TVRI Jawa Timur
TVRI Jawa Timur (atau TVRI Jatim) merupakan jaringan televisi lokal yang didirikan oleh Televisi Republik Indonesia untuk wilayah Surabaya dan Sekitarnya. TVRI Jawa Timur didirikan pada tanggal 3 Maret 1978 dengan nama TVRI Surabaya yang kini mengubah namanya menjadi TVRI Jawa Timur. TVRI Jawa Timur berkantor di Jl. Mayjend Sungkono No. 124 Surabaya.
TVRI Jawa Timur | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Wilayah siaran | Jawa Timur |
Jaringan | TVRI Nasional |
Kantor pusat | Jl. Mayjend Sungkono 124 Surabaya, Jawa Timur |
Slogan | tivine wong Jawa timur |
Bahasa | Bahasa Indonesia Bahasa Jawa |
Pemilik | Pemerintah Provinsi Jawa Timur |
TVRI Jawa Timur me-relay 92% acara pada TVRI Nasional dan sisanya, TVRI Jawa Timur membuat program khusus untuk Provinsi Jawa Timur yang ditayangkan mulai pukul 14.00-18.00 WIB di saluran TVRI Jatim PRO 1
Sejarah
Titik awal siaran televisi di Jawa Timur ialah pada waktu stasiun pemancar relay di Comorosewu dan Surabaya diresmikan. Kedua stasiun pemancar relay ini mulai di operasikan pada bulan Juni dan Juli 1971 dengan merelay sepenuhnya siaran dari Jakarta.
Pada tanggal 3 Maret 1978 TVRI Stasiun Surabaya diresmikan, dan sejak itu TVRI Stasiun Surabaya memulai siaran secara resmi. Siaran pertama televisI di Indonesia berupa siaran percobaan dilakukan pada tanggal 17 Agusts 1962, dalam bentuk siaran langsung Upacara Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka Jakarta. Siaran secara teratur baru dapat dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan upacara pembukaan ASIAN GAMES IV. Tanggal tersebut kemudian di tetapkan sebagai hari jadi TVRI, yang di peringati setiap tahun.
Periode Hitam Putih
Selain karena tuntutan masyarakat untuk dapat mennikmati siaran TVRI, potensi daerah juga menjadi pertimbangan dibangunya TVRI Stasiun daerah. Disisi lain, Pemerintah juga berkeinginan agar informasi pembangunan lebih cepat dapat di terima oleh masyarakat di seluruh pelosok pedesaaan, sehingga mereka lebih cepat tahu, mau dan akhirnya mampu berperan aktif dalam pembangunan.
Masyarakat Jawa Timur, pertama kali menikmati siaran TVRI dengan baik baru sekitar bulan Juni 1971, itupun masih terbatas yang berada diwilayah kabupaten Magetan, Madiun dan kabupaten Ponorogo, Sejak diresmikanya Stasiun Pemancar TVRI Comorrosewu yang berkedudukan di desa Ngancar, Kacamatan Plaosan, Kabupaten Magetan. Kemudian, tanggal 1 Juli 1971, Gubernur Jawa Timur Mochamad Noer, meresmikan Stasiun Pemancar TVRI yang berkedudukan di kelurahan Dukuh Pakis, kecamatan Karang Pilangan, Kotamadya Surabaya. Dana pembangunannya selain dari Pemerintah Pusat, juga memperoleh bantuan Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur serta sumbangan masyarakat pemilik Pesawat Televisi di Jawa Timur. Sedangkan tanah yang menjadi lokasi, merupakan sumbangan pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Surabaya yang pada waktu itu Walikotamadya Surabaya adalah Soekatjo.
