Kaisar Shun
Shun (Hanzi: 舜; Pinyin: Shùn), juga dikenal sebagai Kaisar Shun (Hanzi: 帝舜; Pinyin: Dìshùn) dan Chonghua (Hanzi: 重華; Pinyin: Chónghuá), merupakan seorang pemimpin legendaris Tiongkok Kuno, yang dianggap oleh beberapa sumber sebagai salah satu Tiga Maharaja dan Lima Kaisar. Tradisi lisan menyatakan bahwa ia hidup pada sekitar tahun 2294 dan 2184 SM.
Shun | |
---|---|
Berkuasa | 2233 SM-2184 SM[1] |
Pendahulu | Kaisar Yao |
Penerus | Yu yang Agung |
Nama-nama
Nama kuil Shun (姓) adalah Yao (姚), nama marganya (氏) adalah Youyu (有虞). Nama pemberiannya adalah Chonghua (重華). Shun terkadang disebut sebagai Shun yang Agung (大舜) atau sebagai Yu Shun (虞舜). "Yu" di dalam "Yu Shun" adalah nama wilayah kekuasaan yang diterima Shun dari Yao; dengan demikian, gelarnya adalah "Shun dari Yu"[2]).
Kehidupan
Menurut sumber-sumber tradisional, Shun menerima jubah kepemimpinan dari Kaisar Yao pada usia 53 tahun, dan meninggal pada usia 100 tahun. Sebelum ajalnya, Shun dicatat menyerahkan kekuasaannya kepada Yu(禹): suatu kejadian yang menyebabkan pembentukan Dinasti Xia. Ibu kota Shun berlokasi di Puban (蒲阪), yang sekarang adalah Shanxi).
Di bawah pemerintahan Kaisar Yao, Shun ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan, Pengatur Umum dan kepala Empat Gunung, dan menempatkan semua urusan dengan teratur dalam waktu tiga tahun.[3] Yao sangat terkesan sehingga ia ditunjuk sebagai ahli waris kekuasaannya. Shun berhasrat untuk menolaknya untuk mendukung seseorang yang lebih saleh, tetapi akhirnya menjalankan tugas-tugas Yao.[3] Konon "bagi mereka yang mencoba untuk menggugat tidak pergi ke Danzhu, tetapi ke Shun." Danzhu adalah putra Yao.[4]
Setelah naik takhta, Shun mempersembahkan kurban kepada dewa Shang Di (上帝), dan juga kepada bukit-bukit, sungai-sungai dan tempat-tempat dimana roh-roh berdiam (神).[5] Ketika ia berkeliling ke timur, selatan, barat dan utara di negara itu; di setiap tempat ia mempersembahkan kurban ke Surga di masing-masing puncak (Gunung Tai, Gunung Huang, Gunung Hua dan Gunung Heng), mengkurbankan untuk bukit-bukit dan sungai, yang diatur sesuai dengan musim, bulan dan hari, dengan ukuran yang sama panjangnya dan kapasitasnya serta diperkuat oleh hukum-hukum upacara.[6]
Shun membagi negeri itu menjadi dua belas provinsi, membangun altar di dua belas bukit dan memperdalam sungai.[7] Shun menangani empat penjahat: mengusir Menteri Tenaga Kerja ke Pulau You, memenjarakan Huan-dou di Gunung Chong; mengucilkan San-Miao ke San-Wei, dan menawan Gun sampai kematiannya di Gunung Yu (羽).[8] Yu (禹) akhirnya menunjuk Menteri Tenaga Kerja untuk mengatur air dan tanah.[9] Kemudian, Shun menunjuk Yu sebagai Jenderal Umum (Perdana Menteri).[9] Yu berkeinginan untuk menolak demi Menteri Pertanian, atau Xie, atau Gao Yao, tetapi akhirnya menerimanya setelah didesak oleh Shun.[9] Shun kemudian menunjuk Chui sebagai Menteri Tenaga Kerja yang baru.[10] Shun juga menunjuk Yi sebagai Menteri Peternakan untuk memerintah binatang dan pohon-pohon di tanah,[11] Bo-yi sebagai Pendeta Kuil Leluhur untuk melakukan upacara-upacara keagamaan,[12] Hui sebagai Direktur Musik,[13] Long sebagai Menteri Komunikasi untuk menangani kasus penipuan dan laporan palsu.[14]
Menurut Canon of Shun, Shun mulai bertakhta pada usia 30 tahun, bertakhta bersama Yao selama 30 tahun, dan bertakhta selama 50 tahun setelah Yao berabdikasi, kemudian Shun meninggal.[15] Sejarah Bambu menyatakan bahwa Yao memilih Shun sebagai ahli warisnya tiga tahun sebelum berabdikasi. Kedua sumber sama-sama menyatakan bahwa setelah abdikasi, Yao hidup selama 28 tahun di dalam pensiunnya pada masa pemerintahan Shun.
