Konflik Sampit

kerusuhan antar etnis di Indonesia
Revisi sejak 15 Mei 2020 15.48 oleh Argo Carpathians (bicara | kontrib) (←Suntingan 180.249.89.225 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Aldiagung)

Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antaretnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura.[2] Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak.[3] Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal.[4] Banyak warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.[5]

Konflik Sampit
LokasiPulau Kalimantan (Kota Sampit, Kota Sambas, Kota Palangkaraya, Kota Pontianak)
Pihak terlibat
Etnis Dayak Etnis Madura
Kekuatan

32,000 di kota Sampit

1,000,000 di seluruh Kalimantan Tengah

96,000 di kota Sampit

dari kota lain tidak tercatat
Korban
tidak tercatat

500 terbunuh & 100,000 mengungsi

[1]

Latar belakang

Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.[6] Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[7] Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[4] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[4]

Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.[6]

Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.[8] Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.[9]

Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan antara murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.[10]

Pemenggalan kepala

Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal abad ke-20.[8][11]

Respons

Skala pembantaian membuat militer dan polisi sulit mengontrol situasi di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim untuk membantu pasukan yang sudah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menguasai Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakang serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil meminta pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan,[12] namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Akram
  2. ^ Rinakit, Sukardi (2005). The Indonesian Military After the New Order. Nordic Institute of Asian Studies. ISBN 8791114063. 
  3. ^ Singh, Daljit (2003). Southeast Asian Affairs 2002. Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 9812301623. 
  4. ^ a b c "Indonesia flashpoints: Kalimantan". BBC. June 28, 2004. Diakses tanggal 2008-08-13. 
  5. ^ "Horrors of Borneo massacre emerge". BBC. February 27, 2001. Diakses tanggal 2008-08-13. 
  6. ^ a b "Indonesia: The Violence in Central Kalimantan (Borneo)". Human Rights Watch. February 28, 2001. Diakses tanggal 2008-08-13. 
  7. ^ Tri Nuke Pudjiastuti (June 2002). "Immigration and Conflict in Indonesia" (PDF). IUSSP Regional Population Conference, Bangkok. Diakses tanggal 2008-08-13. 
  8. ^ a b "Kalimantan's Agony: The failure of Transmigrasi". CNN. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-31. Diakses tanggal 2008-08-13. 
  9. ^ Elegant, Simon (March 5, 2001). "The Darkest Season". Time. Diakses tanggal 2008-08-13. 
  10. ^ "Interim Report of KONTRAS Fact Finding into the Causes of the Sampit Tragedy". Kontras. Diakses tanggal 2008-08-14.  [pranala nonaktif]
  11. ^ "Beheading: A Dayak ritual". BBC. February 23, 2001. Diakses tanggal 2008-08-13. 
  12. ^ "Chronology of violence in Central Kalimantan". Indahnesia. Diakses tanggal 2008-08-13. 

Pranala luar