Emfisema subkutan

Revisi sejak 23 Januari 2020 10.53 oleh Anya Iziatanaf (bicara | kontrib) (menambahkan informasi)

Emfisema subkutan adalah kondisi ketika terdapat udara atau gas di bawah jaringan kulit. Emfisema subkutan berasal dari bahasa Latin; emfisema berarti akumulasi udara di dalam jaringan yang bersifat patologis, dan subkutan yang berarti di bawah kulit (dalam hal ini di lapisan hipodermis yang merupakan tempat jaringan lemak).[1] Udara ini menimbulkan efek crackling di dalam kulit yang dalam istilah medis disebut krepitasi. Sensasi perabaan dan bunyinya digambarkan dengan berbagai perumpamaan.[2]

Emfisema subkutan (ditunjukkan dengan tanda panah)

Emfisema subkutan paling sering ditemukan pada jaringan leher atau dinding dada, meski tidak menutup kemungkinan untuk terjadi di bagian tubuh lainnya. Pembengkakan jaringan kulit ini tidak terasa sakit.[3][4] Emfisema subkutan seringnya disebabkan karena cedera intratoraks yang pada kebanyakan kasus disertai dengan pneumothoraks dan pneumomediastinum. Penyebab lainnya adalah komplikasi dari berbagai tindakan medis dan infeksi serta akibat kondisi keadaan atau penyakit yang lain.[2][5][6]

Penegakan diagnosis emfisema subkutan hamper selalu dilakukan hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis karena sifatnya yang khas. Walaupun pada beberapa kasus diperlukan pemeriksaan tambahan seperti foto dada ataupun CT scan.

Penanganan untuk emfisema subkutan tergantung pada luas emfisema dan lokasinya. Emfisema yang ringan hanya butuh tirah baring tanpa tindakan apapun. Dalam beberapa hari, udara di bawah kulit akan diserap kembali oleh tubuh. Tindakan invasive dibutuhkan bila emfisema subkutannya luas dan ada keluhan yang mengancam jiwa.

Sejarah

Secara harfiah emfisema berarti kembung, karenanya diasosiasikan dengan kembung karena terisi udara. Istilah emfisema ini pertama kali digunakan oleh oleh Hippokrates. Dipakai untuk menggambarkan penumpukan udara di dalam jaringan.[2] Emfisema subkutan pernah disebutkan oleh seorang dokter Belanda Herman Burkhave pada abad ke-18. Kasus yang dihadapi oleh Burkhave adalah ruptur spontan kerongkongan karena adanya udara di bawah kulit.[2]

Tanda dan gejala

Gambaran klinis emfisema subkutan bervariasi tergantung pada penyebab dan lokasinya. Tanda dan gejalanya dapat diamati dengan inspeksi, palpasi, maupun auskultasi serta dari keluhan yang didapatkan dari anamnesis pasien. Dari inspeksi dapat terlihat pembengkakan dan atau kemerahan di daerah emfisema. Jika kebocoran udaranya sangat banyak, bias sampai menyebabkan bengkak ke daerah wajah dan kelopak mata tidak dapat dibuka. Pada pemeriksaan palpasi permukaan kulit akan terasa seperti meraba spons, atau kertas atau sesuatu yang garing. Perabaan ini akan menimbulkan suara berderak atau bunyi kertak atau suara seperti sepatu bot di salju kering.[7] Istilah medisnya adalah krepitasi. Pembengkakan pada kulit ini tidak memberikan rasa sakit saat ditekan. Saat penekanan,akan terasa perpindahan udara di bawah kulit.

Pada pemeriksaan auskultasi dengan stetoskop bisa ditemukan suara wheezing (suara mengi pada pasien asma) yang terkadang bias terdengar bahkan tanpa alat. Gejala yang dikeluhkan pasien bisa bermacam-macam mulai dari nyeri tenggorokan, nyeri leher, kesulitan bernapas. Emfisema subkutan yang terjadi pada daerah leher terkadang akan menyebabkan perubahan suara pada pasien menjadi lebih nyaring. Ini terjadi akibat akumulasi udara di mukosa faring.

Penyebab

Trauma

Trauma benda tumpul dan trauma benda tajam (penetrasi) dapat menyebabkan kondisi ini. Trauma dada adalah penyebab yang paling sering. Pada trauma benda tajam, pleura robek, sehingga menyebabkan udara yang berada di alam paru-paru akan menyebar ke otot dan lapisan subkutan. Emfisema subkutan juga dapat terjadi pada trauma benda tumpul yang menyebabkan tulang rusuk patah. Tulang rusuk ini melukai parenkim paru yang menyebabkan rupturnya alveolus. Pada beberapa kasus yang jarang, emfisema subkutan dapat terjadi akibat trauma pada tulang wajah.