Berabad-abad kemudian, Yao dan Shun dipuja atas kebajikan mereka oleh filsuf Konfusius. Shun sangat terkenal dengan kerendahan hati dan baktinya (xiao 孝).
Nama ibunda Shun adalah Wodeng (握登), dan tempat kelahirannya di Yaoxu (姚墟).
Legenda
Legenda mengisahkan bahwa ibunda kandung Shun meninggal pada waktu ia masih sangat kecil. Ayahandanya buta dan menikah lagi tak lama setelah kematian ibundanya. Ibu tiri Shun kemudian melahirkan seorang adik laki-laki tiri yang bernama Xiang (象) dan seorang adik tiri perempuan. Ibu tiri dan adik tirinya memperlakukan Shun dengan buruk dan sering memaksanya bekerja keras di dalam keluarga dan hanya memberinya sedikit makanan dan pakaian yang jelek, buta dan sudah tua, ayahanda Shun sering mengabaikan perbuatan Shun yang baik dan selalu menyalahkannya untuk semuanya. Namun meskipun dengan kondisi demikian, Shun tidak pernah mengeluh dan selalu memperlakukan orang tua dan adik-adik tirinya dengan baik.
Ketika ia hampir dewasa, ibu tirinya melemparkannya ke luar rumah. Shun terpaksa hidup sendiri. Namun karena sifat welas asih dan keterampilannya memimpin, kemanapun ia pergi orang selalu mengikutinya, dan ia mampu mengatur orang-orang untuk bersikap baik satu sama lain dan melakukan yang terbaik sedapat mungkin. Ketika Shun pertama kali pergi ke sebuah desa yang menghasilkan tembikar, setelah kurang dari setahun, tembikar menjadi lebih indah dari sebelumnya. Ketika Shun pergi ke sebuah desa nelayan, orang-orang yang tadinya bertengkar di antara mereka sendiri atas lahan perikanan, banyak yang terluka atas tewas di dalam perkelahian itu. Shun mengajarkan mereka untuk berbagi dan mengalokasikan sumber daya perikanan, dan tak lama kemudian desa itu menjadi makmur dan damai.
Ketika Kaisar Yao menjadi tua, ia menjadi tertekan atas fakta bahwa kesembilan anak-anaknya tidak berguna, yang hanya tahu bagaimana menghabiskan hari-hari mereka dengan menikmati anggur dan musik. Yao meminta para menterinya, Empat Gunung, untuk mengusulkan seorang calon pengganti yang cocok. Yao kemudian mendengar cerita tentang Shun. Yao yang bijaksana tidak ingin percaya akan kabar angin saja tentang Shun, jadi ia memutuskan untuk mengujinya. Yao memberikannya sebuah provinsi untuk dipimpin dan menikahkannya dengan dua orang putrinya dengan mahar sebuah rumah baru dan sedikit uang.
