Paradoks Jevons
Dalam ilmu ekonomi, paradoks Jevons (/ˈdʒɛvənz/) adalah suatu paradoks yang menjelaskan fenomena terjadinya peningkatan penggunaan sumber daya setelah penyempurnaan proses yang menggunakan sumber daya tersebut atau efisiensi suatu teknologi.[1] Banyak ilmuwan dan pembuat kebijakan berpendapat bahwa inovasi dan kemajuan teknologi masa depan akan mengurangi konsumsi sumber daya, suatu hal yang mungkin dianggap sebagai harapan palsu menurut paradoks Jevons.[2]
Nama paradoks ini diambil dari nama William Stanley Jevons, seorang ahli ekonomi Inggris yang pertama kali mengamati fenomena ini pada tahun 1865 ketika mempelajari penggunaan batu bara dalam industri Britania.[1]
Lihat pula
- Paradoks Downs–Thomson: meningkatkan kapasitas jalan dapat membuat kemacetan lalu lintas bertambah buruk
- Efek memantul (konservasi)
- Hukum Wirth: perangkat keras yang lebih cepat dapat memicu pengembangan perangkat lunak yang kurang efisien
Referensi
Catatan
- ^ a b Annie R. Pearce, Yong Han Ahn & Hanmiglobal (14 Desember 2017). Sustainable Buildings and Infrastructure: Paths to the Future. Routledge. Diakses tanggal 19 Desember 2019.
- ^ John M. Polimeni, Kozo Mayumi, Mario Giampietro, Blake Alcott. "The Myth of Resource Efficiency: The Jevons Paradox". CRC Press. Diakses tanggal 19 Desember 2019.
Bacaan lanjutan
- Jenkins, Jesse; Nordhaus, Ted; Shellenberger, Michael (February 17, 2011). Energy Emergence: Rebound and Backfire as Emergent Phenomena (Laporan). Oakland, CA: The Breakthrough Institute. Diakses tanggal 29 May 2015.
- Lords Select Committee on Science and Technology (5 July 2005). "3: The economics of energy efficiency". Select Committee on Science and Technology Second Report (Laporan). Session 2005–06. London, UK: House of Lords.
- Michaels, Robert J. (July 6, 2012). Energy Efficiency and Climate Policy: The Rebound Dilemma (PDF) (Laporan). Washington, D.C.: Institute for Energy Research. Diakses tanggal 5 June 2015.