Tindakan medis

Beberapa tindakan medis juga dapat menyebabkan rupturnya alveoli. Seperti misalnya operasi daerah dada, operasi daerah esophagus, operasi gigi yang menggunakan teknik berkecepatan tinggi, endoskopi, bronkoskopi, intubasi endotrakeal, tindakan laparaskopi, cricothyrotomy dan sebagainya.

Infeksi

Udara juga dapat terperangkap di bawah kulit yang mengalami nekrosis akibat infeksi seperti yang terjadi pada gangren. Hal ini terjadi karena organisme infeksius memproduksi gas sebagai hasil dari fermentasi. Kemudian gas ini menyebar ke sekitar lokasi awal infeksi dan menyebabkan terjadinya emfisema subkutan.[5]

Akibat penyakit lain

Emfisema subkutan dapat terjadi karena adanya kerusakan pada jaringan mukosa hidung atau kerusakan pada sendi, cedera saat menyelam akibat perubahan tekanan udara (barotrauma), batuk lama, adanya zat korosif yang melewati kerongkongan (baik kecelakaan ataupun yang disengaja), luka bakar, saat menghirup kokain.[2][5][6]

Patogenesis

Emfisema subkutan terjadi karena adanya peningkatan tekanan di dalam paru karena rupturnya alveoli. Hal ini menyebabkan udara masuk ke jaringan lunak di daerah leher dari mediastinum dan retroperitoneum. Udara dari alveoli yang ruptur akan masuk ke interstisium, masuk ke mediastinum dan berlanjut ke jaringan lunak di leher dan kepala.[5]

Diagnosis

Sebagian besar emfisema subkutan dapat didiagnosis dari anamnesis dan pemeriksaan fisis karena gejala dan tandanya yang khas. Namun pada beberapa kasus, di mana gejalanya samar, dibutuhkan pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan ini juga dilakukan sebagai bagian dari penegakan diagnosis. Pemeriksaan foto dada, emfisema di daerah dada mungkin akan memperlihatkan gambaran radiolusen pada otot pektoralis mayor. Pada pemeriksaan CT scan akan tampak kantung udara yang berwarna hitam di daerah subkutan pada potongan melintang.[2]

Penatalaksanaan

Emfisema ringan dan di lokasi yang aman biasanya tidak membutuhkan penanganan khusus karena akan berkurang bahkan hilang dalam 3 atau 4 hari. Hal ini terjadi karena udara yang terbentuk akan direabsorbsi oleh tubuh. Pada kasus yang berat, dipasang kateter untuk mengeluarkan udaranya. Pemberian oksigen dapat membantu penyerapan udara oleh tubuh. Meskipun ringan, kondisi emfisema subkutan ini memerlukan tirah baring, monitor dan evaluasi ulang.[2]

Prognosis

Udara di sekitar subkutan dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian karena gas ini dapar diserap oleh tubuh. Namun karena kondisi ini jarang berdiri sendiri dan biasanya terjadi karena adanya trauma, emfisema subkutan perlu mendapat perhatian. Terlebih bila emfisema subkutannya luas. Meskipun jarang, emfisema subkutan dapat berubah menjadi kasus emergensi yang mengancam jiwa karena menyebabkan henti napas dan henti jantung.

Referensi

  1. ^ Dorland, W.A. Newman (2011). Dorland's Illustrated Medical Dictionary. Philadelphia: Elsevier Health Sciences. hlm. 610. ISBN 9781416062578. 
  2. ^ a b c d e f g "Emfisema subkutan: penyebab, pengobatan | Kompeten tentang kesehatan di iLive". id.iliveok.com. Diakses tanggal 2020-01-23. 
  3. ^ Davey, Patrick (2006). At a Glance medicine. Jakarta: Erlangga. hlm. 27. ISBN 9789797419943. 
  4. ^ "Subcutaneous emphysema: MedlinePlus Medical Encyclopedia". medlineplus.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-22. 
  5. ^ a b c d "Subcutaneous emphysema | pathology". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-23. 
  6. ^ a b "Memahami Penyebab Emfisema Subkutis dan Cara Penanganan yang Tepat". Alodokter. 2018-10-11. Diakses tanggal 2020-01-23. 
  7. ^ Burnside, John W.; McGlynn, Thomas J. (1995). Adams Diagnosis fisik. Jakarta: EGC. hlm. 204. ISBN 9789794480878.