Perang Soviet–Afganistan

perang tahun 1979-1989 antara Uni Soviet dan pemberontak Afganistan
Revisi sejak 6 September 2020 14.20 oleh Danu Widjajanto (bicara | kontrib) (←Suntingan 36.71.139.221 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Danu Widjajanto)

Perang Soviet–Afganistan merupakan masa sembilan tahun ketika Uni Soviet berusaha mempertahankan pemerintahan Marxis-Lenin di Afganistan, yaitu Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menghadapi mujahidin Afganistan yang ingin menggulingkan pemerintahan. Uni Soviet mendukung pemerintahan Afganistan, sementara para mujahidin mendapat dukungan dari banyak negara, antara lain Amerika Serikat dan Pakistan.

Perang Soviet-Afganistan
Bagian dari Perang Dingin, Perang Saudara Afganistan
Seorang prajurit Soviet berjaga-jaga di Afganistan, 1988.
Seorang prajurit Soviet berjaga-jaga di Afganistan, 1988.
Fotografer: Mikhail Evstafiev
TanggalDesember 1979 - Februari 1989
LokasiAfganistan
Hasil Soviet mundur,
Perang Saudara Afganistan berlanjut.
Pihak terlibat
Uni Soviet
Republik Demokratis Afganistan
Mujahidin Afghanistan didukung oleh:
 Pakistan
 Amerika Serikat
 Arab Saudi
 Iran
 Britania Raya
Tokoh dan pemimpin

Uni Soviet:
Sergei Sokolov
Boris Gromov
Pavel Grachev
Valentin Varennikov
Republik Demokratik Afganistan:
Babrak Karmal

Mohammad Najibullah
Jalaluddin Haqqani
Abdul Haq
Gulbuddin Hekmatyar
Mohammad Yunus Khalis
Ismail Khan
Ahmed Shah Massoud
Sibghatullah Mojadeddi
Abdul Ali Mazari
Osama bin Laden
Kekuatan
620.000 Tidak diketahui
Korban
14.751 tewas atau hilang
53.753 terluka
415.932 sakit
Tidak diketahui

Pasukan Soviet pertama kali memasuki Afganistan pada tanggal 25 Desember 1979, dan penarikan pasukan terakhir terjadi pada tanggal 2 Februari 1989. Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa semua pasukan mereka sudah ditarik dari Afganistan pada tanggal 15 Februari 1989. Akibat banyaknya biaya yang dikeluarkan dan kesia-siaan konflik ini, Perang Soviet–Afganistan sering dianggap sebagai "Perang Vietnam-nya Uni Soviet".[1]

Perang ini memiliki dampak yang sangat besar, dan merupakan salah satu faktor yang memicu pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991.[2]

Latar belakang

Daerah yang kini bernama Afganistan sebagian besar merupakan wilayah Muslim sejak tahun 882 M. Negara dengan wilayah pegunungan dan gurun yang sulit dilalui ini memiliki komposisi etnis, budaya dan bahasa yang beranekaragam. Suku Pashtun adalah etnis terbesar, yang kemudian diikuti oleh suku Tajik, Hazara, Aimak, Uzbek, Turkmen dan kelompok-kelompok kecil lainnya.

Keterlibatan militer Rusia di Afganistan memiliki sejarah yang panjang, berawal pada perluasan wilayah pada masa para Tsar yang berujung pada persaingan antara Rusia dengan Britania Raya yang disebut "Permainan Besar". Persaingan ini dimulai pada abad ke-19 seusai peristiwa yang disebut insiden Panjdeh. Ketertarikan akan daerah ini berlanjut pada masa Uni Soviet, dengan adanya miliaran uang bantuan ekonomi dan militer untuk Afganistan pda tahun 1955 sampai 1978.[3]

Pada Februari 1979, revolusi Islam Iran telah mengusir shah yang didukung oleh Amerika Serikat di Iran. Di Uni Soviet, tetangga Afganistan yang terletak di sebelah utara Afganistan, lebih dari 20% populasinya adalah Muslim. Banyak Muslim Soviet di Asia Tengah mempunyai hubungan yang baik dengan Iran maupun Afganistan. Uni Soviet juga telah terpojok oleh fakta bahwa sejak Februari, Amerika Serikat telah mengirimkan 20 kapal (termasuk 2 kapal induk) ke Teluk Persia dan Laut Arab, dan hal ini berpotensi memicu perang Amerika-Iran.[4] Pada Maret 1979, Amerika Serikat juga menjadi penengah perjanjian perdamaian antara Israel dan Mesir. Pemimpin Uni Soviet melihat perjanjian damai antara Israel dan Mesir sebagai langkah peningkatan kekuatan Amerika Serikat di daerah tersebut. Faktanya, sebuah koran Soviet menyatakan bahwa Mesir dan Israel sekarang adalah sekutu Pentagon. Uni Soviet merasa bahwa perjanjian tersebut bukan sekadar perjanjian tertulis di antara dua negara, tetapi merupakan persetujuan militer.[5] Selain itu, Amerika Serikat menjual lebih dari 5.000 peluru kendali ke Arab Saudi dan juga membantu pertahanan Yemen melawan Faksi Komunis. Republik Rakyat Tiongkok juga menjual RPG Tipe 69 kepada Mujahidin dalam kerjasama dengan CIA. Kemudian, hubungan erat Uni Soviet dengan Irak mengasam, karena Irak, pada Juni 1978, mulai membeli senjata yang dibuat Prancis dan Italia, dan bukan senjata buatan Uni Soviet.

