Museum Musik Indonesia
Museum Musik Indonesia (MMI) merupakan Satu-satunya museum seni musik di Indonesia, berada di Kota Malang, Jawa Timur. Tiap-tiap aspek kehidupan memiliki sejarahnya sendiri yang jika dapat dikenang. Demikian pula dengan perkembangan musik yang tiap-tiap zamannya memiliki masa keemasannya. Bagus itu nyanyian, penyanyi, gaya hidup hingga dengan media (alat rekam dan dengar) untuk menikmatinya. Museum ini berlokasi di Gedung Kesenian Gajayana lantai 2 Jl. Nusakambangan No. 19 Kota Malang.[1]
Sejarah
Sejarah Museum Musik Indonesia hakekatnya telah diawali semenjak lama. Cikal bakalnya merupakan Kelompok Pecinta Katjoetangan (Kayutangan) yang eksis semenjak 1970-an. Kelompok ini berisikan para pecinta musik yang yang menghibahkan diri, energi, waktu, dan hartanya untuk merawat warisan musik yang ada. Kayu tangan sendiri diketahui sebagai tempat daerah berkumpulnya para organisator seni di Malang tempo dahulu. Seiring waktu, bendera Sosial Pecinta Katjoetangan menjelma menjadi Galeri Malang Tarik (Bernyanyi) pada 2009. Galeri Malang Bernyanyi kemudian bertransformasi menjadi Museum Musik Indonesia pada 2015. Setelah didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM, Museum Musik Indonesia pun resmi berdiri. Pemerintah Kota Malang memberi dukungan dengan mengizinkan pengelola museum untuk menggunakan Gedung Kesenian Gajayana sebagai tempat Museum Musik Indonesia.[2] Lokasi awal GMB berada di sebuah garasi 3 x 5 m di rumah orang tua Hengki Herwanto, Hengki Herwanto adalah pendiri dan ketua dari GMB. Etalase pertama yang disiapkan adalah sebuah rak kaca mini ukuran 35 x 40 cm yang biasa dipakai oleh para penjual rokok yang dibeli di kios di kawasan Sawojajar. Menginjak tahun ke 4 GMB sudah mampu mengontrak sebuah rumah di kawasan Griya Santa. Luas ruangan yang bisa dimanfaatkan untuk memamerkan koleksi, lebih luas dibandingkan tempat lamanya. Dari tempat ini terjadi perkembangan yang cukup baik dengan meningkatnya jumlah kunjungan tamu dan jumlah sumbangan koleksi.
Peresmian
Pada tahun 2015 Galeri Malang Bernyanyi bertransformasi menjadi Museum Musik Indonesia. Setelah didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM, Museum Musik Indonesia pun resmi berdiri. Pemerintah Kota Malang memberi dukungan dengan mengizinkan pengelola museum untuk menggunakan Gedung Kesenian Gajayana sebagai tempat Museum Musik Indonesia. Pada 19 November 2016, Museum musik Indonesia tersebut diresmikan langsung oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) RI. Museum Musik Indonesia sendiri menempati lantai 2 Gedung Kesenian Gajayana di Jalan Nusakambangan No.19, Kota Malang.[3]
Koleksi
Menurut catatan yang ada di Museum Musik Indonesia hingga akhir tahun 2018 terdapat sekitar 26.000 koleksi yang tersimpan. Koleksinya berupa piringan hitam, kaset, CD, VCD, instrumen musik, majalah, buku baik dalam negeri maupun luar negeri. Koleksi-koleksi ini yang dalam negeri dikategorikan berdasarkan provinsi, dan yang luar negeri dikategorikan berdasarkan negara. Selain itu juga ada yang dikategorikan berdasarkan genrenya. Semua koleksi lawas yang ada masih dalam kondisi bagus dan dapat didengarkan.
Sebagian besar koleksi di Museum Musik Indonesia didapat dari donasi para pecinta musik dan kolektor, baik dari Malang ataupun luar Malang. Sebanyak 60-70% koleksi yakni karya musisi Indonesia. Sisanya yakni musisi luar negeri, mulai dari Eropa sampai Amerika Latin, apabila didata koleksi tersebut berasal dari 100 negara. Koleksi yang terkumpul kemudian dicatat dengan diberi nomor urut, tanggal sumbangan, nama dan alamat penyumbang, serta tahun produksi.
Koleksi yang menarik yang ada disini adalah alat musik kuno yang bernama Okarina. Okarina merupakan salah satu alat musik tertua yang ada di MMI. Alat musik ini dipercaya ada semenjak Zaman Batu sekitar 12.000 tahun lalu, benda ini ditemukan dari berbagai kebudayaan dengan banyak variasi. Di Indonesia, Okarina terbuat dari tanah liat.
Genre dari koleksi yang tersimpan bermacam-macam mulai dari pop, rock, jazz, latin, nyanyian-nyanyian tempat, dan lain sebagainya. Dikala menyisir satu demi satu rak dan lemari koleksi, ditemui sebagian nama penyanyi, grup vokal dan grup band aku yang masih eksis atau setidaknya nyanyian-nyanyian mereka masih didengarkan sampai sekarang. Sebagian koleksi tergolong cukup langka dan sungguh-sungguh bernilai. Seperti kaset dari tahun 1950-an dan piringan hitam dari tahun 1924. Segala koleksi lawas yang ada masih dalam situasi bagus dan dapat didengarkan. Sebagian besar koleksi di Museum Musik Indonesia didapat dari donasi para pecinta musik dan kolektor, baik dari Malang ataupun luar Malang. Sebanyak 60-70% koleksi yakni karya musisi Indonesia. Sisanya yakni musisi luar negeri, mulai dari Eropa sampai Amerika Latin. Apabila didata barangkali koleksi hal yang demikian berasal dari sekitar 100 negara.
Lihat Pula
Referensi
- ^ http://bromokita.com/menjelajahi-dunia-musik-di-museum-musik-indonesia-malang.html .bromokita. Diakses 26-10-2017
- ^ https://www.kompasiana.com/hery_supriyanto/museum-musik-indonesia-dalam-upaya-menyelamatkan-sejarah-musik-indonesia_58d9da876ea83494048b4567 .kompasiana. Diakses 26-10-2017
- ^ https://www.kompasiana.com/wardhanahendra/warisan-karya-tak-ternilai-di-museum-musik-indonesia_58c0bcf4a923bd5206fe3d14 .kompasiana. Diakses 26-10-2017