Rini Soemarno
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Rini Mariani Soemarno atau biasa dikenal Rini Soemarno (lahir 9 Juni 1958), adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara dalam Kabinet Kerja periode 2014-2019 oleh Presiden Jokowi sejak 26 Oktober 2014. Sarjana Ekonomi lulusan 1981 dari Wellesley College, Massachusetts, Amerika Serikat ini adalah termasuk salah seorang menteri yang diangkat dari kalangan profesional.[1] Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada Kabinet Gotong Royong tahun 2001 hingga tahun 2004.
Rini Soemarno | |
---|---|
Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia 7 | |
Mulai menjabat 27 Oktober 2014 | |
Presiden | Joko Widodo |
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia 23 | |
Masa jabatan 9 Agustus 2001 – 20 Oktober 2004 | |
Presiden | Megawati Soekarnoputri |
Informasi pribadi | |
Lahir | 9 Juni 1958 Maryland, Amerika Serikat |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Soewandi (cerai) |
Hubungan | Ongki P. Soemarno (adik) |
Anak | 3 |
Orang tua | Soemarno |
Almamater | Wellesley College, Massachusetts, Amerika Serikat |
Profesi | Pengamat ekonomi Komisaris aora Direktur Astra International |
Sunting kotak info • L • B |
Keluarga
Pada masa kecilnya, Rini pernah berpindah Amerika Serikat, Jakarta, dan Belanda karena tugas ayahnya. Rini mendalami studi ekonomi di Wellesley College, Masschusetts, Amerika Serikat pada tahun 1981. Setelah lulus, Rini sempat magang di Departemen Keuangan Amerika Serikat dan memulai kariernya dengan bekerja di Citibank Jakarta pada tahun 1982.
Ayahnya, Soemarno, merupakan Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan Kabinet Kerja III periode 1960-1962. Pada tahun 1962-1963, Soemarno masih menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia dan juga Menteri Urusan Bank Sentral Kabinet Kerja IV. Kemudian mulai 1964-1966, Soemarno menjabat sebagai Menteri Koordinator Kompartimen Keuangan di empat kabinet yang berbeda. Alasan ditunjuknya sebagai Gubernur Bank Indonesia ialah karena Soemarno pernah menjabat sebagai Eksekutif Direktur Bank Internasional untuk Rekontruksi dan Pembangunan di Washington mulai 1 November 1958 hingga Oktober 1960.
Karier
Tahun 1982, setelah mendapat kesempatan bekerja magang di Departemen Keuangan AS, Rini memutuskan kembali ke Indonesia. Rini bekerja di Citibank Jakarta. Kariernya terus melesat hingga menggapai kursi Vice President yang menangani Divisi Coorporate Banking, Marketing and Trainning. Sukses di Citibank tak membuat Rini lantas berpangku tangan malah menginginkan tantangan yang lebih besar. Karena itu, pada 1989 ia kemudian memilih pindah ke PT Astra Internasional untuk dapat terus mengembangkan dirinya. Tahun 1990 ia dipercaya William Soeryadjaya, komisaris Astra Internasional, menduduki kursi Direktur Keuangan Astra Internasional sampai 1998.
Awal 1998, Rini ditarik ke jajaran birokrasi. Ia dipilih Menteri Keuangan saat itu, Fuad Bawazier, untuk membantunya menjadi asisten bidang Hubungan ekonomi Keuangan Internasional. Pada tahun yang sama, tepatnya bulan April, pemerintah juga mengangkatnya menjadi Wakil Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Dua jabatan itu hanya dijalani Rini dalam hitungan bulan. Rini mengundurkan diri dari dua jabatan tadi dan kembali ke Astra Internasional.
Rini kembali ke Astra saat perusahaan itu mengalami badai krisis ekonomi hampir membuat karam. Kerugian induk perusahaan otomotif terbesar di Indonesia itu pada semester pertama 1998 mencapai Rp 7,36 trilliun. Ketika itu, jika berkaca pada laporan Presiden Direktur Astra dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSBL) 8 Februari 1998, boleh dibilang perusahaan itu sudah bangkrut. Sahamnya sendiri di Bursa Efek Jakarta hanya bernilai Rp 225,- per lembar saham pada September 1998. Bandingkan dengan saat go public menjelang akhir 80-an yang mencapai belasan ribu rupiah.
