Gandusari, Gandusari, Blitar

desa di Kabupaten Blitar, Jawa Timur
Revisi sejak 23 Maret 2020 05.33 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (top: clean up, replaced: semedi → semadi)

Gandusari (Hanacaraka: ꦢꦺꦱꦒꦤ꧀ꦢꦸꦱꦫꦶ, Pegon: دٓصَ ݢَنْدُسَرِ) adalah sebuah nama desa di wilayah Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Gandusari
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenBlitar
KecamatanGandusari
Kode pos
66187
Kode Kemendagri35.05.15.2007 Edit nilai pada Wikidata
Luas2.16km²
Jumlah penduduk3300 jiwa
Kepadatan15.5 jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 8°2′53″S 112°18′19″E / 8.04806°S 112.30528°E / -8.04806; 112.30528

Secara geografis berada di wilayah bagian utara dari Kabupaten Blitar. Desa Gandusari berbatasan dengan Des Sukosewu di sebelah barat, Desa Gadungan di sebelah utara, Desa Butun di sebelah Timur dan Desa Tambakan di sebelah selatan.

Sejarah

Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang asal muasal nama suatu daerah atau wilayah baik itu asal – usul nama suatu kota maupun asal – usul nama suatu desa.begitupun juga desa kami, Desa Gandusari juga banyak cerita yang beredar di masyarakat yang biasanya di sampaikan dari mulut ke mulut dan di lakukan secara turun temurun misal dari seorang kakek atau nenek bercerita pada anak maupun pada cucunya .ini di lakukan secara terus menerus seperti cerita /dongeng sebelum tidur.

Karena yang bercerita itu banyak orang sehingga cerita asal–usul nama Desa Gandusari ini menjadi banyak versi menurut imajinasi dan pemafaman intelektual dari masing – masing orang yang bercerita atau dari nara sumbernya.

Dari sekian banyak versi cerita asal–usul nama Desa Gandusari itu di anataranya:

+ Versi Pertama:

kata Gandusari berasal dari Gandu – soro .

Gandu atau bendo ( bahasa Jawa ) yaitu tulang pada lutut Soro ( bahasa Jawa ) yang berarti sengsara. Hal ini terjadi ketika mbah Suko Driyo yaitu orang yang pertamakali menjejakkan kaki dan berhasil membuka hutan untuk di jadikan pemukiman yang sekarang disebut Desa Gandusari ini mbah Suko Driyo waktu memotong kayu ( mbabat alas ) lututnya terkena tangkai dari kapaknya sehingga beliau kesakitan pada lututnya.dari kejadian itu maka tempat tersebut di beri nama Ganduroso dengan berjalannya waktu sebutan Ganduroso berubah menjadi Gandusari yang mudah untuk di ucapkan.

+ Versi kedua:

Kata Gandusari berasal dari kata Gondangsari

Gondang adalah salah satu nama pohon yang sangat besar tumbuh di tengah tengah hutan.pada suatu ketika mbah Suko Driyo menyusuri hutan untuk mencari tempat untuk pemukiman dalam semadinya memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa .beliau mendapat petunjuk agar beliau berjalan ke selatan dari lereng Gunung Kelud sampai menemukan pohon yang sangat besar yang bernama pohon Gondang dan benar seperti wisik yang di dapatnya, beliau menemukan pohon yang sangat besar. Akhirnya mbah Sukodriyo bersama dengan pengikutnya menebang pohon tersebut.dari hasil penebangan pohon tersebut kayunya yang banyak cukup untuk membangun padepokan mbah Sukodriyo dan para pengikutnya buah dari pohon tersebut juga bisa di makan atau secara garis besar semua yang ada di pohon itu bisa di gunakan atau di manfaatkan oleh mbah sukodriyo beserta pengikutnya.pada keheningan malam beliau merenung mengucap puji syukur kepada tuhan yang maha esa atas beberapa nikmat yang beliau dapatkan pada hari itu beliau berfikir betapa besar manfaat yang di peroleh dari penebangan pohon tersebut sampai ke sari-sarinya, oleh karena itu untuk mengenang tempat tersebut dan sebagai rasa syukurnya beliau memberi nama tempat tersebut dengan nama gondangsari. Lama–kelamaaan penduduk setempat bercampur dengan pendudk pendatang sehingga dialeknya pun berlainan sehingga gondangsari berubah menjadi gandusari .

