Surat Jaminan Muhammad (bahasa Inggris: Achtiname of Muhammad; Patent of Mohammed), juga dikenal sebagai Surat Perjanjian (Testamentum) Muhammad, adalah sebuah dokumen atau ahdname merupakan suatu surat perjanjian yang diratifikasi oleh nabi Muhammad SAW yang memberikan jaminan perlindungan dan hak-hak lain bagi para biarawan di Biara Santa Katarina, Semenanjung Sinai. Surat ini dimeteraikan dengan gambar telapak tangan Muhammad.[1]

Naskah
Surat Jaminan Muhammad
Achtiname of Muhammad
Achtiname of Muhammad
Achtiname of Muhammad
NamaSurat Jaminan Muhammad
Kini disalinan pada Biara Santa Katarina dan Biara Simonopetra
Catatanditulis oleh Ali bin Abi Thalib, atas perintah nabi Muhammad SAW
edisi cetak pertama: Gabriel Sionita, Testamentum et pactiones inter Mohammedem et Christianae fidei cultores (1630)

Dokumen

Terjemahan harfiah dokumen:

"Ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, sebagai suatu perjanjian bagi mereka yang menganut Kekristenan, jauh dan dekat, kami beserta mereka.
Sesungguhnya aku, para hamba, para pembantu dan para pengikutku membela mereka, karena orang Kristen adalah wargaku; dan demi Allah! aku menahan diri untuk melakukan apapun yang menentang mereka.
Tidak ada paksaan boleh dilakukan untuk mereka.
Juga tidak boleh hakim-hakim mereka disingkirkan dari pekerjaannya, maupun para biarawan mereka dari biara-biaranya.
Tidak ada orang yang boleh menghancurkan rumah agama mereka, atau merusakkannya, atau mengambil sesuatupun daripadanya ke dalam rumah-rumah orang Muslim.
Bilamana ada orang yang melakukan hal ini, ia menyalahi perjanjian Allah dan tidak mematuhi Nabi-Nya.
Sesungguhnya, mereka adalah sekutuku dan memiliki perjanjian erat dariku melawan semua yang mereka benci.
Tidak ada orang yang boleh memaksa mereka untuk pergi atau mengharuskan mereka untuk berperang.
Orang-orang Muslim harus berperang untuk mereka.
Jika seorang wanita Kristen menikah dengan seorang Muslim, tidak boleh dilakukan tanpa seizin wanita itu. Wanita itu tidak boleh dihalangi untuk mengunjungi gerejanya untuk berdoa.
Gereja-gereja mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dihalangi untuk memperbaikinya atau kekudusan perjanjian-perjanjian mereka.
Tidak ada bangsa (Muslim) yang boleh melanggar perjanjian ini sampai Akhir Zaman."

Sejarah

Dokumen ini menyatakan bahwa Nabi Muhammad (570-633) secara pribadi melalui perjanjian ini memberikan hak-hak dan kemudahan bagi semua orang Kristen "jauh dan dekat". Memuat sejumlah butir topik perlindungan orang-orang Kristen yang hidup dalam kekuasaan Islam sebagaimana para peziarah dalam perjalanan ke biara-biara, kebebasan beragama, kebebasan bepergian dan kebebasan menentukan para hakim dan memelihara hak milik mereka, bebas dari wajib militer dan pajak serta hak untuk dilindungi dalam peperangan.

Naskah perjanjian yang asli sudah tidak ada lagi, tetapi beberapa salinan masih ada di Biara Santa Katarina, di antaranya ada yang disaksikan oleh para hakim Islam untuk menguatkan keotentikan sejarahnya. Penjelasan tradisional mengenai hilangnya naskah asli adalah pada waktu Kekaisaran Ottoman menyerang Mesir pada tahun 1517 atas perintah sultan Selim I, naskah asli diambil dari biara tersebut oleh tentara Ottoman dan dibawa ke istana Selim di Istanbul.[2][1] Salinannya kemudian dibuat untuk mengganti kehilangannya di biara tersebut.[1] Di sisi lain, mungkin pula perjanjian itu diperbarui di bawah penguasa baru, sebagaimana disebutkan dalam dokumen lain di arsip tersebut.[3] Tradisi mengenai toleransi yang ditunjukkan terhadapa biara ini telah dilaporkan dalam dokumen-dokumen pemerintah yang diterbitkan di Kairo, dan selama periode kekuasaan Ottoman (1517-1798), Pasha Mesir setiap tahun menegaskan kembali perlindungannya.[1]