Republik Demokratik Afganistan

Revolusi Saur

Mohammad Zahir Shah naik tahta dan berkuasa dari tahun 1933 sampai 1973. Keponakan Zahir, Mohammad Daoud Khan, menjadi Perdana Menteri Afganistan dari tahun 1953 sampai 1963. Partai Demokrasi Rakyat Afganistan yang merupakan partai Marxis terus berkembang pada tahun itu. Pada tahun 1967, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan terbagi menjadi dua faksi yang saling bersaing, yaitu faksi Khalq yang dikepalai oleh Nur Muhammad Taraki dan Hafizullah Amin dan faksi Parcham yang dipimpin oleh Babrak Karmal.

Perdana Menteri Daoud melancarkan kudeta yang hampir tidak mengakibatkan pertumpahan darah dan mengambil alih kekuasaan pada tanggal 17 Juli 1973 dengan melayangkan tuduhan korupsi dan kegagalan memperbaiki ekonomi rakyat yang miskin terhadap pemerintahan Raja. Daoud mengakhiri sistem monarki, namun ambisinya dalam reformasi ekonomi dan sosial tidak berhasil. Perlawanan juga muncul dari faksi-faksi di Partai Demokrasi Rakyat Afganistan akibat penindasan yang dilakukan terhadap mereka oleh rezim Daoud. Selain itu, kematian misterius anggota Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, Mir Akbar Khyber, juga membuat partai itu memanas.[6] Kematian misterius Khyber juga memicu demonstrasi anti Daoud di Kabul dan mengakibatkan penangkapan atas beberapa pemimpin penting Partai Demokrasi Rakyat Afganistan.[7]

Akibat dari hal tersebut, pada tanggal 27 April 1978, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan menggulingkan dan menghukum mati Daoud beserta anggota keluarganya.[8] Nur Muhammad Taraki, Sekjen Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menjadi Presiden Dewan Revolusi, dan Perdana Menteri negara yang baru, Republik Demokratik Afganistan.

Faksi di dalam tubuh Partai Demokrasi Rakyat Afganistan

Seusai Revolusi Saur, Taraki menjadi presiden, Perdana Menteri, dan Sekretaris Jendral Partai Demokrasi Rakyat Afganistan. Nyatanya, pemerintahan ini terbagi menjadi beberapa faksi, yaitu faksi Khalq yang dipimpin oleh Presiden Taraki dan Wakil Perdana Menteri Hafizullah Amin melawan pemimpin-pemimpin Parcham seperti Babrak Karmal dan Mohammad Najibullah. Hal ini memicu konflik yang berujung pada pengasingan, penghukuman mati, dan pembersihan anggota-anggota Parcham.

Selama awal 18 bulan memimpin, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan menerapkan program reformasi bergaya Soviet. Perubahan-perubahan ini dianggap bertentangan dengan Islam oleh kelomok konservatif..[9] Perubahan hukum tentang adat pernikahan dan reformasi tanah tidak diterima dengan baik oleh masyarakat setempat yang mengikuti tradisi Islam. Pemerintahan baru juga memperkuat hak-hak perempuan, mencoba memberantas buta huruf dan mendukung etnis-etnis minoritas di Afganistan, walaupun program-program ini hanya berdampak di wilayah perkotaan.[10]

Pada pertengahan tahun 1978, pemberontakan rakyat yang didukung oleh anggota garnisun setempat dimulai di Nuristan, daerah timur Afganistan. Perang saudara kemudian menyebar di seluruh negeri. Pada September 1979, Wakil Perdana Menteri Afghanistan Hafizullah Amin merebut kekuasaan dan menyebabkan kematian Presiden Taraki. Lebih dari dua bulan ketidakstabilan membuat pemerintahan Amin kewalahan, sementara ia harus menghadapi lawannya di Partai Demokrasi Rakyat Afganistan serta pemberontakan yang semakin meluas.

Hubungan Afganistan-Soviet

Seusai Revolusi Rusia pada awal tahun 1919, pemerintah Uni Soviet memberikan bantuan kepada Afganistan dalam bentuk jutaan rubel emas, senjata ringan, amunisi, dan sedikit pesawat untuk membantu orang Afganistan melawan Inggris.

