Masjid Tuo Kayu Jao
Masjid Tuo Kayu Jao adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang terletak di Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat.[2] Masjid yang tercatat telah berdiri sejak tahun 1599 ini merupakan masjid tertua di Kabupaten Solok dan tertua kedua di Indonesia yang masih berdiri sampai saat ini.[3][2]
Masjid Tuo Kayu Jao | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Lokasi | |
Lokasi | Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat, Indonesia |
Arsitektur | |
Tipe | Masjid |
Gaya arsitektur | Minangkabau |
Peletakan batu pertama | Abad ke-16 |
Spesifikasi | |
Panjang | 15 meter[1] |
Lebar | 10 meter[1] |
Kubah | Tidak ada |
Menara | Tidak ada |
Masjid Tuo Kayu Jao juga merupakan salah satu cagar budaya di Sumatra Barat yang diawasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala.[4] Masjid ini telah beberapa kali mengalami pemugaran, seperti pemugaran salah satu tiang dan penggantian atap ijuk yang lama dengan yang baru karena telah lapuk. Meskipun telah beberapa kali dipugar, keaslian masjid ini masih tetap dipertahankan.[2] Namun dalam pemugaran terakhir, warna cat masjid ini yang sebelumnya putih diganti menjadi coklat kehitaman.[4]
Saat ini selain digunakan untuk aktivitas ibadah umat Islam, masjid satu lantai ini juga digunakan sebagai sarana pendidikan agama bagi masyarakat, bahkan telah menjadi salah satu daya tarik wisata terkenal di Sumatra Barat terutama di Kabupaten Solok.[5]
Sejarah
Tidak diketahui pasti tahun berapa sebetulnya masjid ini berdiri. Berdasarkan sejumlah catatan masjid ini dibangun pada tahun 1599,[6][7] sementara catatan lain juga ada yang menyebutnya lebih tua dari itu.[4] Namun terlepas dari perbedaan tersebut, pembangunan masjid ini dilakukan menyusul dimulainya perkembangan agama Islam di kawasan Solok pada abad ke-16.[3] Nagari tempat masjid ini berada maupun sekitarnya juga telah dibentuk sebelumnya lengkap dengan tiga unsur kepemimpinan yang dikenal oleh masyarakat Minangkabau, yaitu alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak.[6][7] Menurut pemuka masyarakat setempat, terdapat dua orang yang berperan dalam pembangunan masjid ini, yakni Angku Musaur dan Angku Labai, yang keduanya dimakamkan tidak jauh dari lingkungan masjid.[4]
Arsitektur
Arsitektur yang dimiliki masjid ini secara keseluruhan dipengaruhi oleh corak Minangkabau. Masjid ini memiliki tatanan atap sebanyak tiga tingkat yang terbuat dari ijuk dengan ketebalan sekitar 15 cm[4] dan permukaan dibuat tidak datar melainkan sedikit cekung; permukaan atap yang cekung cocok untuk daerah beriklim tropis karena dapat lebih cepat mengalirkan air hujan ke bawah.[8][6] Antara tingkatan atap yang satu dengan yang lain terdapat celah yang dibuat untuk pencahayaan dengan tingkatan teratas merupakan atap berbentuk limas. Bagian mihrab memiliki atap dengan bentuk berbeda, yaitu berbentuk gonjong layaknya Rumah Gadang. Di sisi lain, corak Islam terlihat pada masing-masing puncak atap yang dilengkapi mustaka.
Atap masjid ini disangga oleh 27 tiang, simbolisasi dari enam suku di sekitar masjid ini yang masing-masing terdiri dari empat unsur pemerintahan ditambah dengan tiga unsur dari agama yakni khatib, imam, dan bilal.[2][7] Simbolisasi lain juga terdapat dalam jumlah jendela yang sebanyak 13, yang mengisyaratkan jumlah rukun salat.[3]
Sebelum pengeras suara ada, masjid-masjid di Indonesia umumnya menggunakan bedug sebagai penananda masuknya waktu salat dan dipukul ketika waktu untuk salat tiba kemudian akan dilanjutkan dengan kumandang azan. Seperti masjid tua lainnya di Indonesia, masjid ini juga memiliki bedug atau disebut tabuah dalam bahasa Minang. Bedug yang diperkirakan berusia sama dengan masjid ini diletakkan di bangunan tersendiri di lingkungan masjid.[8] Sebagai salah satu budaya Islam di Indonesia, keberadaan bedug tersebut masih tetap dipertahankan.
Lihat pula
Rujukan
- Catatan kaki
- ^ a b Harian Haluan 2012.
- ^ a b c d Media Indonesia 2011.
- ^ a b c ANTARA 2011.
- ^ a b c d e Wawasanproklamator.com 2012.
- ^ ANTARA 2012.
- ^ a b c Harian Haluan 2011.
- ^ a b c Lampung Post 2012.
- ^ a b Liputan6.com 2009.
- Daftar pustaka
- "Masjid Kayu Jao Dijadikan Destinasi Wisata Religius". Media Indonesia. 2011-08-08. Diakses tanggal 2012-07-27.
- "Masjid Tuo Sebagai Cagar Budaya". Liputan6.com. 2009-09-01. Diakses tanggal 2012-07-27.
- "Ayo ke Masjid Tertua Kedua di Indonesia". ANTARA. 2011. Diakses tanggal 2012-07-27.
- "DPRD Pinta Pemerintah Benahi Masjid Tuo Kayu Jao". ANTARA. 2012-08-02. Diakses tanggal 2012-07-27.
- "Masjid Kayu Jao yang Berusia 412 Tahun". Harian Haluan. 2011-09-19. Diakses tanggal 2012-10-09.
- "Masjid Kayu Jao Bertiang 27". Harian Haluan. 2012-07-25. Diakses tanggal 2012-10-09.
- "Pesona Masjid Tuo Nan Eksotik". Wawasanproklamator.com. 2012-05-29. Diakses tanggal 2012-07-27.
- "Masjid Tua Kayu Jao, Masjid Tertua (Kedua) di Indonesia". Lampung Post. 2012-07-24. Diakses tanggal 2012-07-27.
Pranala luar
- Masjid Tuo Kayu Jao di situs web resmi Pemerintah Provinsi Sumatra Barat
- http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_157468931928.pdf
- https://docplayer.info/61345926-Pelestarian-bangunan-masjid-tuo-kayu-jao-di-sumatera-barat.html