Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur (lahir 12 Februari 1951) adalah pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat di Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Kyai Ghofur merupakan keturunan ke-14 dari Sunan Drajat (Raden Qosim)[1]. Saat ini ia menjabat sebagai salah satu dewan penasehat Nahdlatul Ulama' (NU) Jawa Timur sekaligus sebagai tokoh NU di Indonesia. Pondok pesantren yang diasuhnya merupakan satu-satunya pesantren peninggalan Wali Songo yang masih ada dan saat ini menjadi salah satu pesantren dengan jumlah santri terbanyak di Indonesia[2][3][4].

Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur
Berkas:KH. Abdul Ghofur.jpg
Lahir(1951-02-12)12 Februari 1951
Indonesia Paciran,Lamongan
KebangsaanIndonesia
PekerjaanUlama
Dikenal atasPengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan

Pendidikan

KH. Abdul Ghofur merupakan putra dari pasangan H. Martokan dan Ibu Hj. Siti Kasiyani[1]. Abdul Ghofur kecil memulai pendidikan formal di TK. Tarbiyatut Tholabah di daerah Kranji, Lamongan pada 1956. Ia melanjutkan jenjang pendidikan SD dan SMP di daerah yang sama, dan menambah pendidikan agama melalui Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. Pada 1965, Abdul Ghofur remaja melanjutkan belajarnya di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Manba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Seusai tamat di salah satu pesantren tertua di Indonesia tersebut, ia melanjutkan belajar di Pondok Pesantren Kramat dan Pondok Pesantren Sidogiri di Pasuruan, Jawa Timur.

Selepas itu, ia kembali melanjutkan pendalaman belajar agama di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Jawa Tengah selama 1 tahun yang pada saat itu sudah diasuh oleh KH. Maimun Zubair. Tidak hanya itu, ia kemudian belajar ke Pondok Pesantren Lirboyo, Pondok Pesantren Tertek dibawah asuhan KH. Ma'ruf Zuwaini, serta Pondok Pesantren Raudhotul Qur'an di Kediri, Jawa Timur pada rentang tahun 1970-an[5].

Ulama Pengusaha

KH. Abdul Ghofur selain sebagai seorang ulama’, ilmuwan, dan pesilat, ia juga merupakan sosok pengusaha yang sukses. Selama kepemimpinannya yang merintis Pondok Pesantren Sunan Drajat sejak 1977, ia menjadikan pesantren dapat mandiri membiayai biaya hidup sehari-hari ribuan santrinya secara gratis dengan menjalankan berbagai perusahaan, misalnya penambangan kapur, penggalangan kapal laut, usaha pengrajin kayu, industri pupuk, peternakan sapi, usaha bordir dan konveksi kain, pembuatan air mineral “Aidrat”, jus “Mengkudu Sunan”, perkebunan mengkudu, pembudidayaan ikan lele, pembuatan madu asma “Tawon Bunga”, pembuatan minyak kayu putih, garam “Samudera”, radio Persada FM 97.2 MHz, Persada TV dan usaha-usaha lainnya[6][7][8].

Gelar Kehormatan

KH. Abdul Ghofur mendapatkan gelar Doktor Kehormatan (Honouris Causa) di bidang Ekonomi Kerakyatan dari American Institute of Management Hawaii, Amerika pada tahun 2007. Beliau juga mendapat gelar professor pada tahun yang sama setelah berhasil meneliti “Khasiat Buah Mengkudu dan Pelestarian Tanaman”.

Pranala Luar

Referensi

  1. ^ a b Santri, Kang. "Biografi Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur - Sang Kiai Seribu Solusi ~ Kang Santri". blog.santridrajat.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-25. 
  2. ^ Online, NU. "'Negara Pesantren' Kiai Abdul Ghofur | NU Online". NU Online (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-25. 
  3. ^ https://ppsd.or.id/tentang-kami/
  4. ^ "Pengurus Yayasan – INSUD Lamongan". insud.ac.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-25. 
  5. ^ Santri, Kang. "Biografi Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur - Sang Kiai Seribu Solusi ~ Kang Santri". blog.santridrajat.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-25. 
  6. ^ Sudjarwo,, Eko. "Ada Bouraq Nangkring di Depan Pondok Pesantren di Lamongan". detiknews. Diakses tanggal 2018-07-25. 
  7. ^ "Galangan Kapal Baru Mulai Dibangun di Lamongan". detikfinance. Diakses tanggal 2018-07-25. 
  8. ^ "SMK Sunan Drajat Terima Pesanan Kapal Canggih Seharga 20 Milyar - Cahaya Pena". Cahaya Pena. 2016-12-12. Diakses tanggal 2018-07-25.