Pada tahun 1630, Gabriel Sionita menerbitkan edisi pertama naskah bahasa Arab, dengan terjemahan bahasa Latin, berjudul Testamentum et pactiones inter Mohammedem et Christianae fidei cultores atau judul bahasa Arab "Al-'ahd wa-l-surut allati sarrataha Muhammad rasul-Allah li ahl al-millah al-nasraniyyah.".

Asal mula dokumen ini telah menjadi topik berbagai tradisi berbeda, yang paling terkenal melalui kisah-kisah petualang Eropa yang mengunjungi biara tersebut.[1] Para pengarang ini termasuk perwira Perancis Greffin Affagart (mati ~ tahun 1557), pengunjung Perancis Jean de Thévenot (mati tahun 1667) dan uskup (prelate) Inggris Richard Peacocke,[1] yang menyertakan terjemahan bahasa Inggris naskah tersebut.

Sejak abad ke-19, beberapa bagian Achtiname ini mulai diteliti lebih mendalam, terutama daftar para saksi.[4] Terdapat kemiripan dengan dokumen-dokumen lain yang diberikan kepada komunitas agama lain di Timur Dekat. Salah satu contoh adalah surat Muhammad bagi orang-orang Kristen di Najrān, yang ditemukan pertama kali pada tahun 878 pada sebuah biara di Irak dan naskahnya diawetkan di Chronicle of Séert.[1]

Pengaruh modern

Beberapa orang berpendapat bahwa Achtiname ini merupakan sumber untuk membangun jembatan antara orang Muslim dan orang Kristen. Misalnya dalam halaman-halaman surat kabar Washington Post, Muqtedar Khan[5] menerjemahkan seluruh naskah itu, dan menyatakan bahwa

Mereka yang berniat menebarkan perselisihan antara orang Muslim dan Kristen berfokus pada isu yang membagi dan menekankan pada bidang-bidang konflik. Namun ketika sumber-sumber seperti janji Muhammad kepada orang Kristen dimunculkan dan digarisbawahi, ia membangun jembatan-jembatan. Ini mengilhami orang-orang Muslim untuk bangkit di atas intolerasi komunal dan menimbulkan tekad baik dalam diri orang-orang Kristen yang merasa takut terhadap Islam atau orang Muslim.[5]

Keaslian Dokumen

Uji keaslian dari surat jaminan ini sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Robert Spencer salah satunya dengan catatan sebagaimana berikut:

Muhammad is supposed to have died in 632; the Muslims conquered Egypt between 639 and 641. The document says of the Christians, “No one shall bear arms against them.” So were the conquerors transgressing against Muhammad’s command[?]...Did Muhammad draw up this document because he foresaw the Muslim invasion of Egypt? There is no mention of this document in any remotely contemporary Islamic sources; among other anomalies, it bears a drawing of a mosque with a minaret, although minarets weren’t put on mosques until long after the time Muhammad is supposed to have lived, which is why Muslim hardliners consider them unacceptable innovation (bid’a)...The Achtiname, in short, bears all the earmarks of being an early medieval Christian forgery, perhaps developed by the monks themselves in order to protect the monastery and Egyptian Christians from the depredations of zealous Muslims.[6]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g Ratliff, "The monastery of Saint Catherine at Mount Sinai and the Christian communities of the Caliphate."
  2. ^ Lafontaine-Dosogne, "Le Monastère du Sinaï: creuset de culture chrétiene (Xe-XIIIe siècle)", p. 105.
  3. ^ Atiya, "The Monastery of St. Catherine and the Mount Sinai Expedition". p. 578.
  4. ^ Ratliff, "The monastery of Saint Catherine at Mount Sinai and the Christian communities of the Caliphate", note 9. Ratliff refers to Mouton, "Les musulmans à Sainte-Catherine au Moyen Âge", p. 177.
  5. ^ a b Khan, Muqtedar (December 30), "Muhammad's promise to Christians", Washington Post, diakses tanggal 1 December 2012 
  6. ^ Spencer, Robert (January 26, 2014). "The Hypocrisy of the Huffington Post’s Praise of Muhammad". PJ Media. Retrieved 3 March 2016