Pada tahun 1924, Uni Soviet kembali memberikan bantuan militer kepada Afganistan. Mereka memberi orang Afganistan bantuan persenjataan, pesawat tempur dan juga pelatihan di Tashkent. Kerjasama militer antara Soviet-Afganistan dimulai pada tahun 1956 dengan ditandatanganinya perjanjian kerjasama. Menteri Pertahanan Soviet kini bertanggung jawab untuk melatih semua perwira militer Afganistan.

Pada tahun 1972, lebih dari 100 konsultan dan spesialis teknik Soviet dikirim ke Afganistan untuk melatih pasukan Afganistan. Pada Mei 1978, pemerintah Soviet menandatangani perjanjian kerjasama lainnya dan mengirim 400 penasihat militer Soviet ke Afganistan.

Pada bulan Desember tahun 1978, Moskwa dan Kabul menandatangani perjanjian persahabatan dan kerjasama yang mengizinkan pengiriman pasukan Soviet ke Afganistan apabila Afganistan meminta hal tersebut. Bantuan militer Soviet juga meningkat dan rezim Partai Demokrasi Rakyat Afganistan semakin bergantung pada peralatan militer dan penasihat militer Soviet.

Dengan Afganistan dalam kondisi yang parah saat negara diserang oleh berbagai pemberontakan, Uni Soviet mengirim Angkatan Darat ke-40 atas permintaan Afganistan. Angkatan Darat ke-40 yang dipimpin oleh Marsekal Sergei Sokolov terdiri dari 3 divisi infantri termotorisasi, satu divisi pasukan payung, satu brigade penyerang, dua brigade termotorisasi yang independen dan lima resimen infantri termotorisasi yang terpisah. Jika dijumlahkan, pasukan Soviet terdiri dari 1.800 T-62, 80.000 pasukan dan 2.000 kendaraan tempur lapis baja.[11]

Pemerintah Afganistan berulangkali meminta kedatangan pasukan Soviet pada musim semi dan musim panas tahun 1979. Mereka meminta pasukan Soviet untuk menjaga keamanan dan membantu melawan para Mujahidin. Pada tanggal 14 April 1979, Pemerintah Afganistan meminta Uni Soviet mengirim 15 sampai 20 helikopter dengan awaknya ke Afganistan, dan pada 16 Juni, pemerintah Soviet merespon dan mengirim tank, BMP, dan awak untuk menjaga pemerintah Afganistan di Kabul dan untuk mengamankan lapangan udara Bagram dan Shindand.

Dalam menanggapi permintaan ini, 1 batalion pasukan payung, dikomando oleh Kolonel A. Lomakin, tiba di lapangan udara Bagram pada tanggal 7 Juli 1979. Mereka tiba tanpa alat pertempuran mereka, menyamar sebagai spesialis tekhnik. Mereka adalah penjaga pribadi Taraki. Para prajurit payung ini tunduk kepada penasihat militer senior Soviet dan tidak ikut campur dalam politik Afganistan.

Setelah 1 bulan, DRA tidak lagi meminta kru-kru dan satuan-satuan kecil, tetapi mereka menginginkan resimen dan satuan yang lebih besar. Pada tanggal 19 Juli 1979, pemerintah Afganistan meminta agar 2 divisi pasukan penembak termotorisasi dikirim ke Afganistan. Sehari setelah itu, mereka meminta 1 divisi pasukan payung sebagai tambahan dari permintaan awal. Mereka mengulangi permintaan ini dan berbagai versi permintaan itu dalam bulan-bulan berikutnya hingga Desember 1979. Walapun begitu, pemerintah Soviet tidak terburu-buru untuk memenuhi permintaan ini.

Permulaan pemberontakan

Pada bulan Juni tahun 1975, kelompok militan dari Partai Jamiat Islami berusaha menjatuhkan Pemerintahan Daoud. Mereka memulai pergerakan mereka di Lembah Panjshir, 100 kilometer di sebelah utara Kabul, dan di beberapa provinsi lainnya. Meskipun begitu, pemerintah dapat mengalahkan para pemberontak dan banyak di antara mereka yang mengungsi ke Pakistan dan di situ mereka didukung oleh pemerintahan Zulfikar Ali Bhutto yang tidak menyukai pengangkatan isu Pashtunistan oleh pemerintahan Daoud.[12]

Pemberontakan yang sesungguhnya dimulai tahun 1978, setelah Pemerintahan Taraki memulai serangkaian reformasi yang ditujukan untuk "menumbangkan feodalisme".[13] Reformasi ini membawa berbagai perubahan, tetapi program ini telah dikritik karena dianggap telah dipaksakan dengan kejam. Komunitas pedesaan Afganistan masih sangat tradisional, dan perubahan lokal telah merusak komunitas; selain itu reformasi pendidikan dan kebebasan wanita pun dianggap sebagai tindakan anti-Islam. Maka terjadinya pemberontakan besar melawan pemerintah. Pemberontakan dimulai pada bulan Oktober oleh suku-suku Nuristan dari Lembah Kunar, dan dengan cepat menyebar di antara kelompok etnis lainnya, termasuk suku Pashtun. Selain itu, banyak pasukan Afganistan yang membelot atau memiliki moral yang buruk, sehingga mereka terbukti tidak mampu memadamkan pemberontakan. Pada musim semi tahun 1979, 24 dari 28 provinsi telah dilanda kekacauan dan pemberontakan.[14] Pemberontakan mulai meletus di kota-kota, seperti pada bulan Maret tahun 1979 di Herat ketika pasukan Afganistan yang dipimpin oleh Ismail Khan memberontak dan membantai sekitar 100 penasihat Soviet. Partai Demokrasi Rakyat Afganistan membalas dengan melancarkan kampanye pengeboman yang menewaskan 24.000 penduduk dalam satu kota.[15]

