Orang Maluku

sekelompok kelompok etnik yang berasal dari Kepulauan Maluku
Revisi sejak 27 April 2020 04.14 oleh Sapnor (bicara | kontrib) (Perbaikan isi.)

Orang Maluku adalah penduduk asli yang berasal dari Kepulauan Maluku. Orang Maluku adalah istilah yang mencakup banyak suku dan kelompok-kelompok kebahasaan yang mendiami gugusan kepulauan tersebut.

Maluku
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia: 2.203.415 (sensus 2010)[1]
(Maluku, Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Papua Barat)
 Belanda
 Australia
 Jerman
 Kanada
 Italia
 Britania Raya
 Amerika Serikat
 Austria
 Brunei Darussalam
Bahasa
Bahasa asli dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia Tengah–Timur seperti bahasa Dawera-Daweloor dan bahasa Taliabo dan bahasa Indonesia (untuk kepentingan resmi, sebagai perantara antarsuku bangsa Indonesia non-Maluku, dan bahasa rumah atau perantara perintah, khususnya untuk generasi muda, sedangkan yang tinggal di luar negeri menuturkan bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa Belanda
Agama
Protestan (mayoritas Gereja Protestan Maluku dan Gereja Injili Maluku), Islam Sunni, Katolik Roma, dan Hindu
Kelompok etnik terkait
Eropa, Arab, Melanesia, dan Papua
Berkas:Ruth Sahanaya 25 Tahun Berkarya.jpeg
Ruth Sahanaya adalah contoh orang Maluku yang lahir dan menetap di Pulau Jawa, lebih tepatnya lagi lahir di Kota Bandung dan kini tinggal di Jakarta

Aslinya, orang Maluku memiliki darah Melanesia.[2] Namun, sejarah panjang perdagangan dan pelayaran telah mengakibatkan tingkat tinggi kawin campur dalam darah keturunan di antara orang Maluku.[3] Darah Bangsa Austronesia ditambahkan ke penduduk Melanesia asli pada sekitar 2000 SM.[4] Ciri Melanesia yang terkuat terdapat di Kepulauan Kei, Kepulauan Aru, dan antara orang-orang di pedalaman kepulauan di Seram dan Buru.[5]

Kemudian, suku-suku yang ditambahkan ke darah Austronesia-Melanesia melalui kawin campur adalah Belanda,[6] Tionghoa, Portugis,[6] Spanyol,[6] Arab,[6] dan Inggris karena penjajahan dan pernikahan dengan pedagang asing di Abad Pertengahan atau dengan tentara Eropa selama Perang Dunia. Keturunan Jerman dalam jumlah yang kecil ditambahkan ke penduduk Maluku khususnya di Ambon bersama dengan kedatangan para Misionaris Protestan sejak abad ke-15.

Sejarah

Umum

Orang yang pertama kali mendiami Kepulauan Maluku adalah bangsa Austonesia-Melanesia.[7] Pada mulanya, mereka menetap di pulau-pulau besar seperti Halmahera, Seram, Buru, Bacan, dan Obi.[7] Penduduk Pulau Seram tersebut dikenal sebagai suku Alifuru yang diartikan oleh penduduk setempat sebagai manusia awal.[7]

Menurut antropolog A.H. Keano, Pulau Seram dari dahulu telah didiami oleh suatu suku bangsa yaitu bangsa Alifuros, bangsa campuran antara bangsa Kaukasus-Mongoloid dan bangsa Papua.[7] Di Seram bangsa ini dikenal dengan suku Alune dan Wemale yang mendiami pedalaman Seram Barat.[7] Setelah itu, menurut antropolog F.J.P. Sache dan Dr. O.D. Tauern, suku Alune berasal kemungkinan berasal dari Sulawesi Utara atau Halmahera sebab di pulau Halamahera pun terdapat suku Alifruros.[7] Mereka pun memiliki cir-ciri fisik yang sama.[7] Sedangkan, menurut mereka, Suku Wemale berasal dari arah timur (Melanesia)[7]. Di kalangan penduduk setempat suku Alune dan Wemale dianggap merupakan turunan langsung dari manusia Nunusaku, sebuah kerajaan kuno di Seram.[7][8]

