Kabupaten Nganjuk

kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia
Revisi sejak 1 September 2018 18.10 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)


Kabupaten Nganjuk (Hanacaraka: ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦔꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀​, Pegon: كَبُڤَتَينْ ڠَنْجُقْ), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat. Pada zaman Kerajaan Medang, Nganjuk dikenal dengan nama Anjuk Ladang yaitu Tanah kemenangan. Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin.

Kabupaten Nganjuk (ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦔꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ / كَبُڤَتَينْ ڠَنْجُقْ)
Daerah tingkat II
Motto: 
Baswara Yudhia Karana (cemerlang karena perjuangan)
Peta
Peta
Kabupaten Nganjuk (ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦔꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ / كَبُڤَتَينْ ڠَنْجُقْ) di Jawa
Kabupaten Nganjuk (ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦔꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ / كَبُڤَتَينْ ڠَنْجُقْ)
Kabupaten Nganjuk (ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦔꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ / كَبُڤَتَينْ ڠَنْجُقْ)
Peta
Kabupaten Nganjuk (ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦔꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ / كَبُڤَتَينْ ڠَنْجُقْ) di Indonesia
Kabupaten Nganjuk (ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦔꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ / كَبُڤَتَينْ ڠَنْجُقْ)
Kabupaten Nganjuk (ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦔꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ / كَبُڤَتَينْ ڠَنْجُقْ)
Kabupaten Nganjuk (ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦔꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ / كَبُڤَتَينْ ڠَنْجُقْ) (Indonesia)
Koordinat: 7°36′00″S 111°56′00″E / 7.6°S 111.9333°E / -7.6; 111.9333
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
Tanggal berdiri9 April 937
Dasar hukum-
Ibu kotaNganjuk
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 20
  • Kelurahan: 284
Pemerintahan
 • BupatiKH.Abdul Wachid B. M.Pd
Luas
 • Total1.182,64 km2 (45,662 sq mi)
Populasi
 • Total1,017,030 (2.015)
 • Kepadatan7,88/km2 (2,040/sq mi)
Demografi
 • BahasaIndonesia, Jawa
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3518 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0358
Kode Kemendagri35.18 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 928.265.611.000.-
Situs webhttp://www.nganjukkab.go.id/

Geografi

Kabupaten Nganjuk terletak antara 111o5' sampai dengan 112o13' BT dan 7o20' sampai dengan 7o59' LS. Luas Kabupaten Nganjuk adalah sekitar 122.433 km2 atau setara dengan 122.433 Ha yang terdiri dari atas:

  • Tanah sawah 43.052 Ha
  • Tanah kering 32.373 Ha
  • Tanah hutan 47.007 Ha

Dengan wilayah yang terletak di dataran rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan sehingga sangat menunjang pertumbuhan ekonomi dibidang pertanian. Kondisi dan struktur tanah yang produktif ini sekaligus ditunjang adanya sungai Widas yang mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan sungai Brantas yang mampu mengairi sawah seluas 12.705 Ha.

Jumlah curah hujan per bulan selama 2002 terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu 7.416 mm dengan rata-rata 436 mm. Sedangkan terkecil terjadi pada bulan November dengan jumlah curah hujan 600 mm dengan rata-rata 50mm. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober tidak terjadi hujan sama sekali.

Menurut Kementerian Pertanian (Kementan), Kabupaten Nganjuk menjadi salah satu daerah fokus pemerintah untuk menyerap bawang merah dan menjadi stok pemerintah tiap tahunnya. Daerah-daerah di Indonesia yang menjadi fokus penyerapan bawang merah adalah, Nganjuk, Brebes, Bima dan Solok.


Sebagai sentra penghasil bawang merah di Jawa Timur dan salah satu fokus penyerapan bawang merah oleh pemerintah, bukan hal yang mengherankan bagi warga Kabupaten Nganjuk bila di mana-mana terlihat banyak orang menanam, memanen, menjemur, atau memperjualbelikan bawang merah.Namun, bagi pendatang atau mereka yang baru mengetahui fakta ini, menganggap Nganjuk ibarat sekumpulan surga bawang merah, tidaklah keliru.

Bila mengunjungi Nganjuk atau bermaksud membeli bawang merah langsung ke pusatnya, pasar Sukomoro dapat dipilih sebagai surga bawang merah. Pasar yang terletak di Jalan Surabaya-Madiun, Kecamatan Sukomoro ini dikenal sebagai pasar yang mengkhususkan diri pada transaksi jual-beli bawang merah. Di setiap sudut pasar ini hanya akan ditemui penjual dan pembeli bawang merah. Beberapa kecamatan yang menjadi penyuplai stok bawang merah di sentra bawang merah Sukomoro adalah Kecamatan Rejoso dan Kecamatan Bagor.

Sejarah

 
Kediaman bupati Nganjuk antara tahun 1860 dan 1900
 
Pabrik gula Nganjuk tahun 1920

Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam bahasa Jawa Kuno berarti Tanah Kemenangan. Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi.[1]

Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul : ”Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”, penerbit Pustaka Azet, Jakarta, 1986; diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah Nganjuk. Apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah Nganjuk terbagi dalam 4 daerah yaitu Berbek, Godean, Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai Belanda dan kasultanan Yogyakarta, sedangkan daerah Nganjuk merupakan mancanegara kasunanan Surakarta.

Sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya tanggal 4 Juli 1830, maka semua kabupaten di Nganjuk (Berbek, Kertosono dan Nganjuk ) tunduk di bawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch Gouverment. Alur sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan kabupaten Berbek di bawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1. Di mana tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang diperingati yaitu mulainya kedudukan ibukota Kabupaten Berbek pindah ke Kabupaten Nganjuk.

Dalam Statsblad van Nederlansch Indie No.107, dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari Nederlandsch Indie tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibukota Toeloeng Ahoeng, Trenggalek, Ngandjoek dan Kertosono, antara lain disebutkan: III tot hoafdplaats Ngandjoek, afdeling Berbek, de navalgende Wijken en kampongs : de Chineeshe Wijk de kampong Mangoendikaran de kampong Pajaman de kampong Kaoeman. Dengan ditetapkannya Kota Nganjuk yang meliputi kampung dan desa tersebut di atas menjadi ibukota Kabupaten Nganjuk, maka secara resmi pusat pemerintahan Kabupaten Berbek berkedudukan di Nganjuk.

Kependudukan

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di Kabupaten Nganjuk sebanyak 1.017.030 dengan kurang lebih 36% penduduk tinggal di perkotaan dan sisanya 64% tinggal di pedesaan.[2]

Agama dan budaya

Mayoritas penduduk di Kabupaten Nganjuk memeluk agama Islam dan sisanya menganut agama Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Khonghucu.[2]

Pemerintahan

Perwakilan

DPRD Kabupaten Nganjuk hasil Pemilu 2014 tersusun dari 10 partai politik, dengan perincian sebagai berikut:

Partai Kursi
Lambang PDI-P PDI-P 11
  Partai Gerindra 7
  PKB 6
Lambang Partai Golkar Partai Golkar 6
  Partai NasDem 4
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat 4
  Partai Hanura 3
  PPP 2
Lambang PKS PKS 1
  PAN 1
Total 45

Pembagian administratif

Nganjuk mempunyai 20 kecamatan dan 284 desa/kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah:

  1. Bagor
  2. Baron
  3. Berbek
  4. Gondang
  5. Jatikalen
  6. Kertosono
  7. Lengkong
  8. Loceret
  9. Nganjuk
  10. Ngetos
  11. Ngluyu
  12. Ngronggot
  13. Pace
  14. Patianrowo
  15. Prambon
  16. Rejoso
  17. Sawahan
  18. Sukomoro
  19. Tanjunganom
  20. Wilangan

Transportasi

Nganjuk dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta dengan kode Jalan Nasional 15, serta menjadi persimpangan dengan jalur menuju Kediri. Nganjuk juga dilintasi jalur kereta api Daerah Operasi 7 Madiun dengan jurusan Surabaya - Yogyakarta - Bandung / Jakarta.

Pariwisata

 
Pariwisata Kabupaten Nganjuk (dari kiri - Grojokan Sumbermiri, Embung Estumulyo, Air Terjun Sedudo)

Peninggalan bersejarah

 
Gapura masuk wilayah Nganjuk pada tahun 1935

Tokoh

Tokoh-tokoh yang lahir di Nganjuk adalah:

Kesenian tradisional

Makanan

  • Nasi becek, sejenis gulai kambing yang memiliki rasa khas dengan penambahan irisan daun jeruk nipis.
  • Dumbleg, sejenis dodol yang terbuat dari ketan. Makanan ini hanya ada pada hari-hari tertentu di Pasar Gondang (tiap Pasaran Pon) dan Pasar Rejoso (tiap pasaran kliwon).
  • Onde-onde Njeblos, semacam onde-onde tetapi tidak berisi. Berbentuk seperti bola yang ditaburi wijen.
  • Nasi Pecel: menu nasi dengan sayur (kulup) kangkung, toge, kacang panjang, kembang turi dll disiram dengan kuah sambal kacang dengan ciri khas pedas dan disertai tempe, tahu goreng serta rempeyek yang renyah.
  • Nasi Tumpang, seperti halnya nasi pecel namun ada menu tambahan berupa sayur (sambal) tumpang, yg terbuat dari tempe "busuk" (tempe difermentasikan) yang dimasak dengan bumbu lain yang rasanya gurih dan pedas.
  • Kerupuk Upil, adalah kerupuk kecil yang digoreng tanpa minyak tetapi menggunakan pasir
  • Tepo Mbah Umbruk, seperti lontong bungkusnya dari daun pisang bentuknya kerucut dan agak miring dengan sayur kacang panjang tetapi di ambil isinya atau disebut kacang tolo dan bumbu dan bahan bahan lain. Sampai saat ini pun, Tepo Mbah Umbruk bisa dinikmati.
  • Kerupuk pecel adalah kerupuk bakar yang dicampur dengan sayuran,yang terdiri dari capar (toge), bayam, bung (rebung), kenikir, mbayung (daun kacang) dan kacang panjang yang kemudian di siram dengan bumbu pecel dan minumnya adalah es rujak.

Referensi

  1. ^ Pemkab Nganjuk, Profil Nganjuk
  2. ^ a b Badan Pusat Statistik Hasil sensus penduduk BPS Tahun 2010

Pranala luar