Damiri Mahmud

sastrawan Indonesia
Revisi sejak 30 Desember 2019 06.29 oleh Harditaher (bicara | kontrib)

Damiri Mahmud (17 Januari 1945 – 30 Desember 2019) adalah salah seorang sastrawan berasal dari Sumatera Utara.[1][2]

Karir

Kiprahnya dalam dunia sastra Medan dimulai pada tahun 1969 setelah tujuh buah cerpennya dimuat di majalah Bintang, Sport, dan Film. Cerpennya yang dimuat itu, antara lain, berjudul ”Ronggeng”, ”Luka Lama Berdarah Lagi”, dan ”Kabar dari Laut”. Cerpen ”Mata” kemudian dimuat di majalah Horison Jakarta pada tahun 1970. Di samping menulis karya sastra modern, Damiri Mahmud juga menulis cerita rakyat. Ia menuliskan kembali cerita rakyat yang sudah ada dengan versi baru. Cerita rakyatnya berjudul Wasiat Ayah diterbitkan oleh Firma Hasmar, Medan pada tahun 1976. Ia juga pernah memperoleh penghargaan dari Perpustakaan Sumatera Utara pada tahun 1978 atas cerita rakyat yang ditulisnya yang berjudul Membalas Budi. Di samping itu, ia juga sudah menghasilkan sebuah novel yang berjudul Teka-Teki, yang diterbitkan oleh Marwlis Publisher, Selangor, Malaysia pada tahun 1988.

Karya

  • Wasiat Ayah (Firma Hasmar, Medan, 1976)
  • Membalas Budi (1978)
  • Titian Laut I (Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1982)
  • Muara Satu (1984)
  • Titian Laut II (Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur. 1986)
  • Teka-Teki (Marwlis Publisher, Malaysia, 1988)
  • Muara Dua (Firma Maju Medan, 1989)
  • Titian Laut III (Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur.1991)
  • Damai di Bumi: Kumpulan Sajak (Deparsenibud Sumatera Utara, 2000)
  • Menafsir Kembali Amir Hamzah (Badan Perpustakaan Sumatera Utara, 2013 dan Ombak, 2017)
  • Rumah Tersembunyi Chairil Anwar" (Unimed Press, 2014 dan Ombak, 2018)
  • Patung (Badan Perpustakaan Sumatera Utara, 2018).
  • Halakah Panggang" (Obelia Publisher, 2018).

Rujukan

  1. ^ "Damiri Mahmud". 
  2. ^ Bisnis, Harian Medan. "Jagad Sastra Tanah Air Berkabung, Sastrawan Damiri Mahmud Berpulang". Jones Gultom - MedanBisnisDaily.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-12-30.