Kemudian karena didesak oleh perkembangan, suku-suku Alifuru ini mulai meninggalkan tempat kediamannya, yaitu Seram dan Halmahera, lalu menyebar ke pulau-pulau kecil lainnya seperti Ambon, Haruku, Saparua, Ternate, Tidore, Bacan, dan Obi.[7]

Sampai saat ini, apabila asal orang Maluku ditanyakan pada orang dari Maluku Tengah, mereka akan menjelaskan bawah nenek moyang mereka berasal dari Nunusaku atau dengan kata lain dari keturunan suku Alune dan Wemale.[7] Demikian juga dengan orang dari Ternate dan Tidore.[7] Mereka akan menjelaskan bahwa nenek moyang mereka berasal dari Halmahera.[7]

Teori keturunan Ibrani

Beberapa orang menganggap bahwa nenek moyang orang Maluku adalah orang Yahudi. Hal ini dinyatakan oleh Rabi Resley, penulis buku “Pintu Gerbang Emas Israel Yang Tertinggal di Indonesia”.[9] Pada bagian akhir dari bukunya, ia mengatakan bahwa mayoritas orang Maluku adalah keturunan suku Gad, yaitu suku Israel yang disangka hilang, tak dapat ditemukan lagi, dan tidak memiliki perwakilan di Israel saat ini.[10] Resley mengistilahkan mereka dengan sebutan Yahudi Alfuros.[10]

Tempat menetapnya orang Maluku

Populasi kecil orang Maluku (±45.000) tinggal di Belanda. Kelompok ini terutama terdiri dari keturunan dari tentara KNIL yang telah direncanakan untuk datang ke Belanda hanya untuk sementara,[11] tapi akhirnya terpaksa menetap. (Lihat diaspora Maluku.) Sisanya terdiri dari orang Maluku melayani di Angkatan Laut Belanda dan keturunan mereka, serta beberapa pun datang ke Belanda dari Irian Barat yang setelah itu diserahkan ke Indonesia.[12] Namun, sebagian besar orang Maluku masih tinggal di Maluku dan wilayah sekitarnya seperti Papua,[13] Timor Barat, Sulawesi Utara, Bali, dan Jawa.[14]

Orang Maluku di Belanda

 
Kedatangan Orang Maluku di Rotterdam, Belanda pada tahun 1951

Setelah pendudukan Jepang di Hindia Belanda selama Perang Dunia II, Belanda ingin mengembalikan status jajahan.[15] Masyarakat pribumi Indonesia menentangnya.[16] Namun, perjuangan untuk kemerdekaan yang dipimpin oleh pemberontak dan Soekarno terjadi antara tahun 1945 dan 1949.[17] Pelarutan Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) ditugaskan oleh pemerintah Belanda untuk menjaga ketertiban dan untuk melucuti senjata para pemberontak. Tentara profesional Maluku merupakan bagian penting dari pasukan ini. Komunitas Maluku dengan demikian dianggap oleh Belanda sebagai sekutu dan sebaliknya pula. Pemerintah Belanda telah berjanji kepada mereka bahwa mereka akan mendapatkan negara bebas tersendiri sebagai bayaran untuk membantu Belanda. Setelah upaya-upaya internasional tidak bisa mendukung Belanda untuk mempertahankan jajahan, pemerintah Belanda tidak bisa lagi menepati janjinya untuk orang Maluku untuk sebuah negara bebas.

Tahun 1951, 12.578 orang Maluku pindah ke Belanda.[18] Mereka adalah bekas Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) yang saat itu diburu pasukan Indonesia ketika pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) berkobar.[18] Orang Maluku yang dipandang oleh masyarakat Indonesia lainnya sebagai kolaborator KNIL, harus pergi ke Belanda. Kedatangan mereka adalah solusi sementara untuk masalah-masalah politik di Indonesia yang berkembang setelah penyerahan kedaulatan dan pembubaran tentara kolonial Belanda (KNIL).[19] Orang Maluku yang bertugas di komando KNIL akan tinggal sementara di Belanda. Kemudian, orang Maluku ditempatkan di kamp-kamp di Belanda, termasuk bekas kamp transit Westerbork.

