Tari Moyo

salah satu tarian di Indonesia
Revisi sejak 5 Agustus 2018 15.12 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Tari Moyo atau disebut juga sebagai tari elang merupakan salah satu seni tari tradisional yang berasal dari pulau Nias, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Moyo dalam bahasa nias berarti burung elang. Hewan unggas tersebut adalah ilham bagi masyarakat nias dalam menciptakan gerakan tarian ini yang menggambarkan seekor burung elang yang mengepakkan sayapnya, tanpa mengenal lelah, menaklukkan sesuatu yang bermakna bagi sesamanya dan dirinya sendiri. Pada dasarnya tari moyo menceritakan tentang sukacita seorang ibu atas kepulangan anaknya dari peperangan. Tarian ini juga melambangkan keuletan dan semangat secara bersama dalam mewujudkan sesuatu yang dicita-citakan.[1]

Adat

Tari moyo merupakan tarian yang istimewa, oleh karena itu tarian ini dulunya ditampilkan dalam acara-acara tertentu, seperti penyambutan saat panglima kembali dari berperang, dalam acara-acara kerajaan untuk menghibur para raja dan ratu serta menyambut para tamu-tamu raja dan dimainkan oleh gadis-gadis asli nias. Selain itu, tarian ini juga ditampilkan pada pesta adat perkawinan. Pada pesta adat perkawinan masyarakat nias. Tari moyo (tari elang) yang ditampilkan pada pesta adat perkawinan selalu dimainkan secara beriringan dengan urutan yang pertama adalah Lompat Batu. Kemudian dilanjutkan dengan Tari Perang yang bersambungan dengan Tari Moyo dan diakhiri dengan Tari Fogaele. Setelah itu, para penari membawakan persembahan sirih kepada pengantin dan para tamu yang datang.[2]

Gerakan

Dalam tarian moyo (tarian elang) terdapat beberapa ragam gerakan yaitu gerak kepak sayap (mamologo afi), gerak berhadapan (fataho), gerak berselisih (faonda), gerak lingkaran (sieligo), gerak berkomunikasi (fahuhuo), lalu kembali (mangawei). Tari moyo ini ditampilkan dengan iringan musik menggunakan alat musik tradisional genderang serta gong khas Nias dan nyanyian dengan lantunan syair. Irama yang dimainkan diawali dengan tempo pelan kemudian cepat yang sesuai dengan gerakan penari serta syair yang dilantunkan.[3]

Referensi