Meskipun telah memiliki sebuah kantor dan uang, Shun masih tetap hidup sederhana. Ia terus bekerja di ladang setiap hari. Shun bahkan berhasil membujuk kedua istrinya, kedua putri Yao, yang bernama Ehuang dan Nüying,[16] yang biasanya hidup berkecukupan, untuk hidup sederhana dan bekerja bersama dengan orang-orang lainnya. Namun ibu tiri dan adik tiri Shun menjadi sangat iri dan mereka berencana untuk membunuh Shun. Setelah itu, adik tiri Shun, Xiang menyalakan api untuk membakar gudang dan meyakinkan Shun untuk memanjat ke atas atap untuk memadamkan api tersebut, tetapi kemudian Xiang menyingkirkan tangga tersebut agar Shun terjebak di atas atap gudang yang terbakar. Shun dengan keterampilannya membuat parasut dari topi dan kain dan berhasil melompat turun dari atas atap dengan selamat. Pada kesempatan lainnya, Xiang dan ibunya bersekongkol untuk membuat Shun mabuk dan kemudian melemparkannya ke dalam sumur yang kering dan kemudian menguburnya dengan batu dan kotoran. Adik tiri perempuan Shun tidak pernah setuju dengan tindakan ibu dan kakandanya, ia kemudian memberitahu istri-istri Shun tentang kejadian itu. Shun kemudian mempersiapkan dirinya sendiri. Shun pura-pura mabuk da, ketika ia dilemparkan ke dalam sumur, ia sudah menggali sebuah lubang untuk melarikan diri. Dengan demikian Shun dapat selamat dari bahaya. Namun ia tidak pernah menyalahkan ibtu tiri dan adik tirinya dan mengampuni mereka setiap waktu.
Akhirnya ibu tiri dan adik tiri Shun bertobat atas kesalahan mereka pada masa lalu. Shun dengan sepenuh hati memaafkan mereka berdua dan bahkan membantu Xiang mendapatkan pekerjaan. Shun juga berhasil mempengaruhi kesembilan anak Kaisar Yao untuk menjadi orang yang berguna di dalam masyarakat.
Kaisar Yao sangat terkesan dengan semua prestasi Shun, dan dengan demikian memilih Shun sebagai penggantinya dan menempatkannya ke atas takhta pada tahun Jiwei (己未). Ibu kota Yao berada di Ji (冀) yang sekarang juga berada di provinsi Shanxi.
Shun juga terkenal sebagai pencipta musik yang disebut Dashao (大韶), sebuah simponi dari sembilan Alat musik tradisional Tiongkok.
Pada tahun terakhir pada masa pemerintahannya, Shun memutuskan untuk tur negara. Namun malangnya ia meninggal tiba-tiba dari penyakit di dalam perjalanannya di dekat Sungai Xiang. Kedua istrinya bergegas pergi untuk menjemput jenazahnya, dan mereka menangis di pinggir sungai selama berhari-hari. Air mata mereka berubah menjadi darah dan menodai alang-alang di tepi sungai. Sejak saat itu, bambu dari wilayah itu memiliki warna merah berbintik, yang menjelaskan asal usul dari bambu tersebut. Dengan sedihnya kedua wanita itu menenggelamkan diri mereka ke dalam sungai.
Shun menganggap putranya, Shangjun (商均), sebagai orang yang tidak berguna dan memilih Yu, penjinak banjir, sebagai ahli warisnya.
Biografi alternatif
Sejarah Bambu dan Han Fei memiliki pandangan yang berbeda tentang Shun. Ia konon menggulingkan Kaisar Yao dan membiarkannya di penjara sampai mati. Danzhu, putra Yao dan ahli warisnya, dibuang dan kemudian dikalahkan di dalam perang. Yu kemudian memberontak dan menggulingkan Shun. Catatan ini dirujuk di dalam sebuah puisi oleh Li Bai.
Elemen dari cerita ini menggambarkan Shun sebagai seorang perampas kekuasaan. Ia berasal dari sebuah keluarga penjahat yang mengaku keturunan dari Zhuanxu, dan dengan demikian jauh terkait dengan keluarga kerajaan.
Hanfeizi juga menyebutkan bahwa Shun secara pribadi menyelesaikan sengketa tanah dan air di antara petani dan nelayan dan hidup dengan damai bersama mereka.[4]
Beberapa peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Shun
- Pada tahun ke-3 pada masa pemerintahannya, ia memerintahkan Jiutao (咎陶) untuk menetapkan hukuman untuk menangani berbagai kejahatan.
- Pada tahun ke-9 pada masa pemerintahannya, Xi Wangmu datang untuk menyembah ke Tiongkok dan membawa cincin-cincin giok putih dan Jue (玦) sebagai hadiah-hadiah.