Tuntutan masyarakat Jawa Timur untuk dapat menerima siaran TVRI semakin tinggi, khususnya yang berada di luar wilayah Kotamadya Surabaya. Menyadari tuntunan dan peran televisi sebagai media masa yang mampu menggelorakan dan menggalang partisipasi aktif warga Jawa Timur dalam pembangunan, maka Pemerintah daerah Tingkat I Jawa Timur bekerjasama dengan Fakultas Teknik Elektro Institut 10 November Surabaya (ITS) mengadakan Sigi keberbagai daerah di Jawa Timur yang tidak dapat menerima siaran TVRI. Kemudian di usulkan kepada pihak TVRI agar di daerah yang bersangkutan didirikan stasiun-stasiun pemancar. Sebagai langkah awal, pada tanggal 22 Desember 1972 daya pemancar TVRI Surabaya ditingkatkan dari 100 Watt menjadi 2000 Watt, sehingga mampu menjangkau wilayah Gerbang Kertasusila.
Pada tanggal 9 Maret 1973, Stasiun Jabung yang berlokasi di desa Jabung. Kacamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto secara resmi digunakan. Stasiun ini berfungsi sebagai penghubung siaran TVRI Stasiun Pusat Jakarta dari Cemorosewu ke Surabaya, sehingga siaran TVRI Stasiun Pusat Jakarta dapat di terima lebih baik di banding sebelumnya. Kemudian pada tanggal 1 Desember 1973, Stasiun Relay di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang di resmikan penggunaanya yang diarahkan ke kota Malang dan Lawang. Pada tanggal 17 Agustus 1974 berkat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri telah diresmikan penggunaan Stasiun Pemancar relay di Pare yang di arahkan ke kota Kediri dan sekitarnya.
Melihat dan menimbang tuntutan masyarakat Jawa Timur untuk menikmati siaran TVRI serta dukungan Pemerintah daerah Tingkat I Provinsi Jawa Timur, maka berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal Radio Televisi dan Film, nomor 04/KEP/DIRJEN/RTF/76, telah ditetapkan Pengelola Pembangunan Stasiun Persiapan Surabaya dan Stasiun-stasiun lain di Jawa Timur. Sebagai pimpinan proyek, waktu itu ditunjukkan Drs. Sa’dullah yang bertugas mengelola kegiatan proyek-proyek pembangunan Stasiun TVRI dan perluasan jaringan TVRI di Jawa Timur sekaligus mempersiapkan kegiatan yang berhubungan dengan Organisasi dan Operasional siaran di wilayah Jawa Timur.
Pada tahun 1975-1977, dalam rangka peringatan dan perluasan jaringan TVRI di Jawa Timur, Departemen Penerangan telah membangun Studio Televisi Hitam Putih di Surabaya, stasiun dan Pemancar di Gunung Banono (Tulungagung), Gunung Brengik (Pamekasan), Gunung Gending (Jember) dan Gunung Duk (Probolinggo) serta Stasiun Link di Saradan. Sedangkan daya Pemancar Stasiun Surabaya di tingkatkan menjadi 10 Killowatt, sehingga jangkauan penyiaranya lebih luas lagi. Biaya pembangunan jaringan Siaran Televisi di Jawa Timur, selain berasal dari DIP, juga memperoleh bantuan Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur serta Pemerintah Daerah Tingkat II yang kebetulan menjadi lokasi pembangnan Stasiun Pemancar Relay ataupun Stasiun Penghubung.
Sebagai persiapan menyongsong Stasiun penyiaran, terutama utuk mempersiapkan perangkat lunak, pada tahun 1975 talah dilakukan seleksi calon pegawai TVRI. Sekitar 85 orang calon pegawai hasil seleksi kemudian di kirim untuk mengikuti Pendidikan dan Latihan di Balai Diklat TVRI di Jakarta selama 1 tahun , dan 1 tahun lagi praktik kerja di TVRI Stasiun Pusat Jakarta untuk berbagai profesi. Sekembalinya dari Diklat, dilakukan produksi paket-paket acara sebagai bahan siaran TVRI Stasiun Surabaya. Produksi dilakukan di dalam maupun di luar Studio dengan peralatan untuk siaran Hitam-Putih. Siaran percobaan selama 1 Jam, dilakukan pada tanggal 27 Pebruari 1978 pada pukul 16.40 WIB, sedang acara selebihnya hanya merelay siaran dari TVRI Stasiun Pusat Jakarta. Siaran percobaan ini di nilai berhasil karena berlangsung mulus tanpa kesulitan teknis. Kemudian pada hari jum’at tanggal 3 Maret 1978 TVRI Stasiun Surabya diresmikan menjadi Stasiun Produksi dan Penyiaran oleh Sekjen Departemen Penerangan Bpk. Soetikno Lukitodisastro. Berdasarkan Surat keputusan Mentri Penerangan R.I Nomor 28/SK/BK1978, ditetapkan Sa’dullah sebagai Kepala TVRI Stasiun Surabaya yang pertama.