Beberapa langkah segera Rini ambil, seperti program efisiensi usaha melalui pemotongan gaji jajaran eksekutif, penutupan jaringan distribusi yang kurang strategis, serta pengurangan 20 persen karyawan dari 100 ribu karyawan Astra saat itu. Selain itu, Rini juga mengajak karyawan menjadi bagian dari pemegang saham Astra sehingga kepentingan pemegang saham, perusahaan dan karyawan bisa selaras. Langkah lainnya adalah merestrukturisasi utang Astra Internasional yang mencapai US$ 1 milliar dan Rp 1 trilliun. Akibat langkah-langkah itu, keuntungan Astra untuk seluruh tahun 1999 mencapai Rp 800 milliar dari kerugian mencapai Rp 1,976 trilliun tahun 1998.
Namun, kerja keras dan prestasi Rini itu berbenturan dengan pemegang kebijakan. Kapal yang dinahkodainya dinilai Cacuk Sudaryanto, kepala BPPN yang baru, sebagai tidak kooperatif. Ini berkait dengan rencana BPPN melepas saham Astra yang dipegang pemerintah. Rini dinilai tidak memuluskan pelepasan saham itu karena tidak suka pada investor yang dipilih BPPN.
Rini sempat berang dengan tudingan itu dan mengirim surat kepada Presiden Abdurrahman Wahid. Isinya membantah apa yang diungkapkan Cacuk. Buntutnya terjadi silang pendapat soal rencana penjualan saham Astra dan penggantian dirinya. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa 8 Februari 2000, dua tahun setelah ia dipilih dalam ajang yang sama, Rini harus merelakan kursi Presiden Direktur Astra Internasional kepada Theodore Permadi Rachmat. Mantan atasannya ketika ia masih menjabat sebagai direktur keuangan perusahaan itu.
Rini masuk ke perusahaan multimedia Agrakom yang dikenal sebagai pemilik situs Detikcom sebagai komisaris.
Politik
Rini Soemarno merupakan menteri yang bukan berasal dari partai, tetapi kedekatannya dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri, membuat dia sering dikaitkan dengan partai berlambang kepala banteng itu. Mantan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo pun membantah bahwa Rini adalah anggota atau kader partai. Menurut Tjahjo, Rini sudah dekat jauh sebelum menjadi Menteri Perdagangan dan Perindustrian era Megawati Soekarnoputri. Rini pun membenarkan perihal kedekatannya dengan Megawati. Rini menceritakan sejarah kedekatan ayahnya dengan Presiden Soekarno, ayah Megawati. Dia mengatakan kakak tertuanya seumuran dan bersahabat dengan Guntur Soekarnoputera (kakak Megawati). Kakak perempuannya satu sekolah dengan Sukmawati Soekarnoputri (adik Megawati). Namun secara pribadi, Rini mengaku tak banyak berinteraksi dengan mereka karena umur jauh berbeda. Setelah menjadi menteri, Rini baru intens berinteraksi dengan Megawati. Rini membantah kedekatannya dengan Megawati membuat dia terpilih menjadi Kepala Tim Transisi Pemerintahan Jokowi-JK.
Pendidikan
1981: Sarjana Ekonomi di Wellesley College, Massachusetts, Amerika Serikat
Karier
- Sejak 2014: Menteri Badan Usaha Milik Negara Kabinet Kerja
- Sejak 2008: Komisaris aora
- 2001-2005: Presiden Direktur PT Kanzen Motor Indonesia
- 2001-2004: Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kabinet Gotong Royong
- 2000-2001: Presiden Direktur PT Semesta Citra Motorindo
- 1998-2000: Presiden Direktur PT Astra Internasional
- 1990-1998: Direktur Keuangan Astra Internasional
- 2000: Presiden Komisaris PT Semesta Citra Motorindo
- 2000: Komisaris PT Agrakom
- 1999: Presiden Komisaris PT Astra Agro Lestari
- 1998: Staf Ahli Departemen Keuangan Republik Indonesia
- 1998: Wakil Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional
- 1995: Komisaris PT Astra Agro Lestari
- 1995: Komisaris Bursa Efek Jakarta
- 1993: Wakil Presiden Komisaris PT United Tractors
- 1990: Komisaris Bank Universal
- 1989: General Manager Finance Division, PT Astra International
Penghargaan
- Pemimpin Puncak Terpuji 1995 dari Majalah Swa Sembada (1995)
Pranala luar
- (Indonesia) Tokoh Indonesia: Biografi Rini Soemarno
- (Indonesia) Apa dan siapa Rini Soemarno
- (Indonesia) The Globalist: Profil Rini Soemarno
- (Indonesia) [1] Profil Merdeka.com Rini Soemarno
- Website
Referensi
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Dahlan Iskan |
Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia | Diteruskan oleh: Erick Thohir |
Didahului oleh: Luhut Binsar Panjaitan |
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia 2001–2004 |
Diteruskan oleh: Mari Elka Pangestu sebagai Menteri Perdagangan |
Diteruskan oleh: Andung A. Nitimiharja sebagai Menteri Perindustrian |