Pada bulan Mei tahun 1978, pemberontak membangun benteng pertama mereka di Pakistan untuk melatih pasukan untuk pertempuran di Afganistan.

Seperti pergerakan anti-komunis lainnya pada waktu itu, para pemberontak dengan cepat mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Seperti yang dinyatakan oleh pemimpin CIA yang sebelumnya dan Sekretaris Pertahanan sebelumnya, Robert Gates, di riwayat hidupnya "From the Shadows", Badan Intelegen Amerika Serikat mulai membantu faksi yang melawan pemerintah 6 bulan sebelum pasukan Soviet tiba. Pada tanggal 3 Juli 1979, Presiden Amerika Jimmy Carter menandatangani perintah eksekutif yang mengizinkan CIA untuk melakukan operasi propaganda diam-diam melawan rezim komunis.

Penasihat Presiden Jimmy Carter, Zbigniew Brzezinski, menyatakan bahwa "menurut versi sejarah resmi, bantuan CIA kepada Mujahidin dimulai pada tahun 1980, atau dalam kata lain setelah pasukan Soviet menyerbu Afganistan, 24 Desember 1979. Tapi kenyataan yang masih dirahasiakan sampai sekarang justru menunjukkan sebaliknya." Brzezinski sendiri memainkan peran penting dalam merancang kebijakan Amerika Serikat (yang tidak diketahui oleh Mujahidin) "untuk memicu intervensi militer Uni Soviet." Dalam wawancara tahun 1998 dengan Le Nouvel Observateur, Brzezinski berkata lagi[16]

Operasi rahasia itu adalah ide yang sangat bagus. Dampaknya adalah menarik Soviet ke perangkap Afganistan... Hari ketika Soviet secara resmi melintasi perbatasan, saya menulis kepada Presiden Carter. Kita sekarang memiliki kesempatan untuk memberikan Uni Soviet Perang Vietnamnya.[17]

Pengiriman Pasukan Soviet

Keputusan untuk campur tangan

 
Markas Angkatan Darat ke-40 Uni Soviet di Kabul, 1987. Sebelum pengiriman pasukan, bangunan ini adalah Istana Tajbeg tempat Amin dibunuh.

Uni Soviet memutuskan untuk memberi bantuan kepada Afganistan untuk mempertahankan rezim komunis. Dengan mempercayai informasi dari KGB, para pemimpin Soviet merasa bahwa Amin telah mendestabilisasi situasi di Afghanistan. KGB di Kabul sudah memperingatkan setelah kudeta yang dilancarkan oleh Amin bahwa pemerintahannya akan memicu "penindasan, dan akibatnya, pengaktifan dan konsolidasi kelompok oposisi."[18]

Soviet mendirikan komisi khusus di Afganistan yang terdiri dari ketua KGB Yuri Andropov, Ponomaryev dari Komite Pusat dan Menteri Pertahanan Uni Soviet Dmitry Ustinov. Pada akhir Oktober, mereka melaporkan bahwa Amin sedang menyingkirkan musuh-musuhnya, termasuk orang-orang yang setia kepada Soviet; kesetiannya terhadap Moskwa diragukan; dan dia sedang mecari hubungan diplomatik dengan Pakistan dan jika mungkin dengan Republik Rakyat Tiongkok. Hal yang sangat membuat Soviet curiga dengan amin adalah pertemuan rahasia Amin dengan charge d'affaires Amerika Serikat J. Bruce Amstutz, walaupun pertemuan itu sebenarnya tidak menghasilkan apa-apa.[19]

Argumentasi terakhir untuk mengeliminasi Amin adalah informasi yang didapat oleh KGB dari agennya di Kabul; konon dua penjaga pribadi Amin membunuh presiden sebelumnya, Nur Muhammad Taraki, dengan menggunakan bantal, dan Amin diduga adalah agen CIA. Tuduhan Amin sebagai agen CIA masih diperdebatkan karena Amin selalu menunjukkan sikap yang sangat bersahabat dengan Uni Soviet. Jendral Soviet Vasily Zaplatin, yang merupakan penasihat politik saat itu, menyatakan bahwa empat menteri muda Taraki bertanggung jawab atas peristiwa destabilisasi, tetapi Zaplatin gagal menekankan hal tersebut.

Invasi Afganistan oleh Uni Soviet

 
Rute Invasi Soviet pada akhir Desember 1979.

