Kadirun Yahya
Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi dilahirkan di Pangkalan Berandan, Sumatera Utara, pada tanggal 20 Juni 1917 bertepatan dengan 30 Sya'ban 1335 H dari ibu yang bernama Siti Dour Siregar dan ayah yang bernama Sutan Sori Alam Harahap. Ayah beliau adalah seorang pegawai perminyakan (BPM) Pangkalan Berandan yang berasal dari kampung Sikarang-karang, Padang Sidempuan. Keluarga besar beliau adalah keluarga islamis religius yang ditandai dengan nenek dari pihak ayah dan ibu beliau adalah dua orang Syaikh Tarekat, yaitu Syaikh Yahya dari pihak ayah dan Syaikh Abdul Manan dari pihak ibu.[1]
Tarekat Naqsyabandiyah yang dikembangkan oleh beliau sangat berkembang pesat di dalam maupun luar negeri. Lebih dari 700 tempat zikir/surau/halkah telah didirikan dan dalam tiap tahunnya dilakukan i'tikaf/suluk sebanyak 10 kali di berbagai tempat. Beliau sangat perhatian terhadap dunia pendidikan, untuk hal tersebut ia mendirikan Taman Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi (Universitas Pembangunan Panca Budi) di Medan. Beliau adalah salah satu ulama tariqat yang berhasil memadukan antara ilmu zikir dan iptek modern. [1]
Riwayat Pendidikan
Secara kronologis pendidikan yang ditempuh oleh beliau adalah :
- H.I.S tahun 1924-1931 (tamat)
- MULO-B tahun 1931-1935 (tamat dengan voorklasse)
- AMS-B (Sekarang SMA 3 Yogyakarta) tahun 1935-1938 (tamat dengan beasiswa)
- Kuliah Umum Ketabiban tahun 1938-1940
- Kuliah Ilmu Jiwa, Amsterdam tahun 1940-1942 (tamat)
- Belajar Tasawuf/Sufi tahun 1947-1954 mendapat 3 buah ijazah
- Kuliah Indologie dan Bahasa Inggris tahun 1951-1953
- M.O Bahasa Inggris 1e gedeelte tahun 1953 di Bandung
- Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika tahun 1962
- Doktor dalam Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika Tahun 1968
- Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Fisika-Kimia,tahun 1973
- Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Bahasa Inggris tahun 1975
Riwayat Pekerjaan
Adapun riwayat pekerjaan beliau adalah[1]:
- Guru Sekolah Muhammadiyah di Tapanuli Selatan (1942 - 1945)
- Kepala industri perang merangkap guru bahasa Panglima Sumatera (Mayjen Suhardjo Hardjowardojo) dengan pangkat Kolonel Infanteri di Komandemen Sumatera Bukit Tinggi 1946 - 1950.
- Staf pengajar SPMA Negeri Padang pada tahun 1950 - 1955.
- Staf pengajar SPMA Negeri Medan pada tahun 1955 - 1961.
- Staf pada Departemen Pertanian pada tahun 1961 - 1968.
- Ketua umum Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya pada tahun 1956 - 1998.
- Guru besar pada beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Sumatera Utara, Unpad, Universitas Panca Budi, Universitas Prof. Dr. Mustopo, SESKOAD, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (1960 - 1978).
- Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi/Perguruan Panca Budi pada tahun 1961 sampai dengan 1998.
- Asisten Pribadi Panglima Mandala I Sumatera di bawah pimpinan Letjen A. Yunus Mukoginta dengan pangkat Kolonel (1965 - 1967).
- Anggota Dewan Kurator Seksi Ilmiah di Universitas Sumatera Utara pada tahun 1965 sampai dengan 1970.
- Pembantu khusus dengan pangkat Kolonel aktif pada Dirbinum Hankam di bawah pimpinan Letjen. R. Sugandhy pada tahun 1967-1968.
- Diperbantukan dari Departemen Pertanian ke Penasehat Ahli Menko Kesra pada tahun 1968 hingga 1974.
- Penasehat ahli Menko Kesra, tahun 1986 - 1998.
- Penasehat ahli/konsultan pada Direktorat Litbang Mabes Polri, Jakarta pada tahun 1990 hingga 2001.
- Anggota MPR RI periode 1993-1998.
Sejarah belajar Tarekat/ Sufi
Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya mengenal tarekat pada tahun 1943-1946 melalui seorang khalifah dari Syaikh Syahbuddin Aek Libung yang berasal dari Tapanuli Selatan. Pada tahun 1947 beliau hadir di rumah murid Syaikh Muhammad Hasyim Buayan, Bukit Tinggi (Sumatera Barat). Ketika itulah beliau pertama sekali mengikuti tawajuh atau zikir yang dipimpin oleh Syaikh Muhammad Hasyim Buayan.
Pada tahun 1949 beliau mengungsi ke pedalaman Tanjung Alam, Batu Sangkar, Sumatera Barat. Di sini beliau pertama sekali memimpin suluk yang dilakukan oleh murid dari seorang syaikh yang termasyur di daerah tersebut yaitu Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam. Pada mulanya khalifah dari Syaikh Abdul Majid meminta beliau untuk memimpin suluk namun pada awalnya beliau menolak, tetapi setelah berkonsultasi lebih lanjut maka beliau bersedia dengan syarat harus ada izin dari Syaikh Muhammad Hasyim. Setelah mendapatkan izin barulah beliau memimpin suluk. Setelah kejadian itu, beliau menemui Syaikh Abdul Majid untuk meminta suluk. Setelah suluk berakhir, beliau dianugerahi satu ijazah. Selanjutnya beliau menjumpai Syaikh Muhammad Hasyim untuk mempertanggung jawabkan kegiatan tersebut dan sekaligus memohon suluk. Hal ini diperkenankan oleh Syaikh Muhammad Hasyim dengan langsung membuka suluk.
