Unjuk rasa Bolivia 2019

Krisis politik mengenai perselisihan hasil Pemilu 2019 di Bolivia
Revisi sejak 11 November 2019 15.52 oleh Hanafi455 (bicara | kontrib) (membuat artikel: 'Krisis pasca-pemilu Bolivia 2019')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Sejak tanggal 21 Oktober 2019, aksi unjuk rasa dan kerusuhan telah terjadi di Bolivia sebagai tanggapan terhadap klaim Kecurangan pemilu dalam Pemilihan umum 2019. Klaim kecurangan itu dipicu oleh penghentian secara mendadak penghitungan suara pemilu putaran pertama, di mana petahana Evo Morales sebelumnya memimpin dengan margin dibawah 10%. Margin yang cukup besar (10%) diperlukan untuk menang sebagai presiden terpilih, dan hasil selanjutnya dari hitungan resmi, dimenangkan oleh Morales dengan selisih suara lebih dari 10 persen.[2]

Krisis pasca-pemilu Bolivia 2019
Pengunjuk rasa berhadapan dengan polisi anti huru-hara pada malam hari
Tanggal21 Oktober 2019 – sekarang
Lokasi Bolivia
Sebab
  • Penangguhan Perhitungan suara Hasil Pemilihan Umum putaran pertama (TREP) selama 24 jam oleh Organisasi Pemilu Plurinasional
  • Tuduhan kecurangan pemilu di berbagai wilayah di Bolivia
  • Deklarasi Evo Morales sebagai presiden Bolivia yang terpilih kembali, ketika suara belum sepenuhnya dihitung
Tujuan
  • Pemilu ulang
  • Peninjauan kembali suara dengan pengawasan lembaga internasional
  • Pengunduran diri Presiden Evo Morales
MetodeProtes, kerusuhan, perlawanan sipil, mogok
Hasil
  • Evo Morales mundur sebagai presiden Bolivia [1]
  • Jeanine Áñez designated to become president according to constitutional laws
Pihak terlibat

Pemerintahan Evo Morales

  • Polisi Nasional Bolivia (sebelum 10 November 2019)
  • Angkatan Bersenjata Bolivia (sebelum 10 November 2019)

Oposisi

  • Koalisi sipil
  • Partai Demokratik Kristen
  • Pengunjuk rasa
  • Polisi Nasional Bolivia (sejak 10 November 2019)
  • Angkatan Bersenjata Bolivia (sejak 10 November 2019)
Tokoh utama
Jumlah korban
Korban jiwa3
Terluka200 +

Para pengamat internasional menyatakan keprihatinannya atas dihentikannya perhitungan suara selama satu hari yang diikuti oleh lonjakan suara Morales ketika penghitungan suara dilanjutkan. Morales membantah tuduhan itu dan mengundang pemerintah asing untuk mengaudit proses pemilihan, berjanji untuk mengadakan putaran kedua jika ditemukan kecurangan. Pihak oposisi Carlos Mesa, menyerukan unjuk rasa untuk berlanjut hingga putaran kedua diadakan, menyatakan bahwa ia akan mengajukan bukti bahwa kecurangan terjadi. Ketika banyak demonstrasi berjalan damai, kerusuhan telah meletus, sebagian besar terjadi pada malam hari.

Polisi dan tentara menuntut pengunduran diri Evo Morales pada 10 November, yang ia lakukan tak lama kemudian. Hal ini disebut Kudeta oleh para pendukung pemerintah.[3][4]

Referensi

  1. ^ "Evo Morales renuncia a la presidencia de Bolivia y denuncia un golpe de Estado" (dalam bahasa Spanyol). BBC News Mundo. 10 November 2019. Diakses tanggal 11 November 2019. 
  2. ^ [Presiden Evo Morales Klaim Pemenang Pemilu Bolivia "https://kabar24.bisnis.com/read/20191025/19/1163162/presiden-evo-morales-klaim-pemenang-pemilu-bolivia"] Periksa nilai |url= (bantuan). Bisnis Indonesia. 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 11 November 2019.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
  3. ^ Kurmanaev, Anatoly; Machicao, Mónica; Londoño, Ernesto (10 November 2019). "Military Calls on President to Step Down After Election Dispute in Bolivia" – via NYTimes.com. 
  4. ^ Collyns, Dan (10 November 2019). "Bolivian president Evo Morales resigns after election result dispute".