Pengguna:Permata Harahap/Indonesian Varsity English Debate
Topik artikel ini mungkin tidak memenuhi kriteria kelayakan umum. |
Indonesian Varsities English Debate (IVED) adalah kompetisi debat parlementer tingkat universitas se-Indonesia yang pertama. Kompetisi ini diselenggarakan setahun sekali dari tahun 1998 hingga sekarang.
Sejarah
Pada tahun 1996, tiga mahasiswa berprestasi (Mapres) dari Universitas Indonesia (UI) dikirim oleh kampusnya untuk mengikuti lomba debat parlementer se-ASEAN, ASEAN Varsities Debate 1996 di Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Walaupun belum dapat berprestasi banyak, satu dari ketiga pedebat ini bertekad untuk mengembangkan kegiatan ini sekembalinya ke tanah air. Ia pun kemudian melatih 3 orang mahasiswa UI untuk membentuk satu tim ke kompetisi IV All-Asians Intervarsity Debating Championships, sebuah lomba debat parlementer tingkat Asia yang diselenggarakan oleh Nanyang Technological University, Singapura tahun 1997. Kompetisi ini juga diikuti oleh satu tim dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), PEDS.
Sepulang dari kegiatan tersebut, pada tahun 1997 Unpar memutuskan untuk mengadakan lomba debat parlementer se-Jawa yang pertama, All Java-Overland Intervarsity Debating Championships (nama ini kemudian diubah menjadi Java Overland Varsities English Debate). Di akhir turnamen, UI menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah berikutnya.
Namun, UI akhirnya memilih untuk memperluas jangkauan kompetisi dan mengadakan IVED yang pertama tahun 1998. Acara tersebut mendapatkan dukungan dari salah satu TV swasta di Indonesia (RCTI) yang menjadi sponsor utama.
Pada IVED 2011 di Universitas Hasanuddin, kategori novice break secara perdana dipertandingkan dan dilaksanakan secara simultan dengan kategori open break.
Kepanitiaan
Karena IVED diselenggarakan oleh universitas-universitas yang berbeda setiap tahunnya, kejuaraan ini tidak memiliki organisasi formal yang tetap. Namun, pada setiap kali penyelenggaraan IVED selalu disediakan waktu untuk pertemuan Indonesia Council Meeting (ICM) yang dipimpin oleh ketua panitia dari pihak tuan rumah. Tugas utama ICM adalah melakukan proses tender (bidding) dalam rangka memilih tuan rumah kompetisi IVED berikutnya. Selain itu, rapat ICM juga diberi wewenang untuk mengambil keputusan atas perselisihan dan masalah-masalah lain yang mungkin terjadi selama penyelenggaraan kompetisi.
Institusi yang pernah menjadi tuan rumah
- IVED 1998 di Universitas Indonesia, Depok
- IVED 1999 di Universitas Atma Jaya, Jakarta
- IVED 2000 di Universitas Kristen Petra dan Akademi Angkatan Laut, Surabaya
- IVED 2001 di Institut Teknologi Bandung, Bandung
- IVED 2002 di Universitas Hasanuddin, Makassar
- IVED 2003 di Universitas Sumatra Utara, Medan
- IVED 2004 di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
- IVED 2005 di Universitas Bina Nusantara, Jakarta
- IVED 2006 di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
- IVED 2007 di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
- IVED 2008 di Universitas Udayana, Denpasar
- IVED 2009 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta
- IVED 2010 di Institut Teknologi Bandung, Bandung
- IVED 2011 di Universitas Hasanuddin, Makassar
- IVED 2012 di Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
- IVED 2013 di Institut Teknologi Bandung, Bandung
- IVED 2014 di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
- IVED 2015 di Universitas Indonesia, Depok
- IVED 2016 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
- IVED 2017 di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
- IVED 2018 di Universitas Mercu Buana, Jakarta
- IVED 2019 di Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, penyelenggaraannya merupakan kolaborasi berbagai universitas di Jawa Tengah
- IVED 2020 di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, dengan penyelenggaraannya dipimpin oleh Levina Masli (Binus International), Andree Sulistio Chandra (Universitas Bina Nusantara), dan Vincentius Michael (Institut Teknologi Bandung)
Pemenang dan finalis
Tahun | Anggota Tim Juara | Juara (Open Break) | Finalis (Open Break) | Anggota Tim Juara (Novice Break) | Juara (Novice Break) | Finalis (Novice Break) | Pembicara Terbaik |
1998 |
|
Universitas Indonesia, Depok | Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto | - | - | - | Patsy Widakuswara (Universitas Indonesia) |
1999 |
|
Universitas Indonesia, Depok | Universitas Atma Jaya, Jakarta | - | - | - | Idauli Hutasoit (Universitas Indonesia) |
2000 |
|
Universitas Indonesia, Depok | Universitas Indonesia, Depok | - | - | - | Firliana Purwanti (Universitas Indonesia) |
2001 |
|
Universitas Indonesia, Depok | Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang | - | - | - | Henny (Universitas Jenderal Soedirman) |
2002 |
|
