Peritonitis infeksius kucing

Radang peritoneum infeksius pada kucing
Revisi sejak 9 Agustus 2019 08.15 oleh RianHS (bicara | kontrib) (Menambahkan bagian "Penyebab", akan dikembangkan lebih lanjut.)

Feline infectious peritonitis (disingkat FIP) atau radang peritoneum infeksius pada kucing adalah penyakit menular pada kucing akibat infeksi virus Feline Coronavirus (FCoV). Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan adalah radang pada peritoneum, selaput tipis yang melapisi rongga perut. Penyakit ini bersifat mematikan dan kasusnya dilaporkan di seluruh dunia.

Gambaran histopatologis ginjal kucing yang terinfeksi FIP di mana terlihat reaksi radang.

Penyebab

 
Ilustrasi Coronavirus

Penyakit FIP disebabkan oleh virus dari famili Coronaviridae yang menyerang kucing. Famili Coronaviridae sendiri merupakan kelompok virus RNA rantai tunggal beramplop yang mampu menginfeksi berbagai spesies makhluk hidup. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Coronavirus adalah sindrom pernapasan akut berat (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).

Feline Coronavirus terbagi menjadi dua jenis yaitu Feline Enteric Coronavirus (FECV) yang kurang patogen dan Feline Infectious Peritonitis Virus (FIPV) yang sifatnya lebih patogen. Virus FECV menginfeksi sel epitel usus yang menyebabkan diare atau bahkan tidak memunculkan tanda klinis sama sekali. FECV dapat mengalami mutasi menjadi FIPV yang menyebabkan feline infectious peritonitis yang mematikan. Penyakit FIP dapat menginfeksi semua jenis kucing pada semua umur.

Bentuk penyakit

Berkas:FIP-Basah.jpg
Perut buncit yang berisi cairan pada penyakit Feline infectious peritonitis tipe basah.

Penyakit ini bermanifestasi dalam dua bentuk, yaitu basah (wet) dan kering (dry). Tipe basah menyebabkan sekitar 60-70% dari keseluruhan kasus penyakit ini dan lebih ganas dari tipe kering. Bentuk penyakit yang muncul sangat tergantung pada reaksi kekebalan tubuh kucing. Jika kekebalan tubuh bereaksi cepat, biasanya yang muncul adalah tipe kering. Sebaliknya, jika kekebalan tubuh lambat bereaksi, maka tipe basah yang muncul.

Pada saat respon kekebalan tubuh cukup kuat, gejala penyakit ini dapat tidak muncul tetapi kucing dapat menjadi pembawa dan dapat menularkan virus selama beberapa tahun hingga kekebalan tubuhnya berkurang sedikit demi sedikit. Seiring dengan berkurangnya kekebalan, penyakit akan semakin berkembang hingga timbul gejala sakit dan akhirnya menyebabkan kematian.

Statistik kejadian

Ada dua strain virus penyebab penyakit ini, yaitu FcoV-1 dan FcoV-2, sekitar 85% penyakit FIP disebabkan oleh strain pertama. Kejadian penyakit FIP sekitar 1% dari total kucing sakit yang dibawa ke dokter hewan untuk diobati.

Penyakit ini biasa menyerang kucing, terutama kucing-kucing di penampungan hewan, di mana terdapat sejumlah besar kucing dewasa dan anakan hidup bersama. Diperkirakan sekitar 10-20% kucing pada tempat-tempat yang positif mengandung FECV, terinfeksi FIP. Sekitar 2% kasus penyakit terjadi pada pemeliharaan kucing kurang dari tiga ekor.

Penularan

Kucing sehat dapat tertular melalui kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi atau kotorannya. Kucing yang terinfeksi menyebarkan virus melalui liur dan kotoran. Penularan terutama terjadi melalui kontak kotoran dengan mulut, lainnya melalui liur atau lendir saluran pernafasan.

Virus FIP dapat bertahan hidup selama 2-3 minggu dengan suhu ruangan pada permukaan kering, termasuk pada peralatan makan kucing, mainan, kotak kotoran (litter box), tempat tidur, pakaian kucing atau bulu kucing. Induk yang pembawaan dapat menularkan virus ke anaknya. Menurut para ahli, kucing jarang tertular virus FIP secara langsung. Sebagian besar penyakit FIP yang terjadi diduga berasal dari mutasi FECV yang memang banyak terdapat pada pencernaan kucing dan relatif tidak berbahaya.

Gejala

Sebagian besar kucing yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang nyata, tetapi sebenarnya virus tetap berkembang di dalam tubuh. Setelah kontak, virus mulai berkembang di tenggorokan dan usus halus kucing. Kemudian pindah ke paru-paru, perut, dan menyebar diseluruh usus. Sekitar 1-10 hari kemudian virus sudah dapat ditularkan ke kucing lain. Selama infeksi ini, gejala yang muncul dapat berupa bersin-bersin, mata berair, lendir hidung yang berlebihan, diare, berat badan berkurang, lemah, dan lesu. Gejala yang muncul dapat juga tidak spesifik, seperti hilangnya nafsu makan, depresi, rambut kasar, dan demam.

Pada bentuk basah terjadi akumulasi cairan di rongga perut dan rongga dada, menyebabkan menyebabkan pembengkakan daerah perut (biasanya tanpa rasa sakit) disertai kesulitan bernafas. Sedangkan, pada bentuk kering, cairan yang menumpuk relatif sedikit dan gejala yang muncul tergantung organ yang terinfeksi virus. Sekitar setengah dari kasus bentuk kering, menunjukkan gejala radang mata atau gangguan saraf, seperti lumpuh, cara berjalan yang tidak stabil dan kejang-kejang. Gejala lainnya dapat berupa gagal ginjal atau pembengkakan hati, depresi, anemia, berat badan berkurang drastis, gangguan pankreas, dan sering disertai demam. Gejala lain berupa muntah, diare & ikterus (warna kekuningan pada kulit dan selaput lendir).

Pencegahan

Jaga kebersihan kandang dan peralatan kucing. Jangan lupa untuk mencucinya dengan sabun, deterjen, atau desinfektan. Bahan yang murah meriah dan cukup efektif adalah larutan kaporit atau pemutih +3%. Jagalah juga kesehatan kucing dengan pemberian nutrisi yang cukup dan baik.

Vaksin FIP pertama digunakan tahun 1991 di Amerika Serikat. Sampai saat ini efektivitas vaksin masih diperdebatkan. Sampai saat ini Vaksin FIP belum tersedia di Indonesia.

Pranala luar