Pada tahun 1978, TVRI Stasiun Surabaya telah memiliki 26 mata acara yang setiap hari mengudara rata-rata 52 menit dalam siaran Hitam-Putih. Pada tahun 1979, Jumlah mata acara meningkat menjadi 40 mata Acara dengan total jam siaran 88 menit setiap hari yang seluruhnya masih dalam siaran Hitam-Putih. Di banding dengan tahun 1978, komposisi siaran sedikit mengalami perubahan. Kelompok acara Berita Penerangan menurun dari 18 persen menjadi 13 persen. Kelompok Musik Hiburan juga menurun dari 30% menjadi 21%, sedang acara Bapora Drama (Budaya, Agama, Pendidikan, Olahraga dan Drama) meningkat dari 42% menjadi 49%. Untuk siaran iklan meningkat dari 7% menjadi 16% dari total jam siaran. Pada tahun 1980, jam siaran rata-rata mencapai 110 menit dengan mata acara yang seluruhnya mencapai 55 mata acara. Kelompok siaran iklan meningkat menjadi 21%, sedangkan kelompok acara Berita Penerangan, Musik Hiburan dan Bapora Drama hanya sedikit mengalami perubahan.
Periode Siaran Berwarna
Sebenarnya, siaran berwarna penuh setelah dilakukan TVRI Stasiun Pusat Jakarta sejak tanggal 1 Mei 1965. Berkaitan dengan hal itu, diharapkan Stasiun daerah, termasuk di dalamnya Stasiun Surabaya secara bertahan memproduksi dan menyiarkan acara-acara berwarna, sebagai salah satu upaya untuk menarik pemirsa. Mulai tanggal 1 April 1981, siaran iklan di TVRI ditiadakan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan Nomor 30/1981. Dengan demikian siaran iklan yang tahun sebelumnya di TVRI Stasiun Surabaya mencapai 21%, juga di tiadakan. Namun secara keseluruhan, jumlah mata acara meningkat menjadi 65 mata acara dengan jam siaran setiap hari mencapai 121 menit. Walaupun siaran iklan di tiadakan, pada tahun yang sama para Teknisi TVRI Stasiun Surabaya berhasil merekayasa sendiri OB-Van untuk memproduksi acara-acara berwarna. Oleh karena itu produksinya masih sangat terbatas, maka penyiaran acara berwarna baru mencapai 12% dari total jam siaran, sedangkan sisanya (88%) masih tetap bentuk penyiaran Hitam-Putih.
Pada jeda iklan TVRI tahun 1981 hingga 2001 hanya promosi acara saja. 20 tahun kemudian TVRI kembali menyiarkan iklan.
Pada tahun 1982, volume acara siaran berwarna semakin di tinggikan, sehingga penyiaranya mampu ditingkatkan lagi menjadi 22% dari jam siaran yang setiap hari rata-rata mencapai 112 menit. Pada tanggal 12 mei 1982, berdasarkan Surat Keputusan dirjen RTF Keliling (SPK) di seluruh Indonesia. Jawa Timur dan Bali memperoleh 1 unit SPK yang menurut rencana ditempatkan di daerah Malang. Namun karena alasan Teknis, maka 1 Unit SPK ini di tarik dan kemudian diperbantukan pada TVRI Stasiun Surabaya untuk mendukung Produksi Acara berwarna di luar Studio.