Universitas Indonesia, Depok | Universitas Indonesia, Depok | - | - | - | Lenny Hidayat (Universitas Indonesia) |
2003 |
|
Universitas Indonesia, Depok | Universitas Padjadjaran, Bandung | - | - | - | Melanie Tedja (Universitas Indonesia) |
2004 |
|
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang | Universitas Atma Jaya, Jakarta | - | - | - | Maesy Angelina (Universitas Atma Jaya) |
2005 |
|
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang | Universitas Indonesia, Depok | - | - | - | Mahardhika Sadjad (Universitas Indonesia) |
2006 |
|
Universitas Indonesia, Depok | Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang | - | - | - | Astrid Kusumawardhani (Universitas Indonesia) |
2007 |
|
Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta | Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta | - | - | - | Ananda Wardhiati Theresia (Universitas Katolik Atma Jaya) |
2008 |
|
Universitas Indonesia, Depok | Universitas Negeri Malang, Malang | - | - | - | Agnes Puspitasari (Universitas Gadjah Mada) |
2009 |
|
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta | Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta | - | - | - | Ika Septihandayani (Universitas Gadjah Mada) |
2010 |
|
Institut Teknologi Bandung, Bandung | Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta | - | - | - | Riza Aryani (Universitas Indonesia) |
2011 |
|
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta | Universitas Indonesia, Depok |
|
Institut Pertanian Bogor, Bogor | Universitas Brawijaya, Malang | Rifan Ibnu Rahman (Institut Teknologi Bandung) |
2012 |
|
Universitas Bakrie, Jakarta | Universitas Indonesia, Depok |
|
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta | Universitas Hasanuddin, Makassar | Egalita Irfan (Universitas Indonesia) |
2013 |
|
Bina Nusantara University International, Jakarta | Universitas Indonesia, Depok |
|
Binus University, Jakarta | Institut Teknologi Bandung, Bandung | Dennys Kapa (Universitas Indonesia) |
2014 |
|
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta | Universitas Indonesia, Depok |
|
Perguruan Tinggi Teknokrat, Lampung | Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto | Indriani Pratiwi (Universitas Gadjah Mada) |
2015 |
|
Institut Teknologi Bandung, Bandung | Universitas Indonesia,
Depok |
|
Universitas Bina Nusantara, Jakarta | Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta | Vicario Reinaldo (Institut Teknologi Bandung) |
2016 |
|
Universitas Indonesia, Depok | Universitas Indonesia, Depok |
|
Institut Teknologi Bandung, Bandung | Universitas Hasanuddin, Makassar | Alif Azadi Taufik (Universitas Indonesia) |
2017 |
|
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta | Institut Teknologi Bandung, Bandung |
|
Universitas Hasanuddin, Makassar | Universitas Padjajaran, Bandung | Noel Hasintongan Simatupang (Universitas Gadjah Mada) |
2018 |
|
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta | Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta |
|
Universitas Diponegoro, Semarang | Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Tangerang | Vincentius Michael
(Institut Teknologi Bandung) |
2019 |
|
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta | Universitas Indonesia, Depok |
|
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung | Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta | Syagung Gunawan May
(Universitas Gadjah Mada) |
2020 |
|
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta | Institut Teknologi Bandung, Bandung |
|
Universitas Hasanuddin, Makassar | Universitas Hasanuddin, Makassar | Kezia Ascencio
(Universitas Indonesia) |
Penjurian
Tim Dewan Juri (Adjudication Team), yang juga sering dikenal sebagai (Adjudication Core), diajukan oleh institusi yang akan menjadi tuan rumah IVED pada saat Pertemuan Dewan IVED (IVED Council Meeting) IVED sebelumnya. Ketua Dewan Juri (Chief Adjudicator) dapat berasal dari institusi tuan rumah maupun dari instutusi lain. Namun, untuk menjamin keadilan penjurian, Ketua Dewan Juri (Chief Adjudicator) tersebut harus didampingi oleh Wakil Ketua Dewan Juri (Deputy Chief Adjudicator) yang berasal dari institusi lain di luar institusi tuan rumah. Nama yang diajukan sebagai Tim Dewan Juri merupakan salah satu pertimbangan untuk peserta Pertemuan Dewan IVED (IVED Council Meeting) dalam memutuskan tuan rumah IVED berikutnya.
Akreditasi juri diadakan sebelum babak penyisihan dimulai untuk menentukan tingkat kualifikasi tiap juri. Akreditasi yang didapat dari kompetisi lain baik lokal (JOVED, ISDC, dan lain-lain) maupun internasional (mis. WUDC) juga dapat dinyatakan berlaku, sesuai keputusan Ketua Dewan juri.
Setiap debat diusahakan dipimpin oleh panel juri yang terdiri atas minimal 3 orang, kecuali bila tidak memungkinkan maka beberapa debat dapat dipimpin oleh satu orang juri saja.