Assen merupakan tempat tinggal pertama yang disediakan pemerintah Belanda untuk anggota maupun simpatisan RMS beserta keluarga mereka.[20] Belakangan, ada beberapa tempat lainnya seperti Bovensmilde sekitar 6 km di pinggiran Assen atau di kota lain seperti Groningen.[20]

Orang Maluku Belanda telah berulang kali menarik perhatian pemerintah Belanda demi klaim mereka untuk membebaskan Republik Maluku Selatan (RMS) yang telah dijanjikan oleh pemerintah Belanda sebelumnya.[21] Padai tahun 1970-an jumlah pendukung meningkat lebih dan lebih. Salah satu cara untuk mendapatkan perhatian pada masalah tersebut melalui kekerasan pembajakan Krisis Sandera Kereta Api Belanda 1975[22] di De Punt, Wijster, di mana sandera itu diambil dan pembajak kereta tewas.

Bahasa

Orang Maluku menuturkan lebih dari seratus bahasa yang berbeda, dengan mayoritas dari mereka menuturkan bahasa-bahasa Melayu-Polinesia Tengah, khususnya bahasa-bahasa Maluku bagian tengah. Pengecualian penting adalah Pulau Halmahera dan pulau-pulau sekitarnya, di mana mayoritas penduduk berbahasa yang termasuk ke dalam rumpun Papua Barat. Pengecualian lain adalah bahasa Ambon Melayu atau bahasa Ambon, bahasa yang berasal dari kreol bahasa Melayu yang diucapkan terutama di Ambon dan sekitar Pulau Seram.

Agama

Orang Maluku di Maluku sebelah utara (sekarang Provinsi Maluku Utara) kebanyakan beragama Islam dan orang Maluku di Maluku bagian tengah dan selatan (sekarang Provinsi Maluku) kebanyakan beragama Kristen.

Agama yang paling banyak dianut oleh orang-orang Maluku di Belanda adalah Protestan dan pada tingkat lebih rendah, Islam.

Ada jumlah pengikut Hindu asli yang cukup tinggi di Kepulauan Kei, meskipun wilayah ini didominasi Katolik. Diperkirakan adanya agama Hindu berasal dari Kerajaan Majapahit. Ada juga yang menyatakan bahwa Kei memiliki hubungan cukup dekat dengan Bali.[23]

Budaya

Tarian tradisional[24]

Orang Maluku memiliki banyak sekali tarian.[25] Tarian-tarian tersebut memiliki tema-tema tersendiri.

Pertama, orang Maluku memiliki tari pergaulan, di antaranya adalah Saureka-Reka.[26] Tarian ini biasa dilakukan oleh para muda-mudi, dimana para laki-laki memainkan gaba-gaba dan para perempuan menari dan menghindari gaba-gaba tersebut.[27] Gaba-gaba merupakan bilah pohon sagu yang digunakan sebagai properti menari dan sekaligus menjadi musik pengiring tarian ini.[27] Tarian ini merupakan salah satu kesenian dan permainan tradisional yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Maluku dan sering ditampilkan di berbagai acara adat maupun hiburan.[28]

Sebagai komunitas yang telah terhubung dengan bangsa asing dari dahulu, orang Maluku memiliki tarian yang dipengaruhi oleh bangsa asing, khususnya Eropa. Contohnya adalah tari Lenso, tarian orang Maluku yang dipengaruhi oleh bangsa Portugis. Konon, tarian ini dulunya merupakan tarian yang berasal dari bangsa Portugis, kemudian dikembangkan dan diadaptasi dengan budaya masyarakat setempat.[29] Setelah bangsa Portugis meninggalkan Maluku, tarian ini masih terus ditarikan oleh masyarakat Maluku.[30]

Tarian perang pun muncul dari bangsa ini. Salah satunya adalah tari Cakalele, tarian perang yang ditarikan oleh orang Maluku. Tarian ini umumnya ditarikan oleh para penari pria, tetapi ada juga beberapa penari wanita sebagai penari pendukung.[31] Tarian ini biasanya ditarikan untuk membuka acara adat atau untuk menyambut tamu.[32]

Orang-orang terkenal[33]


Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, Dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia". Badan Pusat Statistik. 2010. Diakses tanggal 2017-07-18. 
  2. ^ "Irian Jaya - Anthropological and Historical Perspective". IRJA.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1999-10-09. 
  3. ^ Witton, Patrick (2003). Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. hlm. 818. ISBN 1-74059-154-2. 
  4. ^ Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. hlm. 5–7. ISBN 0-300-10518-5. 
  5. ^ "Kepulauan Maluku". jufrisafarudin.blogspot.co.id. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  6. ^ a b c d "Suku Ambon Di Kepulauan Maluku". unj-pariwisata.blogspot.co.id. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m "Maluku Bersatu". www.facebook.com. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  8. ^ "Nunusaku, kerajaan / P. Seram – Prov. Maluku". Kesultanan dan Kerajaan di Indonesia (dalam bahasa Inggris). 2014-03-20. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  9. ^ Mollucastimes. "Maluku Suku Yahudi yang Hilang. Really ? (Kontroversi)". mollucastimes. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  10. ^ a b Kompasiana.com. "Ternyata Moyang Orang Maluku adalah Bangsa Yahudi oleh Mattula Ada - Kompasiana.com". www.kompasiana.com. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  11. ^ "Kisah Maluku di Negeri Belanda | Islands of Imagination". islandsofimagination.id. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  12. ^ Beets et al., Demografische ontwikkeling van de Molukse bevolkingsgroep in Nederland
  13. ^ Pos.com, Pasific. "Orang Maluku di Papua Harus Bersatu". www.pasificpos.com. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  14. ^ Rumpoko, Ganis. "Suka-Duka Anak Maluku yang Sekolah dan Mengadu Nasibnya di Pulau Jawa". Hipwee. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  15. ^ "UPAYA BELANDA UNTUK KEMBALI MENGUASAI INDONESIA". Pendidikan IPS. 2016-04-07. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  16. ^ "PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA". fitria97 (dalam bahasa Inggris). 2011-11-06. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  17. ^ "Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Pada Tahun 1945-1949". www.gurusejarah.com. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  18. ^ a b "Orang Maluku di Belanda: Mempertanyakan Nasionalisme". kumparan. Diakses tanggal 2017-09-02. 
  19. ^ 9, Wildo Fordy Lembong | February; Reply, 2011 at 20:58 | (2010-09-12). "Sejarah Orang Maluku di Belanda". Bpn16's Blog. Diakses tanggal 2017-09-02. 
  20. ^ a b Siregar, Liston P. (2017-03-15). "Warga keturunan Maluku dukung partai kiri di pemilu Belanda". BBC Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-09-02. 
  21. ^ Waluyanti, Walentina. "Mengapa Banyak Orang Maluku di Belanda?". walentina.waluyanti.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-08-21. 
  22. ^ "Teror RMS di Negeri Belanda- Pembajakan Kereta Du Pont". military18.blogspot.co.id. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  23. ^ "TERUNGKAP! Sejarah Hubungan Bali dan Kepulauan Kei yang Tak Banyak Diketahui Orang". SIP (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-09-02. 
  24. ^ "6 Tarian Tradisional Maluku yang Sarat Dengan Makna". Bacaterus (dalam bahasa Inggris). 2016-11-14. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  25. ^ Daya, Guru Muda SM-3T Penempatan Maluki Barat (2017-02-11). Rindu Untuk Tanah Kalwedo. Perahu Litera. ISBN 9786026537089. 
  26. ^ "Tari Saureka Reka Tarian Tradisional Dari Maluku". www.negerikuindonesia.com. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  27. ^ a b "Tari Saureka Reka Tarian Tradisional Dari Maluku". www.negerikuindonesia.com. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  28. ^ "Tari Saureka Reka, Tarian Tradisional Dari Provinsi Maluku". Kamera Budaya. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  29. ^ "Tari Lenso Tarian Tradisional Dari Maluku". www.negerikuindonesia.com. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  30. ^ "Tari Lenso Tarian Tradisional Dari Maluku". www.negerikuindonesia.com. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  31. ^ "Tari Cakalele Tarian Tradisional Dari Maluku Utara". www.negerikuindonesia.com. Diakses tanggal 2017-08-21. 
  32. ^ "Cakalele". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2017-08-03. 
  33. ^ "Daftar tokoh Maluku". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2017-01-29.