Pada tahun 1971, beliau bertemu dengan Syaikh Muhammad Said Bonjol dan mengikuti tawajuh, Syaikh Muhammad Said Bonjol memutuskan untuk memberikan kepadanya sebuah mahkota yang dititipkan gurunya.
Silsilah Tarekat Naqsyabandiah Al-Khalidiah Al-Aminiah
SILSILAH Ia adalah Mursyid Tarekat Naqsyabandiah dengan silsilah sebagai berikut :
- Sayyidina Abu Bakar Siddiq r.a
- Sayyidina Salman AlFarisi r.a
- Sayyidina Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Siddiq r.a
- Sayyidina Ja'far Ash Shadiq r.a
- Al 'Arif Billah Sultanul Arifin Asysyaikh Thaifur bin Isa bin Adam bin Sarusyan, yang dimasyhurkan namanya Syaikh Abu Yazid Al Bustami Quddusu Sirruhu (qs)
- Asyaikh Abul Hasan Ali bin Abu Ja'far Al Kharqani qs
- Asyaikh Abu Ali AlFadhal bin Muhammad Aththusi Al Farimadi qs
- Asyaikh Abu Yaqub Yusuf AlHamadani bin Ayyub bin Yusuf bin AlHusain qs dengan nama lain Abu Ali Assamadani
- Asyaikh Abdul Khaliq AlFajduwani Ibnu Al Imam Abdul Jamil qs
- Asyaikh Ar Riwikari qs
- Asyaikh Mahmud AlInjiri Faghnawi qs
- Asyaikh Ali ArRamitani yang dimasyhurkan namanya dengan Asysyaikh Azizan qs
- Asyaikh Muhammad Baba Assamasi qs
- Asyaikh Sayyid Amir Kulal bin sayyid Hamzah qs
- Asyaikh Bahauddin Naqsyabandi qs
- Asyaikh Muhammad Al Bukhari AlKhawarizumi yang dimasyhurkan namanya dengan Asysyaikh Alauddin alAththar qs
- Asyaikh Ya'qub Al Jarkhi qs
- Asyaikh Nashiruddin Ubaidullah AlAhrar Assamarqandi bin Mahmud bin Shihabuddin qs
- Asyaikh Muhammad Azzahid qs
- Asyaikh Darwis Muhammad Samarqandi qs
- Asyaikh Muhammad AlKhawajaki AlAmkani Assamarqandi qs
- Asyaikh Muayyiddin Muhammad AlBaqi Billah qs
- Asyaikh Ahmad AlFaruqi Assirhindi qs
- Asyaikh Muhammad Ma'shum qs
- Asyaikh Muhammad Saifuddin qs
- Asyaikh Asysyarif Nur Muhammad AlBadwani qs
- Asyaikh Syamsuddin Habibullah Jani Janani Muzhir Al 'Alawi qs
- Asyaikh Abdullah Addahlawi qs
- Asyaikh Dhiyauddin Khalid AlUtsmani AlKurdi qs
- Asyaikh Abdullah Affandi qs
- Asyaikh Sulaiman AlQarimi qs
- Asyaikh Sulaiman Azzuhdi qs
- Asyaikh Ali Ridha qs
- Asyaikh Muhammad Hasyim AlKhalidi qs
- Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi qs
Perkembangan Surau
Surau adalah tempat pembinaan murid-murid Tarekat Naqsyabandiah yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya. Pada tahun 1950, Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya mulai merintis sebuah surau di Bukit Tinggi. Di tempat ini juga pertama sekali beliau mengadakan suluk secara resmi atas izin dari gurunya, Syaikh Muhammad Hasyim Buayan. Pada kesempatan itu telah dikokohkan 10 orang petoto. Petoto sendiri adalah istilah yang beliau ciptakan untuk menggantikan istilah khalifah, karena beliau beranggapan kekhalifahan atau pengganti beliau akan ditetapkan oleh Allah pada masanya tersendiri. Pada tahun 1955, beliau pindah ke Kampus SPMA Negeri Medan, sehingga aktivitas kesurauan juga ikut dipindahkan ke tempat tersebut. Di tempat ini pula kelak berdiri Universitas Pembangunan Panca Budi sedangkan SPMA Negeri pindah ke Jln. Gatot Subroto Km. 12, Medan.
Sistem dakwah yang beliau terapkan adalah sistem dakwah terbuka dan sesuai dengan tuntutan zaman maka dilakukan pengajian-pengajian untuk umum, ceramah-ceramah, seminar, dan penerbitan buku-buku. Untuk membantu pengelolaan kegiatan-kegiatan tersebut maka beliau membentuk Badan Koordinasi Kesurauan dan Badan Kerjasama Surau.
Hingga tahun 2002, tempat untuk melaksanakan tawajuh yang telah terdaftar di bawah Yayasan Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya adalah sejumlah 478 tempat yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu juga ada 15 tempat lainnya yang terdaftar di Malaysia. Selain itu juga terdapat 11 tempat suluk di seluruh Indonesia dan beberapa tempat suluk lainnya di Malaysia.[1]
Wafat
Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya wafat pada 9 Mei 2001 dan dimakamkan di Surau Qutubul Amin Arco, Kabupaten Bogor[2].
Referensi
- ^ a b c d Nur, Prof. K. H. Djamaan (2002). Tasawuf dan Tarekat Naqsyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya. Medan: USU Press. ISBN 979-458-191-7.
- ^ "Prof Sayyidi Syekh Kadirun Yahya Guru Besar Pemimpin Para Sufi | Republika Online". Republika Online. Diakses tanggal 2018-09-12.