Masjid Al-Alam Marunda
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Masjid Al alam Marunda atau dikenal juga sebagai Masjid WALI Melayu, Karena orang di sekelilingnya berbahasa Melayu Betawi. walau pun masjid ini bukan yang tertua di Indonesia dan Tidak bisa di kaitkan Dengan kedatangan bangsa Melayu di pulau Jawa tapi menjadi salah satu saksi sejarah yang tertinggal bagi orang Melayu di pulau Jawa. kenapa Orang MELAYU identik islam termasuk Melayu Betawi dari cara berpakaian nya. Seperti melayu Riau, melayu Padang, Melayu jambi. Melayu Bengkulu. Melayu Aceh. Melayu Kalimantan barat.Melayu. Melayu Brunai Darussalam. Malaysia. Melayu Thailand. Melayu Campak Cambodia.Melayu VIETNAM. Masjid Ini didirikan oleh orang Melayu untuk penyebaran agama Islam di pulau.https://web.archive.org/web/20161024094128/http://www.panoramio.com/photo/76869709
Masjid Al Alam Marunda adalah salah satu masjid tertua dan bersejarah di Indonesia. Terletak di Jalan Marunda No.1, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, atau tepatnya di pinggiran Pantai Marunda. Pada tahun 1975 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan masjid yang memiliki peranan penting dalam penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa ini sebagai Bangunan Cagar Budaya[1].[Berkas:Masjid Al Alam.jpg|jmpl|Masjid Al Alam Marunda atau dikenal juga sebagai Masjid wali sembilan, tokoh bAngsa Melayu yang lebih di kenal Betawi]]
Masjid Al Alam Marunda adalah salah satu masjid tua dan bersejarah di Indonesia. Terletak di Jalan Marunda No.1, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, atau tepatnya di pinggiran Pantai Marunda. Pada tahun 1975 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan masjid yang memiWali Bangsa Melayu-yang-punya-sumur-3-rasa "Al Alam, Masjid WALI SEMBILAN MELAYU yang Punya Sumur 3 Rasa" Periksa nilai |url=
(bantuan). detik. 25 Juli 2012. Diakses tanggal 8 Maret 2019.</ref>.
Sejarah
Mengenai siapa sebenarnya pendiri salah satu masjid tertua di Jakarta ini tidak diketahui dengan pasti. Hal demikian dibenarkan Ketua Masjid al-Alam Marunda, H. Atit Fauzi. “Memang benar tidak satu pun dari kami, bahkan orang-orang tua kami tidak tahu persis siapa pendiri masjid ini,” terang H. Atit yang menjadi ketua masjid sejak tahun 1989[2].
Ada beberapa versi sejarah yang berkembang dalam masyarakat, khususnya warga sekitar terkait kapan tepatnya dan siapakah pendiri masjid ini sesungguhnya. Ada yang menghubungkannya dengan penyerangan Pasukan Fatahillah ke Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1527, ada juga yang mengkaitkannya dengan penyerbuan tentara Kerajaan Mataram ke Batavia pada abad ke-17[3].
Pada tahun 1527 pasukan Fatahillah menyerang pasukan Portugis. Fatahillah memilih muara Sungai Cilincing sebagai markas perjuangan sekaligus menjadi basis pertahanannya. Di tempat inilah mereka membangun masjid dan surau sebagai sarana ibadah. Fatahillah mau tidak mau memilih jalur Sungai Cilincing karena jalur darat dijaga ketat pasukan Kerajaan Sunda, sedangkan jalur laut juga sudah dikuasai tentara Portugis yang notabene adalah sekutu dari Kerajaan Sunda. Kelak masjid yang dibangun Fatahillah di muara sungai tadi dikenal sebagai Majid Marunda (Al-Alam), sedangkan surau menjadi Masjid Al Alam Cilincing.
Versi kedua dibangun oleh prajurit Islam dari Kerajaan Mataram. Seperti halnya cerita pertama, sebelum menyerang markas Pemerintahan Kolonial Belanda atau VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie, sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta) tentara Mataram yang dipimpin Bahurekso menetap terlebih dahulu di Marunda sebagai pusat konsentrasi pasukannya. Tepat itu digunakan juga untuk menyusun taktik penyerangan, sekaligus mendirikan masjid sebagai tempat ibadah. Masjid ini lalu diyakini merupakan Masjid Al Alam Marunda[4].
Nama Lain
Tidak hanya siapa pendirinya, mengapa dinamakan Masjid Al Alam Marunda pun masih spekulatif. Ada yang menamakan Al Alam karena pendiriannya dibantu oleh seorang Wali. Al Alam memiliki arti alam semesta, sedangkan penamaan Marunda mengacu pada keberadaan Kali Marunda di dekat sana[4].
Selain spekulatif, ternyata ada beberapa penyebutan untuk nama masjid ini. Sebut saja Masjid Gaib, Masjid Auliya, dan ada juga yang menyebutnya sebagai Masjid Al Alam . Semua ditambah kata Marunda di belakangnya.
Disebut Masjid Gaib Marunda karena berdasarkan cerita turun-temurun proses pembangunannya hanya dalam tempo satu hari saja. Konon datang pasukan dari (Fatahillah) seusai memenangkan peperangan versus tentara Portugis. Karena sakti mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk membangun Masjid Al Alam Marunda[2].
Meski secara resmi (setidaknya tertera di plang pintu masuk komplek masjid) digelari Masjid Al Alam Marunda, uniknya masyarakat setempat masih ada yang menyebutnya Masjid Auliya Marunda, atau Masjid Agung Auliya Marunda. Nama ini dulunya diberikan oleh para sesepuh yang lama tinggal di sekitaran masjid. Auliya menunjuk kepada para pendiri masjid, yang diyakini berilmu tinggi atau sakti[5].
Masjid ini juga pernah digelari sebagai Masjid Si Pitung atau Masjid Al Alam Si Pitung. Penyebutan ini karena konon Masjid Al Alam pernah disinggahi Si Pitung. Jawara Betawi asal Rawa Belong ini datang ke masjid tersebut dalam rangka pelariannya dari kejaran Kompeni Belanda[6]. Alasan lainnya lantaran lokasi masjid berdekatan dengan Rumah Si Pitung. Hal ini agar tidak membingungkan, mengingat banyak masjid yang menggunakan nama Al Alam.[5]
Referensi
- ^ Melayu-yang-punya-sumur-3-rasa "Al Alam, Masjid Al Alam. yang Punya Sumur 3 Rasa" Periksa nilai
|url=
(bantuan). detik. 25 Juli 2012. Diakses tanggal 8 Maret 2019. - ^ a b "Masjid Al Alam Marunda". dunia masjid. Diakses tanggal 8 Maret 2019.
- ^ Setiawan, Kartum; Hardoyo, Adityo B. (2010). Masjid-masjid Bersejarah di Jakarta. Jakarta: Erlangga. hlm. 56. ISBN 9789790758476.
- ^ a b "Menelusuri Sejarah Masjid-Masjid Tua di Jakarta". republika. 19 Mei 2018. Diakses tanggal 8 Maret 2019.
- ^ a b Agustino, Gerald Leonardo (4 Juni 2018). "Masjid Al Alam Marunda, Sejarah, Asal-usul dan Para Pendirinya". tribunnews. Diakses tanggal 8 Maret 2019.
- ^ Puspasari, Desi (14 Januari 2013). "Masjid Si Pitung dan Sumur 3 Rasa di Jakarta Utara". detik. Diakses tanggal 8 Maret 2019.
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkan kategori. |