Sumber utama

Editions of the Ahtiname
  • Sionita, Gabriel (ed. and tr.). Testamentum et pactiones initae inter Mohamedem et Christianae fidei cultores. Paris, 1630. Berkas PDF dapat diambil di sini.
  • Nisselii, J.G. (ed.). Testamentum inter Muhamedem et Christianae religionis populos initum. Leiden, 1655.
Pemerian perjalanan
  • Pococke, Richard. Description of the East. Vol. 1. London, 1743. pp. 268-70. Includes an English translation.
  • Thévenot, Jean de. Relation d’un voyage fait au Levant. Paris, L. Billaine, 1665.
  • Affagart, Greffin. Relation de Terre Sainte, ed. J. Chavanon. Paris: V. Lecoffre, 1902.

Sumber sekunder

  • Atiya, Aziz Suryal. "The Monastery of St. Catherine and the Mount Sinai Expedition." Proceedings of the American Philosophical Society 96.5 (1952). pp. 578-86.
  • Lafontaine-Dosogne, Jacqueline. "Le Monastère du Sinaï: creuset de culture chrétiene (Xe-XIIIe siècle)." In East and West in the Crusader states. Context – Contacts – Confrontations. Acta of the congress held at Hernen Castle in May 1993, ed. Krijnie Ciggaar, Adelbert Davids, Herman Teule. Vol 1. Louvain: Peeters, 1996. pp. 103-129.
  • Ratliff, Brandie. "The monastery of Saint Catherine at Mount Sinai and the Christian communities of the Caliphate." Sinaiticus. The bulletin of the Saint Catherine Foundation (2008).

Pustaka tambahan

  • Atiya, Aziz Suryal (1955). The Arabic Manuscripts of Mount Sinai: A Handlist of the Arabic Manuscripts and Scrolls Microfilmed at the Library of the Monastery of St. Catherine, Mount Sinai. Baltimore: Johns Hopkins Press. 
  • Hobbs, J. (1995). Mount Sinai. Austin: University of Texas Press. hlm. 158–61. 
  • Manaphis, K.A., ed. (1990). Sinai: Treasures of the Monastery of Saint Catherine. Athens. hlm. 14, 360–1, 374. 
  • Moritz, B. (1918). "Beitrage zur Geschichte des Sinai-Klosters im Mittelalter nach arabischen Quellen". Abhandlungen der Berliner Akademie: 6–9.  German translation
  • Moritz (1928). Abhandlungen der Preussischen Akademie der Wissenschaften. 4: 6–8.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  • Mouton, Jean-Michel (1998). "Les musulmans à Sainte-Catherine au Moyen Âge". Le Sinai durant l'antiquité et le moyen âge. 4000 ans d'histoire pour un desert. Paris: Editions Errance. hlm. 177–82. 
  • Pelekanidis, S. M.; Christou, P. C.; Tsioumis, Ch.; Kadas, S. N. (1974–1975). The Treasures of Mount Athos [Series A]: Illuminated manuscripts. Athens.  A copy in the Simonopetra monastery, p. 546.
  • Sotiriou, G. and M. (1956-8). Icones du Mont Sinaï. 2 vols (plates and texts). Collection de L'Institut francais d'Athènes 100 and 102. Athens. hlm. 227–8. 
  • Vryonis, S. (1981). "The History of the Greek Patriarchate of Jerusalem as Reflected in Codex Patriarchus No. 428, 1517-1805". Byzantine and Modern Greek Studies. 7: 29–53. 

Pranala luar