Pada tahun 1983, produksi acara siaran berwarna semakin ditingkatkan baik di dalam maupun di luar studio, sehingga presentase penyiaran acara berwarna meningkat menjadi 39% dan jam siaran yang rata-rata mencapai 117 menit setiap hari. Jumlah acara mencapai 66 mata acara dan 66% di antaranya masih disiarkan dalam bentuk hitam-putih.
Pada tahun 1984, box penyiar mulai di pasang camera berwarna, sehingga penyiar continuity dan penyiaran berita berwarna. Demikian pula siaran acara-acara pedesaaan muai di produksi dengan camera berwarna, sehingga penyiaran berwarna mampu di tingkatkan menjadi 48% dari total jam siaran rata-rata mencapai 135 menit setiap hari. Jumlah acara waktu itu mencapai 81 mata acara yang 52% di antaranya masih disiarkan dalam bentuk Hitam-Putih. Pada tahun 1985, Siaran Hitam-Putih menurun menjadi 48% dari total jam siaran yang mencapai 165 menit setiap hari dengan jumlah acara mencapai 92 mata acara. Sementara itu siaran berwarna telah mencapai 52%, karena volume produksi acara siaran berwarna baik di dalam maupun di luar Studio semakin ditingkatkan. Pada tahun ini, berita daerah sudah disiarkan berwarna penuh.
Untuk memperluas jangkauan siaran, pada tahun 1985 (tanggal 26 Oktober 1985) telah diresmikan Stasiun Pemancar Relay Oro-oro Ombo oleh Menteri Penerangan Harmoko, yang berlokasi di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kabupaten Malang. Namun Sebelumnya, pada tahun 1979 juga telah di resmikan Stasiun Pemancar Relay Gunung Banon yang berlokasi di Desa Demuk Kecamatan Pucang Laban, kabupaten Tulunggagung. Bahkan pada tahun 1982 juga telah diresmikan Stasiun Relay Alas Malang di Desa Alas Malang Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi. Stasiun Pemancar Relay Gunungpandan di Desa Kamandowo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun Serta Stasiun Pemancar Relay Gunung Brengos di Desa Pakis Baru, Kacamatan Nawangan dan Stasiun Pemancar Relay Wonogondo di desa Wonogondo Kecamatan Kebonagung, keduanya di Pacitan.
Pada Tahun 1986, telah terjadi era baru dalam dunia Penyiaran TVRI Stasiun Surabaya. Berkat Keterampilan dan Kreativitas Teknisi TVRI Stasiun Surabaya serta bantuan 2 buah camera berwarna dari Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur, telah mampu merekayasa peralatan operasional sehingga pada bulan Agustus 1986 telah berhasil menyelenggarakan siaran berwarna penuh. Pencanangannya dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur Wahono pada Upacara Peningkatan Hari Bhakti Departemen Penerangan tanggal 19 Agustus 1986 di halaman gedung TVRI Stasiun Surabaya, walaupun status TVRI Stasiun Surabaya masih Hitam-Putih. Jumlah mata acara menurun menjadi 76 mata acara yang rata-rata penyiaranya mencapai 120 menit setiap hari. Pada tahun 1987, tidak banyak mengalami perubahan, namun dengan diresmikanya stasiun transmisi di Ternggalek, Tuban dan Pulau Bawean, jangkauan siaran TVRI Stasiun Surabya lebih meninngkat lagi.
Pada tanggal 24 Agustus 1990, tepatnya saat SCTV tengah mengudara di Surabaya, TVRI Surabaya juga direlay oleh SCTV Surabaya, dengan program berita lokal TVRI Surabaya yang bernama Berita Daerah.
