Ja'far Umar Thalib

Revisi sejak 15 September 2019 05.28 oleh Urang Kamang (bicara | kontrib)

Ja'far bin Umar Thalib (pelafalan; bahasa Arab: جَعْفَر عُمَر طَالِب; pelafalan dalam bahasa Arab: [dʒaʕfar ʕumar tˤaːlib]; 29 Desember 1961 – 25 Agustus 2019)[3] adalah seorang tokoh muslim Indonesia, pendiri dan pemimpin Laskar Jihad, sebuah organisasi Islam di Indonesia.[4]

Ja'far Umar Thalib
LahirJa'far
(1961-12-29)29 Desember 1961
Malang, Jawa Timur, Indonesia
Meninggal25 Agustus 2019(2019-08-25) (umur 57)
Jakarta, Indonesia
Sebab meninggalSerangan jantung[1] [2]
MakamYogyakarta
Tempat tinggalYogyakarta
PekerjaanUlama
Dikenal atasOrganisasi Islam Laskar Jihad
Suami/istriVenia Said Fuhaid
Orang tuaUmar Thalib (ayah)
Badriyah Saleh (ibu)

Kehidupan pribadi

Ja'far Umar bin Thalib lahir di Malang, Jawa Timur pada 19 November 1961 sebagai anak bungsu dari delapan bersaudara. Ayahnya adalah Umar Thalib, seorang Madura keturunan Yaman, seorang veteran perang dan seorang guru di sekolah Al-Irsyad. Seperti biasa di masyarakat Arab, nama lengkapnya terdiri dari nama lahir dan nama ayahnya, Ja'far bin Umar Thalib dengan "bin" dihapus. Ayahnya mengajar Jafar dengan tegas.

Pendidikan

Ja'far dididik sebagai seorang santri di Pondok Pesantren Persis di Bangil dan di sekolah Perguruan Al-Irsyad Al-Islamiyah, hingga kemudian pada tahun 1983 ia menjadi seorang mahasiswa di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di Jakarta, yang merupakan cabang dari Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud di Riyadh, Arab Saudi.[5] Pada 1986 sebelum kelulusannya, karena beberapa perselisihan dengan salah satu gurunya, Muhammad Yasin al-Khattib,[6] ia meninggalkan LIPIA. Dengan bantuan direktur LIPIA, ia melanjutkan studinya di Maudoodi Institute di Lahore, Pakistan pada tahun 1986 dengan beasiswa dari pemerintah Saudi. Setelah satu tahun, ia bertengkar lagi dengan salah satu dosennya dan memutuskan untuk meninggalkan institusi sebelum menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1987.[7]

Thalib mempelajari ajaran sekte Salafi dari Syekh Jamilurrahman as-Salafi al-Afghani di Provinsi Kunar, dekat perbatasan Pakistan sekitar tahun 1990. Tahun 1991-1993 Ja'far belajar kembali kepada seorang ulama Salafi, Syekh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i di Dammaj, Yaman. Dia juga mempelajari ajaran manhaj Salafi dari Syekh Nashiruddin Al-Albani dan Syekh Bin Baz.[7]

Aktivitas

Ja'far bergabung dengan Mujahidin di Afghanistan selama perang melawan Uni Soviet pada tahun 1987. Dia berjuang dan belajar selama dua tahun di bawah bimbingan Jamaah al Dawa al Quran Syekh Jamilurrahman di provinsi Kunar, dekat perbatasan Pakistan. Ja'far bertemu Osama bin Laden pada tahun 1987 di Peshawar, di perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan. Meskipun Jafar mengikuti aliran pemikiran Salafi radikal, ia menentang dirinya sendiri dari Osama Bin Laden dan dengan kuat meninggalkan kekerasan dan ideologi terorisme Osama.[8] Dia lebih jauh mengatakan bahwa Al-Qaeda adalah organisasi teroris dengan ideologi Khawarij.[8]

Pada Januari 1990, Ja'far menyatakan bahwa ia sepenuhnya telah beralih kepada manhaj Salafi dan menanggalkan pemahaman lamanya yang ia anggap menyimpang.[butuh rujukan]

Jafar kembali ke Indonesia sekitar tahun 1989 dan kemudian mengajar di Perguruan Al-Irsyad Al-Islamiyah sekolah asrama di Salatiga yang dijalankan oleh Yusuf Usman Ba'isa sebelum berangkat ke Yaman. Sekembalinya dari Yaman pada tahun 1993 dengan bantuan beberapa pengikut Salafi, ia kemudian mendirikan sebuah pondok pesantren yang bernama Ihya Sunnah ("Menghidupkan Sunnah Nabi") di Dusun Degolan, Sleman, Yogyakarta di tanah Wakaf yang diwakafkan oleh keponakan petinggi TNI pada saat itu.

