Yenny Wahid

politisi Indonesia
Revisi sejak 12 Maret 2008 09.24 oleh Borgxbot (bicara | kontrib) (Robot: Cosmetic changes)

Yenny Wahid yang bernama lengkap “Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid” (lahir di Jombang, Jawa Timur, 29 Oktober 1974) adalah seorang aktivis Islam dan politisi Indonesia

Berkas:Yenny wahid.jpg
Yenny Wahid

Latar Belakang

Seperti halnya ayahnya, ia terlahir dalam lingkungan keluarga NU. Pola pikirnya pun tidak jauh dengan ayahnya yang lebih mengedepankan Islam yang moderat, menghargai pluralisme dan pembawa damai. Meskipun mendapatkan gelar sarjana desain dan komunikasi visual dari Universitas Trisakti, tetapi ia memutuskan untuk menjadi wartawan.

Sebelum terjun secara khusus mendampingi ayahnya, Yenny bertugas sebagai reporter di Timor-Timur dan Aceh. Ia menjadi koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) antara tahun 1997 dan 1999. Saat itu, meski banyak reporter keluar dari Timor Timur, Yenny tetap bertahan dan melakukan tugasnya. Ia sempat kembali ke Jakarta setelah mendapat perlakuan kasar dari milisi, namun seminggu kemudian ia kembali ke sana. Liputannya mengenai Timor Timur pasca referendum mendapatkan anugrah Walkley Award.[1]

Belum terlalu lama menekuni pekerjaannya, ia berhenti bekerja karena ayahnya, Gus Dur, terpilih menjadi presiden RI ke-4. Sejak itu, kemanapun Gus Dur pergi, Yenny selalu berusaha mendampingi ayahnya, dengan posisi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.

Setelah Gus Dur tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny menempuh studi S2 di Harvard Kennedy School of Government di bawah beasiswa Mason[2]. Sekembalinya dari Amerika tahun 2004, Yenny menjabat sebagai direktur Wahid Institute yang saat itu baru berdiri. Hingga kini ia menduduki jabatan tersebut.

Yenny juga aktif dalam Partai Kebangkitan Bangsa.

Referensi

  1. ^ Yenny Wahid's Biography
  2. ^ KSG Mason Fellow List 2003