Pada tanggal 22 Desember, penasihat Soviet menyarankan Angkatan Bersenjata Afganistan agar mereka menjalani pemeliharaan tank dan peralatan-peralatan perang penting lainnya. Sementara itu, hubungan telekomunikasi ke luar wilayah Kabul diputus, sehingga wilayah ibu kota terisolasi. Dengan memburuknya situasi keamanan, sebagian besar anggota Pasukan Terjun Payung Soviet bergabung dengan pasukan darat di Kabul dan mereka mulai mendarat di Kabul pada tanggal 25 Desember. Pada saat yang sama, Amin memindahkan kantor presiden ke Istana Tajbeg, karena ia merasa bahwa tempat ini lebih aman.[20][21] Kakaknya dan Jendral Babadzhan bertemu dengan komandan Angkatan Darat ke-40 sebelum pasukan Soviet memasuki Afganistan untuk menentukan rute dan lokasi pasukan Soviet.[22]

Pada tanggal 27 Desember 1979, 700 pasukan Soviet memakai seragam Afganistan, termasuk OSNAZ dan pasukan khusus GRU Spetsnaz dari Grup Alpha dan Grup Zenith, mengambil alih pemerintah, militer dan bangunan-bangunan di Kabul, termasuk target utama mereka - Istana Tajbeg.

Operasi dimulai pada pukul 7 malam, ketika Grup Zenith meledakan pusat komunikasi Kabul, melumpuhkan komando militer Afganistan. Pada pukul 7:15, Operasi Badai-333 dimulai dengan tujuan untuk menjatuhkan dan membunuh Presiden Hafizullah Amin. Operasi selesai pada pagi hari tanggal 28 Desember 1979.

Komando militer Soviet di Termez, di Uzbekistan, mengumumkan di Radio Kabul bahwa Afganistan telah dibebaskan dari kepemimpinan Amin. Menurut Politbiro Soviet, mereka mematuhi Perjanjian Persahabatan, Kerjasama, dan Ketetanggaan yang Baik, dan Amin "telah dihukum mati oleh pengadilan karena kejahatannya".

Siaran Radio yang menurut orang dari Stasiun Radio Kabul (tetapi diidentifikasikan bahwa sebenarnya berasal dari sebuah fasilitas di Uzbekistan) mengumumkan bahwa Hafizullah Amin telah dihukum mati oleh Komite Pusat Revolusi Afganistan. Komite itu kemudian memilih mantan Perdana Menteri Babrak Karmal sebagai kepala pemerintahan, yang sebelumnya telah diturunkan kedudukannya menjadi Duta Besar untuk Ceko. Komite ini juga mengumumkan bahwa mereka telah meminta bantuan militer Soviet.[23]

Angkatan darat Soviet di bawah kepemimpinan Marsekal Sergei Sokolov memasuki Afganistan dari utara pada tanggal 27 Desember. Pada pagi hari, divisi pasukan payung Vitebsk mendarat di lapangan udara Bagram. Dalam waktu 2 minggu, seluruh 5 divisi Soviet telah tiba di Afganistan, yaitu Divisi Pasukan Payung ke-105 di Kabul, Brigadir Penembak Termotorisasi ke-66 di Herat, Divisi Pasukan Tembak Termotorisasi ke-357 di Kandahar, Divisi Pasukan Tembak Termotorisasi ke-16 yang bermarkas di Badakshan utara dan Divisi Pasukan Tembak Termotorisasi ke-306 di ibu kota Afganistan, Kabul. Pada minggu kedua, pesawat tempur Soviet telah melakukan 4.000 penerbangan menuju Kabul.[24]

Operasi-operasi Soviet

 
Grup Spetsnaz bersiap untuk sebuah misi di Afganistan, tahun 1988.

Pasukan Soviet telah memasuki Afganistan dengan membawa 3 divisi pasukan tembak termotorisasi (termasuk Divisi Pasukan Tembak Termotorisasi ke-201), 1 Regimen Pasukan Penembak Termotorisasi yang terpisah, 1 Divisi Pasukan Payung, Brigadir Angkatan Udara ke-56, dan 1 Regimen Pasukan Payung tersendiri.[25]

Setelah pengiriman pasukan, Pasukan Uni Soviet tidak dapat berkuasa di luar Kabul, karena sebanyak 80% wilayah pedesaan tidak dikendalikan secara efektif oleh pemerintah. Misi awal yang bertujuan untuk mempertahankan kota dan instalasi-instalasinya dikembangkan menjadi misi untuk menghancurkan mujahidin yang anti-komunis, utamanya dengan menggunakan pasukan cadangan Uni Soviet.

Laporan militer awal menunjukkan kesulitan yang dihadapi oleh pasukan Uni Soviet dalam pertempuran di daerah pegunungan. Pasukan Soviet tidak terbiasa dengan medan semacam itu, belum pernah mendapat pelatihan untuk menghadapi pemberontakan, dan persenjataan mereka (khususnya kendaraan berperisai dan tank) kadang-kadang tidak efektif atau rentan diserang di wilayah pegunungan. Artileri berat banyak dipakai dalam melawan pasukan pemberontak.