Format dan Sistem Pertandingan
Format yang digunakan dalam IVED adalah Australasian Parliamentary. Sistem ini mencakup tiga pembicara dalam setiap tim. Setiap pembicara diberikan waktu berbicara selama 8 (delapan) menit, dimulai dari pembicara pertama tim pro, dan bergantian dengan tim kontra hingga pembicara ketiga tim kontra. Interupsi saat seorang pembicara menyampaikan pidatonya tidaklah diperbolehkan. Setelah keenam pembicara menyampaikan pidatonya, sesi rangkuman (reply) dimulai. Masing-masing tim harus menunjuk pembicara pertama atau keduanya untuk menyampaikan rangkuman dan penutupan kasus mereka sepanjang 4 (empat) menit. Pidato rangkuman tim kontra disampaikan terlebih dahulu.
Pertandingan dalam kompetisi ini dibagi menjadi tahap penyisihan dan tahap eliminasi. Dalam tahap penyisihan, penentuan lawan di babak pertama dilakukan secara acak. Setelah babak pertama, seluruh tim yang berkompetisi diurutkan berdasarkan Angka Kemenangan (Victory Points/VP), Selisih (margin), dan Jumlah Nilai (team score) masing-masing tim. Kemudian, penentuan lawan dilakukan dengan sistem true power matching, di mana sebuah tim akan melawan tim lain yang berada persis di bawah tim tersebut setelah pengurutan.
Pada IVED 2008 di Universitas Udayana, Bali, sistem pengurutan tim saat penyisihan diubah prioritasnya menjadi berdasarkan Angka Kemenangan (Victory Points/VP), Jumlah Nilai (team score), kemudian Selisih (margin), disebabkan oleh setidaknya dua pertimbangan: 1) Jumlah Nilai dianggap lebih menggambarkan kualitas dan kekuatan sebuah tim dibandingkan Selisih, yang besarannya sangat arbitrer atas lawan yang dihadapi oleh tim tersebut; 2) prinsip pengurutan di mana Jumlah Nilai diletakkan sebagai prioritas kedua setelah jumlah kemenangan adalah prinsip pengurutan nilai yang digunakan di semua turnamen debat parlementer internasional.
Pada IVED 2010 di Institut Teknologi Bandung (ITB), ITB mengajukan perubahan konstitusi untuk memastikan bahwa sistem pengurutan tim yang digunakan di IVED adalah sistem break-and-slide, alih-alih true power matching. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa true power matching—di mana peringkat 1 dalam pengurutan akan melawan peringkat 2, peringkat 3 melawan peringkat 4, dan seterusnya—membuat tim yang memiliki Jumlah Nilai tinggi (dianggap sebagai tim yang kuat karena dapat menyampaikan pidato-pidato yang nilainya tinggi) akan saling melawan satu sama lain terus-terusan di babak penyisihan, sehingga mereka berpotensi kehilangan banyak Angka Kemenangan karena saling melawan satu sama lain. Di sisi yang lain, tim-tim dengan Jumlah Nilai rendah akan saling melawan satu sama lain di babak penyisihan, sehingga dapat mengumpulkan Angka Kemenangan yang besar. Pada akhirnya, lebih sulit untuk mengumpulkan Angka Kemenangan sebagai tim yang mendapatkan Jumlah Nilai besar, dan ini tidaklah logis sebagai insentif bagi tim yang telah berlatih keras untuk meningkatkan kualitas performa mereka (yang terefleksikan oleh tingginya Jumlah Nilai mereka). Sistem break-and-slide membagi seluruh peserta ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan Angka Kemenangan mereka. Dalam tiap kelompok Angka Kemenangan ini, tim-tim diurutkan berdasarkan Jumlah Nilai. Kelompok ini kemudian dibelah dua, dan urutan tim pada paruh atas akan melawan urutan tim pada paruh bawah. Misalnya, jika ada 10 tim yang memiliki 2 Angka Kemenangan, maka tim urutan 1 di kelompok ini akan melawan tim urutan 6, tim urutan 2 melawan tim urutan 7, dan seterusnya. Jika ada 6 tim yang memiliki 3 Angka Kemenangan, maka tim urutan 1 dalam kelompok ini akan melawan tim urutan 4, tim urutan 2 akan melawan tim urutan 5, dan tim urutan 3 akan melawan tim urutan 6. Jika sebuah kelompok Angka Kemenangan berisi tim-tim dengan jumlah ganjil, tim teratas dari kelompok Angka Kemenangan di bawahnya akan ditarik agar jumlah kelompok tersebut genap.
Tahap eliminasi dilakukan dengan sistem gugur mulai perdelapan final (disebut okto-final). Pengaturan lawan di tahap eliminasi dilakukan dengan sistem yang disebut slaughter power-matching, di mana tim yang paling kuat akan diatur agar selalu melawan tim paling lemah di tiap tingkatan eliminasi.