Vaksinasi
Vaksinasi disebut juga imunisasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kata vaksinasi berasal dari bahasa Latin vacca yang berarti sapi - diistilahkan demikian karena vaksin pertama berasal dari virus yang menginfeksi sapi (cacar sapi).
Pada tahun 2014, program imunisasi di Indonesia hanya mencakup 86,8 persen atau di bawah target, yakni 90 persen. Semakin ke desa atau daerah di luar Jakarta cakupannya berkurang, misalnya vaksinasi DPT tahun 2013 di Provinsi Sumatra Barat hanya 60,2 persen, di Aceh 52,9 persen dan di Papua 40,8 persen. Hal ini menimbulkan 'outbreak' pada tahun 2015 dengan penderita terduga infeksi Dipteri sebanyak 62 orang (termasuk 2 orang meninggal) di Sumatra Barat dan 16 orang terinfeksi Dipteri (termasuk 2 orang meninggal) di Aceh.[1]
Imunisasi aktif dan pasif
Imunisasi bisa didapatkan melalui cara aktif dan pasif: vaksinasi adalah imunisasi aktif.
Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan patogen. Sistem imun akan membentuk antibodi dan perlindungan/perlawanan lainnya terhadap mikroba. Di masa depan, respon imunitas terhadap mikroba ini dapat sangat efisien; ini adalah kasus di mana banyak anak-anak terinfeksi walaupun hanya sekali, tetapi kemudian kebal.
Imunisasi aktif buatan adalah di mana mikroba, atau bagian darinya, diinjeksikan kepada seseorang sebelum ia dapat melakukannya secara alami. Jika keseluruhan mikroba digunakan, maka perlu dilemahkan.
Imunisasi sangatlah penting, sehingga the American Centers for Disease Control and Prevention menamainya sebagai salah satu dari the "Ten Great Public Health Achievements in the 20th Century".[2] Vaksin hidup yang telah dilemahkan telah berkurang sifat penyakitnya. Keefektifannya tergantung dari kemampuan sistem imun untuk mereplikasi dan memberikan respon seperti terjadi infeksi alamiah. Biasanya sudah efektif diberikan satu injeksi saja. Contoh vaksin hidup yang telah dilemahkan meliputi tampek, gondongan, rubella, campak, kolera, polio atau kombinasi ketiganya dalam satu vaksin sebagai vaksin MMR, demam kuning (yellow fever), cacar air (varicella), rotavirus, dan vaksin influenza.
Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesis dari sistem kekebalan yang dipindahkan kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak perlu membuatnya sendiri elemen-elemen tersebut. Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk imunisasi pasif. Metode imunisasi ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhir cepat, karena antibodi akan lisis dengan sendirinya, dan jika tak ada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka akan hilang.
Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika antibodi dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan, untuk melindungi janin sebelum dan sementara waktu sesudah kelahiran.
Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui injeksi dan digunakan jika ada wabah penyakit tertentu atau penanganan darurat keracunan, seperti pada tetanus. Antibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang, dinamai "terapi serum", meskipun ada kemungkinan besar terjadinya syok anafilaksis, karena sistem imun yang melawan serum binatang tersebut. Jadi, antibodi manusia dihasilkan secara in vitro melalui kultur sel dan digunakan menggantikan antibodi dari binatang, jika tersedia. Di kota-kota besar di Indonesia selalu tersedia vaksin rabies untuk mereka yang ingin mendapatkan kekebalan terhadap rabies dan serum anti-rabies bagi mereka yang dikhawatirkan sudah terjangkit rabies, karena misalnya habis digigit anjing atau monyet.
Manfaat Imunisasi
Manfaat untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
Manfaat untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anak-anak akan menjalani masa anak-anak dengan aman.
Manfaat untuk orang tua
Yang disebut orang tua adalah mereka yang berusia di atas 55 tahun di mana kekebalan tubuhnya mulai menurun. Jadwal vaksinasi dewasa dapat dimajukan, misalnya menjadi 40 tahun, jika orang tua tersebut menderita diabetes (kencing manis) atau penyakit lainnya yang menyebabkan kekebalan tubuhnya menurun.
Manfaat untuk negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal sehat untuk melanjutkan pembangunan negara.
Manfaat untuk orang sekitar
Di lingkungan yang mayoritas telah diimunisasi, maka mereka yang belum diimunisasi biasanya juga terhindar dari penyakit yang sehubungan dengan imunisasi tersebut, karena memang di lingkungan tersebut tidak ada orang yang terjangkit penyakit tersebut. Oleh karena itu eradikasi atau menghilangkan sesuatu penyakit dari lingkungan tersebut, misalnya Polio dilakukan tidak perlu mencapai 100 persen, jika yang diimunisasi telah mencapai 90 persen, maka telah dianggap berhasil.
Cara Imunisasi
Imunisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, ada yang diberikan secara suntikan ke otot (intra muskular atau im), lapisan bawah kulit (subkutan atau sc) maupun ada yang diberikan melalui tetesan cairan ke mulut (misalnya vaksin polio dan kolera).