Pesta Srada atau upacara Srada adalah upacara pemujaan arwah yang dilakukan pada zaman kerajaan Majapahit. Contoh paling terkenal dari penyelenggaraan pesta Srada adalah yang dilakukan oleh Prabu Hayam Wuruk untuk memuja arwah Rajaptani pada bulan Badra tahun 1284 Saka atau 1362 Masehi. Pesta ini disebutkan sekilas saja dalam Pararaton, tetapi pada Negarakertagama dijelaskan secara panjang lebar. Upacara Srada masih dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam bentuk tradisi nyadran.[1]

Contoh sejarah

Beberapa pesta Srada yang tercatat sejarah dilakukan oleh para raja pada zaman kerajaan Majapahit adalah sebagai berikut:

Pesta Srada Rajaptani Dyah Gayatri

Pesta Srada yang diselenggarakan Prabu Hayam Wuruk untuk memuja arwah Rajaptani pada bulan Badra tahun 1284 Saka atau 1362 Masehi adalah contoh upacara sadra yang dirayakan secara besar-besaran. Pesta ini disebutkan sekilas saja dalam Pararaton, tetapi pada Negarakertagama dijelaskan secara panjang lebar pada pupuh 63 hingga 67. Dari catatan sejarah itu, dapat diketahui dengan teperinci bagaimana jalannya pesta Srada pada masa lalu.[2]

Pesta Srada Prabu Singawardhana

Pesta Srada untuk memperingati dua belas tahun kepergian Prabu SIngawardhana dilakukan oleh Sri Girindrawardhana pada 1408 Saka atau 1486 Masehi. Acara ini juga dimanfaatkan untuk mengeluarkan prasasti pengukuhan tanah Trailokyapuri (prasasti Jiyu) sebagai hadiah mendiang Singawardhana kepada Sri Bhrahmaraja Ganggadhara.[2][3]

Lihat juga

Catatan kaki

  1. ^ Kinasih, Carolus Lwanga Tindra Matutino (2018-04-25). Mistik Ketimuran: Perjumpaan Hinduisme dengan Penghayatan Kebatinan dalam Budaya Jawa. Deepublish. ISBN 9786024750800. 
  2. ^ a b Muljana, Prof Dr Slamet (2005-01-01). Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 9789798451164. 
  3. ^ Sulindo, Koran. "Temuan 2 Prasasti, Tegaskan Batas Majapahit | Koran Sulindo". Diakses tanggal 2019-08-02.