Uni Soviet menggunakan helikopter sebagai penyerang udara utama mereka (termasuk Mil Mi-24 Hind yang dianggap sebagai helikopter terhebat di dunia) dengan dukungan dari pesawat tempur dan pengebom, pasukan angkatan darat dan pasukan khusus.

Uni Soviet tidak mampu membuat terobosan di tengah kebuntuan militer. Mereka juga gagal memperoleh cukup dukungan dari Afganistan dan tidak dapat membangun kembali Angkatan Darat Afganistan. Maka dari itu, mereka terpaksa menambah jumlah pasukan yang dikirim untuk melawan para pemberontak. Pasukan Soviet lebih sering mendapati diri mereka bertarung melawan rakyat sipil akibat taktik dari para pemberontak. Mereka melakukan kesalahan yang sama dengan Amerika Serikat pada saat terjadinya Perang Vietnam dengan memenangkan hampir semua pertempuran besar, namun gagal menguasai pedesaan.

Reaksi dunia

Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter menyatakan bahwa serangan Uni Soviet adalah "ancaman paling serius terhadap perdamaian sejak Perang Dunia II." Carter nantinya mengembargo pengiriman bahan-bahan dasar ke Uni Soviet (seperti gandum). Meningkatnya ketegangan dan kegelisahan di Barat akan pasukan Uni Soviet yang banyak sekali jumlahnya di dekat daerah yang kaya minyak mengakibatkan berakhirnya détente di antara Amerika dan Soviet.

Tanggapan diplomatik internasional sangat hebat yang bervariasi dari peringatan-peringatan keras hingga Boikot Olimpiade Musim Panas tahun 1980 di Moskwa. Serangan ini (ditambah dengan serangkaian peristiwa lain, seperti revolusi di Iran dan krisis sandera Amerika Serikat yang mengikutinya, Perang Iran-Irak, serangan Israel ke Lebanon, peningkatan ketegangan antara Pakistan dan India, dan berkembangnya terorisme anti-Barat di Timur Tengah) membuat Timur Tengah menjadi daerah yang paling kacau dan bergolak selama tahun 1980-an.

Pemerintahan Babrak Karmal dari awal tidak didukung oleh dunia internasional. Menteri Luar Negeri Organisasi Konferensi Islam menyesalkan masuknya Uni Soviet ke Afganistan dan menuntut mundurnya pasukan Soviet dari Afganistan pada pertemuan darurat di Islamabad yang digelar pada tanggal 10 Januari14 Januari 1980. Tindakan oleh PBB sangat tidak mungkin karena Soviet memiliki hak veto, namun Majelis Umum PBB tetap dapat menetapkan resolusi (A/ES-6/2, GA/6172) yang menentang pendudukan Uni Soviet. Dengan 104 negara mendukung, 18 menolak dan 18 abstain, Majelis Umum meminta agar Uni Soviet menarik semua pasukannya dari Afganistan untuk memungkinkan rakyatnya menentukan nasib mereka sendiri tanpa campur tangan dari negara lain.[26] Namun, resolusi ini ditolak oleh Leonid Brezhnev dan pemimpin Soviet lainnya. Mereka merasa bahwa intervensi mereka sah di mata hukum dan diizinkan oleh Pasal 51 Piagam PBB. Mereka mengklaim hanya pemerintah Afganistan yang mempunyai hak untuk mengatur status Pasukan Soviet. Posisi ini telah dikritik karena tidak mungkin Amin telah merencanakan penghukuman mati dirinya sendiri. Orang-orang yang menggantikannya juga dianggap sebagai boneka Uni Soviet.[27]

Pemberontakan Afganistan

 
Seorang Mujahidin Afganistan sedang berlatih menggunakan sistem rudal anti-pesawat portabel Strela-2 Soviet.

Pada pertengahan tahun 1980, Pergerakan Perlawanan Afganistan menerima bantuan dari Amerika Serikat, Inggris, Republik Rakyat Tiongkok, Arab Saudi, Pakistan, dan negara-negara lainnya. Para gerilyawan Afganistan telah dilengkapi dengan senjata dan dana, dan banyak di antara mereka yang dilatih oleh Amerika Serikat dan Pakistan. Amerika Serikat menganggap konflik di Afganistan sebagai bagian dari Perang Dingin, dan CIA menyediakan bantuan untuk pasukan anti-Soviet melalui ISI Pakistan, dalam program yang disebut Operasi Siklon.[28][29]

