The 2nd Infantry was called Sendai because most of its soldiers were from Miyagi Prefecture.
  16. ^ Cook, Cape Esperance, hlm. 16, 19–20, Frank, Guadalcanal, hlm. 293–97, Morison, Struggle for Guadalcanal, hlm. 147–49, Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 140–42, and Dull, Imperial Japanese Navy, hlm. 225.
  17. ^ Dull, Imperial Japanese Navy, hlm. 226–30, Frank, Guadalcanal, hlm. 289–330, Morison, Struggle for Guadalcanal, hlm. 149–71, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 322, and Rottman, Japanese Army, hlm. 61. The Japanese troops delivered to Guadalcanal during this time comprised the entire 2nd (Sendai) Infantry Division, two battalions from the 38th Infantry Division, and various artillery, tank, engineer, and other support units.
  18. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, Frank, Guadalcanal, hlm. 315–20, 171–5, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 326–27.
  19. ^ Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 328–29, Frank, Guadalcanal, hlm. 319–21.
  20. ^ Shaw, First Offensive, hlm. 34, and Rottman, Japanese Army, hlm. 63.
  21. ^ Rottman, Japanese Army, hlm. 61, Frank, Guadalcanal, hlm. 328–40, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 329–30, Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 186–87. Kawaguchi's forces also included what remained of the 3rd Battalion, 124th Infantry Regiment which was originally part of the 35th Infantry Brigade commanded by Kawaguchi during the Battle of Edson's Ridge.
  22. ^ Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 186–90, Frank, Guadalcanal, hlm. 343–44, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 328–29, Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 144–46.
  23. ^ Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 155, Frank, Guadalcanal, hlm. 339–41, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 330, Rottman, Japanese Army, hlm. 62, Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 187–88, Jersey, Hell's Islands, hlm. 267, 274. Only one Japanese gun, a 75 mm mountain gun, actually reached a firing position to support the attack and only fired 20 rounds. Hyakutake sent a member of his staff, Colonel Masanobu Tsuji to monitor the 2nd Division's progress along the trail and to report to him on whether the attack could begin on 22 October as scheduled. Masanobu Tsuji has been identified by some historians as the most likely culprit behind the Bataan death march.
  24. ^ Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 330–32, Frank, Guadalcanal, hlm. 342–45, Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 193, Jersey, Hell's Islands, hlm. 283.
  25. ^ Rottman, Japanese Army, hlm. 62, Frank, Guadalcanal, hlm. 342–44, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 330–32, Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 186–93, Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 159–60.
  26. ^ Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 193, Frank, Guadalcanal, hlm. 346–48, Rottman, Japanese Army, hlm. 62.
  27. ^ Miller, Cactus Air Force, hlm. 143–44.
  28. ^ Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 332–33, Frank, Guadalcanal, hlm. 349–50, Rottman, Japanese Army, hlm. 62–3, Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 195–96. Twelve tanks were originally landed by the Japanese. Two were damaged during the landing dan satu lagi hancur during a feint at the mouth of the Matanikau Gilbert, Marine Tank Battles, hlm. 48–49.
  29. ^ Gilbert, Marine Tank Battles, hlm. 49, Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 157–58, Frank, Guadalcanal, hlm. 349–50, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 332, Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 195–96. The Marines lost 2 killed in the action. Nakaguma's infantry losses are not recorded but were, according to Frank, "unquestionably severe." Griffith menyebutkan kalau 600 of Nakaguma's men were killed. Hanya 17 dari 44 anggota 1st Independent Tank Company survived the battle.
  30. ^ Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 196, Frank, Guadalcanal, hlm. 351–52, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 333.
  31. ^ Shaw, First Offensive, hlm. 37, Frank, Guadalcanal, hlm. 348–52, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 333.
  32. ^ a b Frank, Guadalcanal, hlm. 353–4.
  33. ^ Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 160–2.
  34. ^ Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 197–98.
  35. ^ Frank, Guadalcanal, hlm. 354–55, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 334.
  36. ^ Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 334–35 and Frank, Guadalcanal, hlm. 355.
  37. ^ Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 198, Frank, Guadalcanal, hlm. 355–56, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 334–35, Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 160–63.
  38. ^ Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 334–35, Frank, Guadalcanal, hlm. 356.
  39. ^ Frank, Guadalcanal, hlm. 356–58.
  40. ^ Miller, Cactus Air Force, hlm. 145–46, Frank, Guadalcanal, hlm. 357, Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 201–02.
  41. ^ Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 201–02, Frank, Guadalcanal, hlm. 357–59, Miller, Cactus Air Force, hlm. 147.
  42. ^ Frank, Guadalcanal, hlm. 360–61, Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 201–02, Miller, Cactus Air Force, hlm. 147–49.
  43. ^ Lundstrom, Guadalcanal Campaign, hlm. 343–52, Frank, Guadalcanal, hlm. 359–61, Miller, Cactus Air Force, hlm. 146–51, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 335–36. The aircraft from Hiyō were based at Rabaul and Buin. The reconnaissance aircraft was from the Japanese Army Air Force's 76th Independent Air Squadron.
  44. ^ Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 164, Frank, Guadalcanal, hlm. 361, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 336.
  45. ^ a b Frank, Guadalcanal, hlm. 361–2.
  46. ^ Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, hlm. 336.
  47. ^ Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 203–04.
  48. ^ a b Zimmerman, Guadalcanal Campaign, hlm. 122–23.
  49. ^ a b Frank, Guadalcanal, hlm. 363–4.
  50. ^ a b Griffith, Battle for Guadalcanal, hlm. 204.
  51. ^ Jersey, Hell's Islands, hlm. 292, Miller, Guadalcanal: The First Offensive, hlm. 166, Frank, Guadalcanal, hlm. 364.
  52. ^ Frank, Guadalcanal, hlm. 406.
  53. ^ Frank, Guadalcanal, hlm. 407.
  54. ^ Frank, Guadalcanal, 418, 424, and 553.
  55. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hlm. 199–207, Frank, Guadalcanal, hlm. 368–78, Dull, Imperial Japanese Navy, hlm. 235–37. Admiral Chester Nimitz, Allied Commander in Chief of Pacific Forces, replaced Ghormley with Halsey on October 18.
  56. ^ Dull, Imperial Japanese Navy, hlm. 237–44, Frank, Guadalcanal, hlm. 379–03, Morison, Struggle for Guadalcanal, hlm. 207–24.
  57. ^ Rottman, Japanese Army, hlm. 63–4, Frank, Guadalcanal, hlm. 404–06.
  58. ^ Frank, Guadalcanal, hlm. 428–92, Rottman, Japanese Army, hlm. 64, Dull, Imperial Japanese Navy, hlm. 245–69.

Referensi

Media cetak

Situs web

Bacaan lanjutan

  • Brady, James (2010). Hero of the Pacific: The Life of Marine Legend John Basilone. Wiley. ISBN 978-0-470-37941-7. 
  • Proser, Jim; Jerry Cutter (2004). I'm Staying with My Boys..." The Heroic Life of Sgt. John Basilone, USMC. Lightbearer Communications Company. ISBN 0-9755461-0-4. 
  • Twining, Merrill B. (1996). No Bended Knee: The Battle for Guadalcanal. Novato, CA, USA: Presidio Press. ISBN 0-89141-826-1. 
  • Walker, Charles H. (2004). Combat Officer: A Memoir of War in the South Pacific. New York: Presidio Press. ISBN 0-345-46385-4.