Kini, TVRI Stasiun Jawa Timur telah di dukung dengan 20 Stasiun Pemancar dan 2 stasiun Penghubung telah mampu menjangkau 95% Wilayah Jawa Timur, bahkan sebagaian Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Untuk acara, terdapat 79 mata acara yang meliputi 11 Mata Acara Berita atau Penerangan (26,6%), 30 Mata Acara Pendidikan/Olahraga (26,2%), 17 Mata Acara Budaya/Drama (13,3%), 21 Mata Acara musik atau Hiburan (18,9%) dan 16% Kelompok mata acara pendukung. Peningkatan Kualitas dan Bobot acara selalu diupayakan sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat pemirsa terhadap acara-acara yang ditawarkan di TVRI Jatim. TVRI Jatim tidak berjalan sendirian, melainkan selalu bekerjasama dengan berbagai pihak dalam memproduksi acara-acara bermutu. Sasaranya jelas, yaitu memenuhi selera masyarakat yang serba Bhineka terhadap berbagai acara yang ditayangkan TVRI Jatim.
TVRI Jatim PRO 2
Mulai tanggal 16 Maret 2015, TVRI Jawa Timur mengudarakan siaran PRO 2 TVRI di kanal analog 9 VHF serta dalam siaran kanal digital.
Jam siaran kini dimulai pukul 18.00-21.00 WIB.
PRO 2 Saluran Digital TVRI Jatim
Acara unggulan PRO 2 TVRI Jatim :
1.Indipro
2.Plong
3.Sekitar Kita
4.Music for you
5.Top Music
Program TVRI Jatim PRO 1
- Jawa Timur Dalam Berita
- Battle Of The Band
- Goyang Dangdut
- Kabhar Madhura
- Ranah Publik
- Pakdhe Karwo Sambang Deso
- Sportiva
- Pariwisata
- Wisata Kuliner
- Semanggi
- Ajang Wadul
- Expresi Kabaret
- Karya Anak Bangsa
- Wanita
- Gita Nurani
- Ludruk
- BBQ (Belajar Baca Al Qur'an)
- Icip-Icip
- Expresi Tradisi
- Solusi Menuju Sehat
- Pagelaran Wayang Kulit
- Fantasi
- Bincang Budaya
- Mujizat
- Ananda
- Music Music
- Track Record
- Campursari Tambane Ati
- Asalam (Ayo Sinau Agama Islam)
- Masih Rindu
- Keroncong
Kantor pusat
Jalan Mayor Jendral Sungkono
Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan
Daerah Surabaya Selatan
Kota Surabaya 60256
Provinsi Jawa Timur, Indonesia
Telepon: (62-31) 567 8298, 567 8515, 567 8216, 567 7552
Faksimili: (62-31) 561 6774
Jangkauan Siaran : 38.409-kilometer = 80.15 %
Kekuatan Transmisi : antara 1 sampai dengan 10.000-watt
Jangkauan Penduduk : 29.461.159 jiwa = 85.38 %
Ketersediaan terestrial
TVRI Jawa Timur juga dapat ditangkap melalui Siaran Digital
Daerah | Kota | Provinsi | Frekuensi |
---|---|---|---|
Surabaya Pusat | Surabaya | Jawa Timur | 35 UHF |
Surabaya Barat | |||
Surabaya Selatan | |||
Surabaya Utara | |||
Surabaya Timur |
Kota | Daerah | Provinsi | Frekuensi |
---|---|---|---|
Surabaya | Gerbangkertosusila | Jawa Timur | 35 UHF |
Gresik | |||
Bangkalan | |||
Mojokerto | |||
Sidoarjo | |||
Lamongan |
Stasiun pemancar
TVRI Jawa Timur memiliki sejumlah stasiun pemancar yang tersebar di berbagai wilayah Jawa Timur sebagai berikut:
- Surabaya
- Banyuwangi (Alas Malang)
- Bondowoso/Situbondo
- Jember (Gunung Gending)
- Kediri (Besuki dan Pare)
- Lawang, Malang (Gunung Gebuk) (tidak beroperasi)
- Madiun (Gunung Pandan)
- Magetan (Cemorosewu)
- Malang/Batu (Oro-Oro Ombo)
- Mojokerto (Jabung)
- Nawangan, Pacitan (Gunung Brengos)
- Pamekasan (Gunung Brengik)
- Probolinggo (Gunung Doek)
- Pulau Bawean
- Trenggalek
- Tuban
- Tulungagung (Gunung Banon) (tidak beroperasi)
- Wonogondo, Pacitan