Larasati

Revisi sejak 18 Februari 2019 23.08 oleh JohnThorne (bicara | kontrib) (Menghapus Kategori:Seni menggunakan HotCat)

Larasati (dalam tradisi pewayangan Jawa) merupakan salah seorang dari 41 orang istri Arjuna dan juga seorang tokoh dari wiracarita Mahabharata.[1] Larasati sering dipanggil dengan nama Dewi Rarasati dalam cerita mahabarata.[2] Dalam pewayangan walaupun seorang wanita, Larasati mempunyai keahlian dalam keprajuritan, terutama memanah.[3]

Berkas:Larasati, Dewi.jpg
Larasati, Dewi

Riwayat

Larasati merupakan putri dari Harya Prabu Rukma kakak dari Dewi Kunti yang merupakan ibu Arjuna, sehingga sebenarnya Larasati dan Arjuna masih saudara sepupu.[3] Ibu Larasati bernama Ken Sayuda, yang merupakan seorang wanita penghibur di Istana Madura.[1] Sebuah skandal terjadi ketika Harya Prabu yang waktu itu masih remaja dengan Ken Sayuda, (dalam kitab Mahabarata Ken Sayuda dulu yang mendekati Harya Prabu Rukmana) sehingga wanita penghibur itu hamil.[1] Bayi yang lahir dari skandal inilah Larasati.[1] Untuk memelihara nama baik keraton, Ken Sayuda yang sedang hamil dikawinkan dengan Demang Antagopa.[3] Mereka lalu tinggal di Kademangan Widarakandang.[3] Ken Sayuda setelah menjadi istri Demang Antagopa bernama Nyai Sagopi.[3]

Beberapa tahun setelah Larasati lahir, Prabu Basudewa Raja Mandura, mengungsikan tiga orang anaknya ke Widarakandang.[1] Mereka adalah Kakrasana, Narayana dan Lara Ireng alias Bratajaya.[1] Itulah sebabnya Larasati dan Bratajaya bersahabat sejak mereka masih kanak-kanak.[1] Persahabatan ini tetap akrab setelah keduanya menjadi istri Arjuna.[1]

Dewi Larasati mempunyai tiga saudara laki-laki yang juga lahir dari peristiwa skandal yang melibatkan ibunya.[4] Kebetulan ketiganya menjadi patih di negara yang berbeda.[4] Saudara pertamanya bernama Pratayoga yang merupakan anak gelap Prabu Kuntibojo yang kemudian menjadi patih di Kerajaan Mandura.[4] Kemudian saudaranya yang kedua bernama Udawa yang merupakan anak gelap Prabu Basudewa yang kemudian menjadi patih di Kerajaan Dwarawati dan saudara yang ketiga bernama Adi Manggala yang merupakan anak gelap Ugrasena yang menjadi patih di Kadipaten Awangga.[4]

Pernikahan Larasati dengan Arjuna, Dewi Larasati mendapatkan dua anak, yaitu Bambang Sumitra dan Branatalaras.[4] Seperti keakraban Larasti dengan Dewi Subadra, kedua anaknya itu juga akrab dengan Abimanyu putra Subadra yang juga merupakan istri dari Arjuna.[4] Dalam Baratayuda, Bambang Sumitra dan Brantalaras gugur, beberapa saat sebelum Abimanyu gugur dalam peperangan.[4]

Bentuk Wayang

Berikuti ini merupakan Bentuk tokoh wayang dari Dewi Larasati:

  1. Rarasati (nama kecil Dewi Larasati) bermata jaitan, hidung mancung, muka agak mendongak.[5]
  2. Bersanggul gede (besar) dengan sebagian rambut terurai.[5]
  3. Berjamang dan sunting waderan, berkalung bulan sabit, bergelang dan berpontoh.[5]
  4. Berselendang dan menggunakan Kain dodot putren.[5]

Sifat-sifat Tokoh Wayang Dewi Larasati

Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh Dewi Larasati adalah sebagai berikut:[6]

  1. Teguh hati (memiliki pendirian yang kuat.[6]
  2. Lemah Lembut (memiliki kelembutan pada dirinya.[6]
  3. memesona ketika berbicara.[6]
  4. Mampu untuk meredakan emosi kemarahan.[6]
  5. Berkepribadian yang menarik hati.[6]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h Tim Penulis Sena Wangi (1999). Ensiklopedi Wayang Indonesia. Jakarta: Sekretariat Nasional Pewayangan indonesia (SENA WANGI). hlm. 837. ISBN 9799240034. 
  2. ^ R. Rio Sudibyoprono (1991). Ensiklopedi Wayang Purwa. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 135. ISBN 9799240034. 
  3. ^ a b c d e Heru S Sudjarwo, Sumari, Undung Wiyono (2010). Rupa & Karakter Wayang Purwa Dewa, Ramayana, Mahabarata. Jakarta: Kakilangit Kencana. hlm. 848. ISBN 9786028556262. 
  4. ^ a b c d e f g Tim Penulis Sena Wangi (1999). Ensiklopedi Wayang Indonesia. Jakarta: Sekretariat Nasional Pewayangan indonesia (SENA WANGI). hlm. 838. ISBN 9799240034. 
  5. ^ a b c d "Larasai Dewi, Dewi Rarasati". Diakses tanggal 5 mei 2014. 
  6. ^ a b c d e f M. Nasruddin Anshoriy Ch (2008). Neo Patriotisme: Etika Kekuasaan dalam Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Lkis. hlm. 206. ISBN 9791283672.