Pergerakan yang sama terjadi di dunia Muslim, yang menghasilkan satuan yang disebut "Arab Afganistan" (dianggap sebagai "pejuang kebebasan" oleh oleh Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan). Pasukan dari luar negeri direkruit dari Dunia Muslim untuk melaksanakan jihad melawan komunis. Salah satu orang yang turut menjadi gerilyawan di Afganistan adalah seorang anak muda Arab Saudi bernama Osama bin Laden, dan kelompok Arabnya kelak berubah menjadi Al-Qaeda. Pemerintah Amerika Serikat terus mengirimkan bantuannya kepada Mujahidin, dan parsitipasi Osama Bin Laden dalam konflik ini tidak terkait dengan program CIA.[30][31]

Pemimpin Mujahidin memberikan perhatian khusus pada operasi sabotase. Jenis tindakan sabotase yang paling sering dilakukan adalah merusak pipa pengangkut, menyerang stasiun radio, mengebom kantor pemerintah, hotel, bioskop, dan lain-lain. Dari tahun 1985 sampai 1987, lebih dari 1800 aksi terorisme terjadi. Di daerah perbatasan dengan Pakistan, Mujahidin menembakkan 800 roket setiap harinya. Dari April 1985 hingga Januari 1987, mereka melakukan lebih dari 23.500 tembakan terhadap sasaran-sasaran pemerintah. Mujahidin biasanya melakukan penembakan di dekat desa yang dapat dijangkau oleh serangan artileri Soviet, sehingga nyawa para penduduk desa pun terancam akibat kemungkinan pembalasan dari Soviet. Mujahidin menggunakan ranjau darat secara besar-besaran. Seringkali mereka meminta bantuan dari penduduk lokal dan termasuk anak-anak.

 
Tentara mujahidin di sebuah desa yang hancur.

Mereka juga berkonsentrasi dalam menghancurkan jembatan, menutup jalan, menghancurkan konvoi, mengganggu jaringan listrik dan industri, dan menyerang pos polisi dan instalasi militer Soviet dan lapangan udara. Mereka membunuh pejabat negara dan anggota Partai Demokrasi Rakyat Afganistan. Mereka menyerang pos-pos kecil di pedesaan. Pada Maret 1982, sebuah bom meledak di Departemen Pendidikan dan merusak beberapa bangunan. Pada bulan yang sama, terjadi mati lampu besar-besaran saat alat transmisi di pembangkit listrik Naghlu diledakkan. Pada Juni 1982, sekitar 1.000 anggota partai muda yang dikirim untuk bekerja di lembah Panjshir, tetapi mereka diserang oleh gerilyawan sekitar 30 km dari Kabul dan banyak di antara mereka yang tewas. Pada tanggal 4 September 1985, pemberontak menembak sebuah pesawat domestik Bakhtar Airlanes saat pesawat itu lepas landas dari Bandara Kandahar dan menewaskan 52 orang di pesawat tersebut.

Kelompok Mujahidin mempunyai sekitar 3 sampai 5 anggota per kelompok. Setelah mereka menerima misi untuk membunuh seorang anggota pemerintah, mereka mempersibuk diri mereka dengan mempelajari latar belakang kehidupannya dan memilih metode yang paling tepat untuk menuntaskan misi ini. Mereka berlatih menembak mobil, menaruh ranjau di rumah-rumah atau beberapa akomodasi pemerintahan, menggunakan racun, atau menggunakan bahan peledak di sarana transportasi.

ISI Pakistan dan SSG ikut aktif dalam keikutsertaannya dalam konflik ini dalam kooperasi dengan CIA yang mendukung perlawanan mujahidin terhadap Uni Soviet.

 
Daerah tempat tiap kelompok mujahidin yang berbeda beroperasi tahun 1985.

Pada bulan Mei tahun 1985, 7 pemimpin organisasi pemberontakan membentuk Persekutuan 7 Mujahidin untuk mengkoordinasi operasi militer mereka terhadap pasukan Uni Soviet. Pada tahun 1985, grup ini aktif di dan di sekitar Kabul, menembakkan roket dan mengadakan operasi melawan pemerintahan komunis.

Pada pertengahan tahun 1987, Uni Soviet mengumumkan bahwa mereka akan mulai menarik mundur pasukannya. Sibghatullah Mojaddedi dipilih sebagai kepala pemerintahan sementara Negara Islam Afganistan, dengan tujuan untuk menegaskan kembali legistimasinya melawan rezim Kabul yang disponsori Moskwa. Mojaddedi, sebagai kepala pemerintah sementara Afganistan, bertemu dengan Presiden Amerika Serikat George H.W. Bush dan memperoleh kemenangan diplomatik yang penting untuk kelompok perlawanan Afganistan.

Kekalahan pemerintahan di Kabul adalah solusi mereka untuk mencapai perdamaian. Keyakinan ini (yang diperkuat oleh rasa tidak percaya mereka terhadap PBB) pada akhirnya membuat mereka menolak menerima kompromi politik.

Keterlibatan dunia internasional

Pengiriman pasukan Soviet ke Afganistan menghalangi keinginan Pakistan untuk mendominasi Afganistan. Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter telah menerima bahwa agresi Soviet tidak bisa dipandang sebagai kejadian yang terisolasi, tetapi harus dianggap sebagai ancaman di kawasan Teluk Persia.

