Hwang Jini
Hwang Jin-i (kadang ditulis Hwang Jin-yi), lahir di Gaeseong tahun 1506 - meninggal 1560, adalah seorang gisaeng dari Dinasti Joseon.[1] Sebenarnya tidak banyak fakta yang diketahui tentang dirinya, melainkan cerita tentang kehidupannya berkembang dari banyak anekdot dan legenda.[2]
Hwang Jini | |
Hangul | 황진이 |
---|---|
Hanja | 黃眞伊 |
Alih Aksara | Hwang Jini |
McCune–Reischauer | Hwang Chini |
Nama Kisaeng | |
Hangul | 명월 |
Hanja | 明月 |
Alih Aksara | Myeong-wol |
McCune–Reischauer | Myŏngwŏl |
Kecantikan, kepandaian dan kebebasan Hwang Jin-i dianggap legendaris di Korea. Kehidupan personalnya telah diangkat dalam berbagai pentas seni tradisional, drama, film dan opera.
Kehidupan awal
Hwang Jin-i lahir di Kota Songdo, Dinasti Joseon pada tahun 1506. Pada masa remajanya ia tumbuh menjadi perempuan yang cantik dan berbakat seni, walau demikian hidupnya termasuk tidak beruntung. Sedari kecil ia harus keluar rumah demi menjual bakat seninya. Tidak jelas kapan ia dilahirkan karena tidak ditemukan catatan, namun dipercaya ia merupakan putri tidak sah dari seorang bangsawan (yangban) dan seorang gisaeng yang cantik.[1]
Saat remaja ia kehilangan kekasih pertamanya karena meninggal. Dalam prosesi pemakaman, Jin-i meninggalkan blus miliknya di atas peti mati kekasihnya sebagai bentuk penyesalan dan kesedihan. Hal ini yang kemudian membuatnya ingin menjadi gisaeng.
Menjadi gisaeng
Setelah meninggalkan rumah, Hwang mendaftarkan diri ke sekolah yang membina gisaeng (gyobang). Di sana ia mengasah keterampilan bermain musik dan menulis puisi. Alat musik yang mahir ia mainkan adalah geomungo dan puisi yang ia tulis adalah genre sijo. Kepandaiannya membuatnya terkenal di seluruh negeri. Ia kemudian terdaftar sebagai hojang, sebuah pekerjaan semacam tokoh pengawas catatan tentang pekerjaan dan aktivitas umum. Setelah terdaftar sebagai gisaeng, ia bebas untuk berlatih. Selain itu ia juga menghibur dalam banyak pesta yang diselenggarakan kaum bangsawan dan istana Dinasti Joseon.[1] Dalam tugasnya sebagai penghibur, Myeongwol tidak berdandan atau mengenakan baju yang bagus.[1] Menurutnya kedua hal itu akan menghalangi kebebasannya dalam berekspresi.[1]
Hwang Jin-i menggunakan nama gisaeng Myeongwol yang berarti Purnama Terang. Para Gisaeng dilatih menjadi seorang penghibur yang mahir dalam bidang musik, tari, dan puisi. Gisaeng bukanlah pelacur, namun karena status mereka yang rendah, tidak jarang menjadi santapan dan sasaran empuk bangsawan kaya. Hwang Jin-i mendobrak semua kebiasaan itu dan menempatkannya sebagai seorang gisaeng yang bernilai lebih.[1]
Hwang Jin-i besar dalam periode kekacauan Dinasti Joseon. Pada saat kelahirannya, raja zalim bernama Yeonsan-gun baru saja dijatuhkan dan digantikan oleh Jungjong, saudara tirinya. Joseon pada saat itu sedang mengdaposi gaya hidup baru yang memungkinkan para gisaeng mendapat tempat untuk memperlihatkan bakat seni mereka.
Sebagai gisaeng yang berkedudukan lebih bebas dari wanita biasa yang terkurung dalam rumah, Hwang Jin-i memiliki hubungan dengan beberapa pria.[1] Namun, mengingat kecerdasan dan kebebasannya, hubungan mereka tidak bertahan lama. Hwang Jin-i pernah dekat dengan seorang literati bernama Seo Gyeong-deok. Seo Gyeong-deok menyukai Hwang Jin-i, bahkan menjulukinya "bunga mawar di antara duri, indah dipandang namun tidak bisa dipetik". Seo Gyeong-deok juga menjuluki Hwang Jin-i sebagai salah satu dari "Tiga Keajaiban Gaeseong", selain dirinya sendiri dan keindahan alam Air Terjun Bakyeon.[1] Hubungan mereka akhirnya kandas.
Akhir hidup
Tidak diketahui kapan Hwang Jin-i meninggal. Ia mensyaratkan agar jasadnya dimakamkan secara sederhana di pinggir sungai di kampung halamannya. Hal ini kemungkinan menunjukkan perlawanannya pada tradisi Konfusianis Joseon yang kolot.[1] Sebagai wanita penghibur dari kelas bawah, ia bebas untuk berekspresi dan bergaul dengan berbagai kelas.[1]
Alat musik dan sijo
Hwang Jin-i ahli memainkan geomungo serta menulis sijo. Geomungo merupakan alat musik petik yang dilengkapi 6 senar sutera. Pada abad ke-15 Joseon, seni menulis puisi sijo berkembang pesat. Sijo terdiri dari 3 baris dan seringkali bisa dinyanyikan bersama permainan alat musik.