Pada tahun 1999, ia mendirikan Forum Komunikasi Ahlussunnah Wal Jama'ah (FKAWJ), sebuah kelompok yang dimaksudkan untuk mendorong reformasi politik. Secara khusus, tujuannya adalah untuk mengecam kampanye calon presiden perempuan, karena menurut interpretasi mereka, hukum syariah secara tegas melarang perempuan untuk memiliki wewenang.[9]

Dia menyatakan pembentukan Laskar Jihad sebagai kelompok paramiliter FKAWJ pada 30 Januari 2000 sebagai upaya untuk membela dan melindungi Muslim Maluku dari kekerasan oleh umat Kristen di Maluku selama konflik sektarian Maluku. Kelompok ini memulai perekrutan anggota yang ingin melakukan jihad di Ambon. Meskipun Jihad adalah salah satu prinsip terpenting kelompok itu, itu tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi agresor perang. Ini membatasi jihad pada tindakan defensif untuk melindungi Muslim dari serangan Kristen. Itu bukan juga untuk mengurangi pemberontakan terhadap pemerintah yang sah.[7]

Menanggapi serangan 11 September, dia mengatakan:

"Kami ingin berduka untuk AS [tetapi] Anda harus belajar dari kesombongan Anda. Bagi umat Islam, kami ingin mengucapkan selamat kepada Anda atas pembalasan atas teror yang dilakukan oleh negara teroris terbesar di dunia, Amerika Serikat, pada negara-negara Muslim "[10]

— Jafar Umar Thalib

Pada tahun 2001 kepolisian menangkapnya karena diduga memimpin pengadilan syariah sementara yang memerintahkan seorang pemerkosa dilempari batu sampai mati, yang ilegal menurut hukum Indonesia. Dia diduga memimpin eksekusi itu sendiri, meskipun dia tidak pernah dituntut atas tindakannya.[11] Kemudian, POLRI menuduh Ja'far menebar kebencian terhadap orang-orang Kristen, khususnya di Ambon, di mana sekitar selusin pria bertopeng dengan senjata, granat dan belati menyerang desa Soya dekat Ambon, membakar sekitar 30 rumah dan sebuah gereja dan menewaskan sedikitnya 12 orang Kristen, di mana Ja'far membantah Laskar Jihad terlibat.[11]

Mantan Wapres Hamzah Haz pernah menjenguk Ja'far ketika ia mendekam di sel pada awal tahun 2002.[12]

Jafar ditangkap pada 4 Mei 2002 di Surabaya saat ia dalam perjalanan dari Ambon.[13] Pada Oktober 2002, Laskar Jihad Ahlussunnah wal Jamaah resmi dibubarkan oleh staf dan dewan pembina FKAWJ (Forum Komunikasi Ahlussunnah wal Jama'ah), setelah rapat maraton sejak tanggal 3—7 Oktober 2002. Ja'far Umar Thalib tidak setuju, karena masih berurusan dengan Pengadilan Negeri Jakarta Timur untuk kasus makar, menghasut, dan menghina Presiden Megawati Sukarnoputri. Namun, Ja'far terpaksa mengumumkan pembubarannya ketika dikonfirmasi wartawan beberapa saat setelah terjadinya peristiwa bom Bali I, yakni tanggal 16 Oktober 2002. Ja'far tampaknya masih memerlukan pasukan untuk melakukan demonstrasi sehingga bisa menekan pemerintah, dalam hal ini Pengadilan Negeri Jakarta Timur, agar tidak memberatkan hukumannya. Kendati demikian ternyata dengan bubarnya Laskar Jihad, Ja'far Umar Thalib justru divonis bebas. Menurut majelis hakim, Ja'far tidak terbukti menghina Presiden Presiden Megawati Sukarnoputri, menghasut massa, dan mengobarkan rasa permusuhan dalam ceramahnya Masjid Al-Fatah Ambon,[14] Maluku, 26 April 2002. Sehingga tanggal 30 Januari 2003 adalah hari kebebasannya.

Pada 28 Februari 2019, Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Papua, resmi menetapkan Ja'far dan enam orang anggotanya, sebagai tersangka atas kasus pengancaman dan perusakan rumah warga, yang terjadi pada 27 Februari 2019, dikawasan Koya Barat, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua.[15] Ja'far Umar Thalib kemudian dikenakan pasal berlapis, yakni Pasal 170 ayat (2) KUHP dan Undang-undang Darurat No. 12 Tahun 1951 Pasal 2 ayat (1). [butuh rujukan]

Wahabisme dan Anti-Syiisme

Pada peluncuran buku berjudul Mereka Bukan Thaghut, Ja'far menegaskan sikapnya bahwa ia adalah seorang Wahabi sejati.

Sebagai hal yang biasa di kalangan para pengikut Salafi untuk menentang keras Muslim Syiah dan bahkan menganggap mereka kafir (lihat Anti-Syiisme), Ja'far pada Juni 2013 pernah mengatakan bahwa ia akan mendeklarasikan jihad melawan Muslim Syiah Indonesia yang dituduh mencoba mengintimidasi jamaah Sunni di Bekasi.

