Kadipaten Dayeuhluhur

Kadipaten di Pulau Jawa
Revisi sejak 27 November 2017 18.47 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Kadipaten Dayeuhluhur adalah sebuah kerajaan kecil atau keadipatian atau kadipaten yang berlokasi di Kecamatan Dayeuhluhur sekarang dengan wilayah meliputi bagian barat Kabupaten Cilacap sekarang. Kadipaten Dayeuhluhur merupakan cikal bakal dari Kabupaten Cilacap itu sendiri.

Etimologi

Nama sebenarnya dari kadipaten dan wilayah ini adalah Dayaluhur namun seiring waktu dan zaman pengucapan lidah orang berubah menjadi Dayeuhluhur.

Awal Pemerintahan

Menurut sejarah lama Kedayeuhluhuran Pada awalnya Pada tahun 1475, Kadipaten Dayeuhluhur, adalah sebuah kerajaan yang merdeka dengan diperintah oleh seorang raja yang berkedudukan di Istana Salangkuning. Kerajaan Dayeuhluhur adalah pecahan dari Kerajaan Pasirluhur. Raja yang pertama dan terkenal adalah Gagak Ngampar / Banyak Ngampar yang merupakan saudara dari Banyak Cakra dari Kerajaan Pasirluhur (Karanglewas, Purwokerto). Mereka berdua adalah putra Prabu Linggawesi keturunan Raja Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran.

Wilayah

 
Wilayah Kabupaten Cilacap Barat (biru muda) yang mengklaim wilayah bekas Kadipaten Dayeuhluhur.

Wilayah Kadipaten Dayeuhluhur yang berpusat di Istana Salangkuning pada masa jayanya jauh lebih luas dari Kecamatan Dayeuhluhur sekarang, meliputi wilayah Majenang di Candi Kuning Gunung Padang, Salebu yang di perintah oleh Pangeran Ki Hadeg Ciluhur dan Sidareja di daerah Candi Laras, Kunci yang diperintah oleh Ki Hadeg Cisagu kedua pangeran tersebut adalah Putra Mahkota dari Gagak Ngampar.

Pertempuran Salebu

Pada zaman pengembangan kekuasaan oleh Kesultanan Mataram di Tanah Jawa, Pada tahun 1595 Kerajaan Dayeuhluhur tidak luput dari serangan oleh Panembahan Senopati, pada waktu itu Kerajaan Dayeuhluhur dan sekutunya mengalami kekalahan telak pada Pertempuran Salebu, yang membuat istana Candi Kuning, Gunung Padang habis dibakar menjadi abu (Salebu=habis menjadi abu), dan akhirnya Kerajaan Dayeuhluhur turun statusnya menjadi sebuah Kadipaten taklukan dari Mataram, dengan adipati pertama adalah Adipati Wirapraja yang masih keturunan keraton Mataram.

Konon dari kepahitan akibat kekalahan dalam pertempuran Salebu inilah berawal perasaan benci dan dendam orang-orang Dayeuhluhur dan anak cucunya terhadap pemerintahan yang bermental penjajah.

Sehingga sampai saat ini banyak tempat di Dayeuhluhur yang tidak boleh dikunjungi pejabat pemerintah. Dan rahasia kekalahan pertempuran ini tersimpan rapat pada para juru kunci di petilasan-petilasan yang ada di Dayeuhluhur.

Akhir Kerajaan

Setelah ditaklukan Mataram, Kerajaan Dayeuhluhur setatusnya diturunkan menjadi Kadipaten Dayeuhluhur,dengan adipati keturunan dari bangsawan Mataram. Kadipaten Dayeuhluhur dibubarkan oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1831 karena keterlibatan adipati terakhir Tumenggung Prawiranegara dalam Perang Jawa mendukung Pangeran Diponegoro. Akibatnya adalah Tumenggung Prawiranegara dibuang dan Kadipaten Dayeuhluhur diturunkan lagi statusnya jadi Afdeling Dayeuhluhur.

Sisa-sisa kerajaan

 
Sebuah kuburan kuno di Petilasan Sabakingking yang dipercayai kuburan Gagak Ngampar.

Hampir tidak ada sisa-sisa bangunan yang ada untuk dilihat sekarang , bahkan bekas Istana Salangkuning sekarang telah menjadi perkebunan karet rakyat, hanya komplek pekuburan Petilasan Keramat Sabakingking, dan daerah pesawahan Lumba, Cibaganjing yang dahulu dibuat jaman Kadipaten Dayeuhluhur. Nama-nama raja dan adipati Kadipaten Dayeuhluhur seperti Gagak Ngampar, Arsagati, Raksagati, Wirapraja, Wiradika, Prawiranegara, dan lainnya sekarang menjadi nama-nama jalan utama di kota Kecamatan Dayeuhluhur.

 
Sedekah ketupat sisa-sisa adat di era Kerajaan Dayeuhluhur yang masih dilestarikan hingga sekarang.

.

Referensi

  1. ^Kadipaten Dayeuhluhur

http://cilacapkab.go.id

  1. ^http://www.harapanrakyat.com/2015/01/ulas-sejarah-prabu-gagak-ngampar-dayeuhluhur-cilacap-gelar-pentas-seni
  • Sejarah Dayeuhluhur. Buku Babad Salakanagara.