- Pada tahun ke-14 pada masa pemerintahannya, Yu dilantik untuk mengatasi bencana yang disebabkan oleh banjir dan angin.
- Pada tahun ke-15 pada masa pemerintahannya, ia melantik Houshi (后氏) untuk membangun sebuah istana.
- Pada bulan Februari tahun ke-17 pada masa pemerintahannya, tarian pertama kali diperkenalkan di dalam sekolah-sekolah.
- Pada tahun ke-25 pada masa pemerintahannya, utusan dari suku Xishen (息慎) datang dan membawa busur dan panah sebagai hadiah.
- Pada tahun ke-29 pada masa pemerintahannya, ia memerintahkan Ziyi (子义) untuk bekerja sebagai adipati di Shang.
- Pada tahun ke-30 pada masa pemerintahannya, istrinya Mang (盲) meninggal dan dimakamkan dengan upacara kehormatan di Wei (渭).
- Pada tahun ke-32 pada masa pemerintahannya, ia memindahkan kekuatan militernya kepada Yu.
- Pada bulan Januari tahun ke-33 pada masa pemerintahannya, ia memberikan penghargaan kepada Yu atas prestasinya menangani banjir, yang setelah itu, sembilan provinsi didirikan kembali di Tiongkok.
- Pada tahun ke-35 pada masa pemerintahannya, ia memerintahkan Yu untuk mengirim pasukan ke Youmiao (有苗). Setelah Yu berhasil menang, Youmiao mengirimkan seorang utusan dengan permintaan untuk bergabung di Tiongkok.
- Pada tahun ke-36 pada masa pemerintahannya, ia memerintahkan tembok besar (di zaman Shun, bukan Tembok Besar Tiongkok) diruntuhkan.
- Pada tahun ke-42 pada masa pemerintahannya, Suku Xuandu (玄都) datang untuk menyembahnya dan membawa giok-giok yang berharga sebagai hadiah.
- Pada musim dingin tahun ke-47 pada masa pemerintahnnya sangat panas dan rumput-rumput tidak mati.
- Pada tahun ke-49 pada masa pemerintahannya, ia pindah ke Mingtiao (鸣条), suatu wilayah yang nantinya disebut Haizhou (海州) pada masa Periode Negara Perang. Kematiannya terjadi pada tahun berikutnya, setelah sebuah pemerintahan yang digambarkan berlangsung selama lima puluh tahun.
Lihat Pula
Catatan
- ^ Catatan Sejarah Agung
- ^ Wu, note 83, page 105
- ^ a b Canon of Shun, v 2.
- ^ a b Heiner Roetz (1993). Confucian ethics of the axial age: a reconstruction under the aspect of the breakthrough toward postconventional thinking. SUNY Press. hlm. 37. ISBN 0-7914-1649-6. Diakses tanggal 4-1-2012.
- ^ Canon of Shun, v 3.
- ^ Canon of Shun, v 4.
- ^ Canon of Shun, v 5.
- ^ Canon of Shun, v 6.
- ^ a b c Canon of Shun, v 9.
- ^ Canon of Shun, v 13.
- ^ Canon of Shun, v 14.
- ^ Canon of Shun, v 15.
- ^ Canon of Shun, v 16.
- ^ Canon of Shun, v 17.
- ^ Canon of Shun, v 20.
- ^ Murck, 9
Referensi
- "Canon of Shun" (舜典), Classic of History (書經), traditionally first compiled and edited by Confucius (孔夫子), in about Fifth to Sixth Century BCE, in what is now China. (ISBN of original unavailable.)
- Murck, Alfreda (2000). Poetry and Painting in Song China: The Subtle Art of Dissent. Cambridge (Massachusetts) and London: Harvard University Asia Center for the Harvard-Yenching Institute. ISBN 0-674-00782-4.
- Wu, K. C. (1982). The Chinese Heritage. New York: Crown Publishers. ISBN 0-517-54475-X.
Pranala luar
Kaisar Shun
| ||
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Kaisar Yao |
Kaisar Tiongkok | Diteruskan oleh: Yu yang Agung |