Hwang Jin-i menulis puisi dengan indah sehingga menarik perhatian beberapa pria, seperti halnya sang guru Seo Gyeong-deok.[2] Hwang menulis sijo baik dalam aksara Tionghoa (hanmun) maupun hangeul. Hanya 6 sijo karya Hwang Jin-i yang hingga kini masih tersisa.[2]
Berasal dari kota Gaeseong, bekas ibukota Dinasti Goryeo di sebelah utara Hanyang, Hwang menuliskan sijo tentang keindahan daerah itu serta Istana Manwoldae (Istana Purnama) yang dahulu pernah terkenal.[1]
"girdled by mountain streams on both sides and protected by the Songaksan, the Mountain of the Pines"
Hasil karya
Dua buah karya sijo Hwang Jini yang paling dikenal:
- "동짓달 기나긴 밤을.."
- 동짓달 기나긴 밤을 한 허리를 버혀 내어
- 춘풍 니불 아래 서리서리 넣었다가
- 어론님 오신 날 밤이어든 굽이굽이 펴리라
- Oh that I might capture the essence of this deep midwinter night
- And fold it softly into the waft of a spring-moon quilt,
- Then fondly uncoil it the night my beloved returns.
- "청산리 벽계수(靑山裏 碧溪水)야..."
- 청산리 벽계수(靑山裏 碧溪水)야 수이 감을 자랑 마라.
- 일도창해(一到滄海)하면 다시 오기 어려우니
- 명월(明月)이 만공산(滿空山)할 제 쉬어간들 어떠리.
- Respectable Byuk Kye-Soo, do not boast of leaving so early.
- When you venture out to the sea, it will be difficult to return.
- The full bright moon above the empty mountain, how about staying here to rest.
Penokohan
Kisah tentang Hwang Jin-i telah diangkat dalam banyak novel, drama, film dan opera. Ia seringkali digambarkan sebagai wanita dengan gaya yang erotis menurut ukuran zamannya.[3] Ia pandai menulis puisi dan mencela masyarakat patriarkat yang mengekangnya.[3] Hwang Jin-i termasuk tokoh wanita Korea paling unik yang diangkat dalam layar selain Jang Hui-bin dan Seong Chun-hyang.[3] Kebanyakan film tentang Hwang diperankan oleh aktris yang berparas rupawan misalnya Do Geum-bong, aktris pertama yang memerankan Hwan Jin-i dalam film moderen berjudul "Hwang Jin-i" (1957), Kang Sook-hee (The Life of Hwang Jin-i (1961)), Kim Ji-mi (Hwang Jin-i’s First Love (1969) dan Chang Mi-hee (Hwang Jin-i (1986)).[3]
Pada tahun 2003 kisah Hwang Jini dimainkan dalam bentuk opera Italia berjudul "The Moon That Rose Again After 400 Years - Hwang Jini" di Seoul Arts Center.[4]
Opera yang bernuansa budaya Korea berjudul "Hwang Jini" dipertunjukkan pada tahun 2009 oleh National Center for Korean Traditional Performing Arts di Seoul.[5] Dalam pertunjukkan itu, ditampilkan musik tradisional Korea beserta puisi-puisi karya Hwang Jini. Aktris Choi Su-jeong berperan sebagai Hwang Jini.[5]
Novel karya penulis Korea Utara, Hong Sok-jung, "Hwang Jin-yi" diterbitkan pada tahun 2004 di Korea Selatan.[6] Novel ini mendapat sambutan hangat di selatan antara lain karena ditulis dalam dialek utara serta mengandung penyebutan nama tempat spesifik di Korea bagian utara.[7] Hwang Jini digambarkan sebagai wanita yang "revolusioner" dan "sadar golongan".[7] Novel ini kemudian diadaptasikan menjadi film berjudul sama yang diperankan Song Hye-kyo.[7] Namun film ini dianggap tidak sukses, antara lain karena tidak menggambarkan Hwang Jini seperti di dalam novel dan juga kurang menampilkan hal menarik tentang Korea bagian Utara, wilayah asal Hwang Jini.[7] Penokohan Hwang Jin-i dalam "Hwang Jini" oleh aktris Ha Ji-won dalam drama produksi KBS berhasil memenangkan penghargaan Daesang pada tahun 2006.[8] Skenario drama ini didasarkan pada novel karya Kim Tak-hwan berjudul "I, Hwang Jini".[3]
Pranala luar
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k Hwang Jini: An Examination of Life as a Joseon Kisaeng, Kayley Edgin - Marquette University
- ^ a b c Korean Sijo by Hwang Chin'i
- ^ a b c d e A young actress becomes a mature gisaeng
- ^ Story of Hwang Jini, Artist and Seductress, Is Retold on Stage
- ^ a b Hwang Jini to Be Revived in Traditional Operetta
- ^ Koreana 2017 Summer (English), The Korea Foundation
- ^ a b c d The Biopic in Contemporary Film Culture
- ^ Ha Ji-won wins Daesang at "2013 MBC Drama Awards"