Kasus di Papua

Ja'far Umar Thalib dan enam orang jamaahnya ditetapkan sebagai tersangka setelah merusak sound system seorang warga bernama Henock Niki di Jalan Protokol Koya Barat, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, pada hari Rabu 27 Februari 2019, sekitar pukul 05.30 WIB. Kasusnya dimulai ketika Henock Niki memainkan lagu-lagu rohani dengan volume tinggi sementara Ja'far memberikan ceramah setelah salat Subuh. Kemudian Ja'far dan enam pengikutnya datang ke rumah Henock Niki dan kemudian menghancurkan sistem suara menggunakan samurai. Sebagai akibat dari tindakan ini, Ja'far dijatuhi hukuman 5 bulan penjara dan enam orang jamaahnya dihukum 6 bulan penjara.[16]

Kematian

Pada tanggal 25 Agustus 2019 sekitar pukul 12:30 WIB, Ja'far Umar Thalib meninggal dunia akibat sakit jantung yang dideritanya di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.[17] 1 jam setelahnya, jenazah disemayamkan di rumah duka, Masjid Al Fatah, Kampung Melayu, Jakarta Timur untuk disholatkan. Kapolri Muhammad Tito Karnavian hadir dan ikut mensholatkan,[18] serta menyampaikan bahwa almarhum Ja'far merupakan sosok yang sangat cinta NKRI.[19] Jenazah mantan panglima laskar jihad itu diberangkatkan dengan pesawat menuju kediamannya di Degolan, Desa Umbulmartini, Kec. Ngempak, Kab. Sleman, Yogyakarta sekitar pukul 16:30 WIB. Setibanya di rumah duka, jenazah disholatkan lagi dimasjid samping rumahnya. Esok harinya jenazah dimakamkan di belakang rumahnya sendiri dengan sederhana yang dihadiri ribuan pelayat dan bergantian mensholatkan jenazah pendiri pospes ihya' as sunnah tersebut di pemakaman.[20]

Referensi

  1. ^ "Serangan Jantung, Ja'far Umar Thalib Wafat". PosPapua. agu 25, 2019. Diakses tanggal agu 31, 2019. 
  2. ^ "Jafar Umar Thalib Meninggal karena Serangan Jantung". Fajar. agu 25, 2019. Diakses tanggal agu 31, 2019. 
  3. ^ https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190825143451-20-424463/sakit-jantung-eks-laskar-jihad-jafar-umar-thalib-tutup-usia
  4. ^ Kementrian Pertahanan RI: Laskar Jihad Serahkan Senjata"
  5. ^ "Raja Salman Menyetujui Pengembangan Kampus LIPIA"
  6. ^ Hasan, Noorhaidi (2006). Laskar Jihad. SEAP Publications. hlm. 70. ISBN 9780877277408. 
  7. ^ a b c Saiful, Umam. "Radical Muslims in Indonesia: The case of Ja’far Umar Thalib and the Laskar Jihad". Center for Southeast Asian Studies, University of Hawai'i at Manoa. Diakses pada 16 Oktober 2014.
  8. ^ a b "Kesaksian Jafar Umar Tholib Tentang Usamah". Tempo. May 3, 2011. Diakses tanggal May 30, 2014. 
  9. ^ "Your Daily Muslim: Jafar Umar Thalib". July 13, 2013. Diakses tanggal May 30, 2014. 
  10. ^ Banyu Perwita, Anak Agung (April 30, 2007). Indonesia And The Muslim World: Islam and Secularism in the Foreign Policy of Soeharto And Beyond (paperback). Nordic Institute of Asian Studies. hlm. 222. ISBN 9788791114922. 
  11. ^ a b "Profile: Jafar Umar Thalib". BBC. January 30, 2003. Diakses tanggal May 30, 2014. 
  12. ^ https://m.liputan6.com/news/read/33755/hamzah-haz-menengok-jafar-umar-thalib
  13. ^ "Laskar Jihad". Diakses tanggal May 30, 2014. 
  14. ^ "Location of Masjid al-Falah in Ambon". Diakses tanggal September 6, 2014. 
  15. ^ "Polda Papua tetapkan Jafar Umar Thalib tersangka perusakan di Koya"
  16. ^ "Eks Panglima Laskar Jihad Jafar Umar Thalib Divonis 5 Bulan Penjara". detikNews. Jul 16, 2019. Diakses tanggal Agu 29, 2019. 
  17. ^ "Mantan Panglima Laskar Jihad, Jafar Umar Thalib Wafat di RS Jantung Harapan Kita". iNews. agu 25, 2019. Diakses tanggal agu 31, 2019. 
  18. ^ "Kapolri dan Kapolda Metro Jaya Turut Sholat Jenazah alm Ust.Ja'far Umar Thalib=agu 26, 2019". Tribratanews. Diakses tanggal agu 31, 2019. 
  19. ^ "Kapolri Tito : Ustadz Ja'far adalah Sahabat Kita, Pejuang Islam dan Pejuang NKRI=agu 26, 2019". Moslemtoday. Diakses tanggal agu 31, 2019. 
  20. ^ "Ribuan Pelayat Hadiri Pemakaman Eks Panglima Laskar Jihad di Sleman=agu 26, 2019". detik. Diakses tanggal agu 31, 2019.