+ Versi ketiga:

Kata gandusari berasal dari Gadungsari

Di daerah yang masih berupa hutan belantara di datangi sekelompok orang yang di pimpin oleh seorang yang bernama Sukodriyo, beliau datang dari Mataram atau Jogjakarta.pada suatu hari ketika sukodriyo beserta pengikutnya mbabat alas atau menebang pohon hutan, sukodriyo dan para pengikutnya menemukan tanaman gadhung yang banyak sehingga ketika di angkat dari tanah alangkah terkejutnya karena gadhung yang di ambil itu besar–besar tidak seperti yang pernah di temuinya sehingga menarik perhatian Sukodriyo dan kawulonya oleh karena itu hutan yang baru di mbabat itu di beri nama gadhungsari.

+ Versi ke empat:

Kata gandusari berasal dari kata Gandulsari.

Konon dalam cerita sejarah, orang yang pertama kali menjejakkan kakinya di Desa Gandusari yang terjadi pada hari Selasa Wage bulan Suro adalah serombongan dari Mataram yang pimpinan rombongan tersebut adalah SUKODRIYO. Perlu di ketahui datangnya sukodriyo dan pengikutnya ke wilayah ini dikarenakan gunung kelud meletus yang dulunya bertempat tinggal di lereng gunung karena gunung kelud meletus maka suko driyo dan kawulonya pindah keselatan ke daerah yang lebih landai dalam perjalanan ke selatan rombongan sukodriyo menemukan sisa–sisa lahar (endut garingdalam bahasa Jawa) yang mengantung (gandul – bahasa Jawa ) di dahan dan ranting pepohonan.selanjutnya endut garing yang mengantung di dahan tersebut jatuh ke bumi, yang bisa menyuburkan tanah / bumi ini.maka beliau (Sukodriyo) mempunyai pemikiran bahwa sesuatu yang mengantung itu mempunyai sari yang bisa menyuburkan tanah / bumi ini.selanjutnya setelah suko driyo dan para pengikutnya membuka hutan dan di jadikan pemukiman beliau (Sukodriyo) menyebut daerah itu dengan sebutanGandulsari yang akhirnya berubah menjadi Gandusari.

Keadaan Geografis

Desa Gandusari secara geografis terletak di lereng selatan Gunung Kelud pada ketinggian +303 m dari permukaan laut. Seperti kondisi tanah yang lainnya di wilayah daerah Blitar yang terletak dikaki lereng Gunung Kelud di Jawa Timur. Daerah ini selalu dilanda lahar Gunung Kelud yang meletus secara berkala sejak zaman kuno sampai sekarang. Lahar mengalir ke bawah melalui lembah-lembah sungai dan membeku menutup permukaan bumi. Abu yang memancar dari bawah gunung berapi akhirnya jatuh juga di permukaan bumi dan bercampur dengan tanah. Lapisan-lapisan vulkanik daerah Blitar pada hakekatnya merupakan suatu kronologi tentang ledakan-ledakan Gunung Kelud yang kontinyu dari zaman dahulu kala .

Geologis tanah daerah ini berupa tanah vulkanik yang mengandung abu ledakan gunung berapi, pasir dan napal (batu kapur bercampur tanah liat). Warnanya kelabu kekuning-kuningan. Sifatnya masam, gembur dan peka terhadap erosi. Tanah semacam ini disebut tanah Regosol yang dapat digunakan untuk penanaman padi, tebu, tembakau dan sayur-sayuran. Disamping sawah yang sekarang mendominasi pemandangan alam daerah sekitar Desa Gandusari juga ditanami tembakau. Tembakau ini ditanam sejak Belanda berhasil menaruh daerah ini dibawah jurisdiksinya dalam Abad XVII.

Disamping daerah regosol ini terdapat juga daerah yang tanahnya termasuk golongan tanah yang disebut latosol, misalnya daerah Blitar timur dan daerah di lereng-lereng gunung yang sudah lama tidak lagi dilanda lahar Gunung Kelud. Tanah ini lebih tua dan telah mengalami erosi yang lebih besar sehingga bahan-bahan kimia yang semula dikandungnya banyak yang sudah larut hilang ke bawah. Sekarang tanahnya tidak lagi begitu peka terhadap erosi. Sebagian tanahnya telah membatu. Batu-batu inilah yang merupakan sumber bahan bangunan yang di percaya di gunakan untuk pembuatan candi-candi yang tersebar di seluruh daerah Blitar hingga sekarang sebagai tambang alam yang di gunakan untuk bahan bangunan. Tanah latosol ini yang sering juga disebut tanah laterit, berwarna merah kekuning-kuningan, bersifat masam sekali. Walaupun demikian tanah ini juga masih cukup baik untuk penanaman kopi, coklat, cengkeh, teh, bahkan masih dapat pula digunakan untuk padi, sayur-sayuran, dan buah-buahan