Yusuf Hamadani

Sufi Mursyid
Revisi sejak 31 Maret 2019 07.58 oleh Rachmat04 (bicara | kontrib) (Dikembalikan ke revisi 14952299 oleh Riznaldo (bicara): Mohon sisipkan foto profil subjek, bukan ilustrasi lain.)

Abu Yaqub Yusuf Hamdani adalah seorang guru sufi yang terkenal sebagai salah satu Mursyid Thoriqoh Naqsyabandiyah dari aliran sufi yang terdapat pada agama Islam. Beliau merupakan pelopor Khwajagan (Master) dari tatanan Naqsyabandi. Pusat pengajaranya berada di Merv (Turkmenistan).

Abu Yaqub Yusuf Hamdani

Perjalanan Hidup

Dilahirkan di Buzanjird dekat Hamadan pada 1062, ia pindah dari Hamadan ke Baghdad ketika ia berusia delapan belas tahun. Dia mempelajari sekolah fiqh bermazhab Syafi'i di bawah pengawasan guru pada masanya, yaitu Syekh Ibrahim bin Ali bin Yusuf al-Fairuzabadi. Dia terus bergaul di Baghdad dengan cendekiawan besar, seperti Abu Ishaq ash-Shirazi, yang membuat dia merasa lebih dihormati daripada murid-muridnya yang lain meskipun dia yang termuda. Tapi dia tetap berpegang pada mazhab Hanafi tidak seperti gurunya.

Menurut Ibn Khallikan, ia memulai karir religiusnya dengan mengembangkan ilmu-ilmu agama, menjadi sarjana hadits dan fiqh yang disegani serta seorang pengkhotbah populer di Baghdad. Dia seorang ahli hukum yang sangat cemerlang sehingga dia menjadi Imam atau Mursyid pada waktunya bagi semua sarjana di bidang itu. Dia terkenal di Baghdad, pusat pengetahuan Islam, di Isfahan, Bukhara, Samarqand, Khwarazm, dan melalui Asia Tengah.

Belakangan ia meninggalkan semua pengejaran ini, mengadopsi cara hidup asketik yang intens dan bepergian ke timur, pertama-tama menetap di Herat dan kemudian di Merv, di mana makamnya masih terkenal ada. Dia menjadi seorang petapa dan terlibat dalam ibadat dan mujahadah (perjuangan spiritual) yang konsisten, yang diajarkan oleh guru sebelumnya yaitu Syaikh Abu 'Ali al-Farmadhi. Dia berhubungan dengan Syekh Abdullah Ghuwayni dan Syekh Hasan Simnani. Dia menyebutkan empat khalifah atau penerus, sebuah pola yang berulang untuk beberapa generasi Khwajagan, termasuk Ahmed Yesevi dan Khwaja Abdul Khaliq Gajadwani, mata rantai berikutnya dalam silsilah Naqshbandiyah.

Bibliography