Setelah pengiriman pasukan Soviet, jendral diktator militer Pakistan, Muhammad Zia-ul-Haq, mulai menerima bantuan keuangan dari kekuatan barat untuk membantu Mujahidin. Amerika Serikat, Inggris, dan Arab Saudi menjadi kontributor finansial Jendral Zia, dan ia sebagai pemimpin dari Negara yang bertetangga dengan Afganistan membantu melatih para pemberontak dan memberikan pendanaan yang cukup kepada mereka.

ISI Pakistan dan SSG menjadi lebih aktif dalam konflik melawan Uni Soviet. Setelah Ronald Reagan menjadi Presiden Amerika Serikat tahun 1981, bantuan terhadap Mujahidin melalui Jenderal Zia meningkat. Sebagai pembalasan, KHAD, di bawah pemimpin Afganistan Mohammad Najibullah, melancarkan operasi besar melawan Pakistan (menurut Mitrokhin dan sumber lainnya). Pakistan sendiri mengalami kerugian akibat masuknya senjata dan narkoba dari Afganistan. Pada tahun 1980, sebagai negara di barisan terdepan dalam perang melawan Uni Soviet, Pakistan menerima bantuan dari Amerika Serikat dan menerima jutaan pengungsi Afganistan (paling banyak orang Pashtun) yang melarikan dari dari pendudukan Soviet. Meskipun para pengungsi dapat dikendalikan di provinsi terbesar Pakistan, Balochistan (diyakini merupakan populasi pengungsi terbesar di dunia),[32] gelombang pengungsi ke wilayah-wilayah lain di Pakistan sangat berdampak terhadap Pakistan hingga kini.

Mundurnya Uni Soviet dari Afganistan

Kebijakan pendudukan Afganistan telah dikritik di Uni Soviet akibat korban jiwa dan kerugian ekonomi yang besar. Leonid Brezhnev meninggal pada tahun 1982, dan setelah 2 penerus yang tidak berkuasa lama, Mikhail Gorbachev mengambil alih pemerintahan pada Maret 1985. Saat Gorbachev mulai membuka sistem kenegaraan Uni Soviet kepada Dunia, tampak jelas bahwa Uni Soviet sedang mencari cara untuk mundur dari Afganistan tanpa perlu menanggung malu.

Pemerintahan Presiden Karmal (yang didirikan tahun 1980 dan dianggap sebagai rezim boneka) sama sekali tidak efektif dalam memerintah. Pemerintahan ini dilemahkan oleh perpecahan di dalam tubuh Partai Demokrasi Rakyat Afganistan dan faksi Parcham, sementara upaya rezim ini untuk mencari dukungan terbukti sia-sia.

Moskwa akhirnya menganggap Karmal sebagai kegagalan dan ia dijadikan kambing hitam segala permasalahan di Afganistan. Beberapa tahun kemudian, saat Karmal jelas-jelas memang tidak memiliki kemampuan untuk memperkuat pemerintahannya, Mikhail Gorbachev yang menjabat sebagai Sekjen Partai Komunis Soviet pada masa itu menyatakan:

Alasan utama bahwa tidak ada konsolidasi nasional karena Karmal berharap untuk melanjutkan kekuasaannya di Kabul dengan bantuan kami.

Pada bulan November tahun 1986, Mohammad Najibullah, kepala polisi rahasia Afganistan (KHAD), dipilih sebagai presiden dan konstitusi baru juga diterapkan. Ia juga memberlakukan kebijakan "rekonsiliasi nasional" pada tahun 1987 yang dirancang oleh para ahli dari Partai Komunis Uni Soviet dan nantinya digunakan di kawasan-kawasan lain di dunia. Namun, rezim Kabul tetap tidak populer dan mereka juga tidak berhasil meyakinkan para pemberontak untuk melakukan perundingan dengan pemerintah.

Perundingan tidak resmi untuk merencanakan mundurnya pasukan Soviet dari Afganistan sudah dilakukan semenjak tahun 1982. Pada tahun 1988, pemerintah Pakistan dan Afganistan (dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet melayani sebagai penjamin) menandatangani persetujuan yang mengakhiri perselisihan di antara mereka yang disebut persetujuan Jenewa. PBB mempersiapkan misi khusus untuk mengawasi proses perdamaian. Dengan ini, Najibullah telah mestabilkan posisi politiknya. Pada tanggal 20 Juli 1987, Uni Soviet mengumumkan penarikan pasukan dari Afganistan. Proses penarikan pasukan Soviet direncanakan oleh Letjen Boris Gromov, yang pada waktu itu bertugas sebagai komandan Angkatan Darat ke-40 Uni Soviet.

Salah satu hal yang tertulis di dalam Persetujuan Jenewa adalah non-intervensi Amerika Serikat dan Soviet dalam urusan dalam negeri Pakistan dan Afganistan serta jadwal penarikan pasukan Soviet. Perjanjian ini dipenuhi dan pada tanggal 15 Februari 1989 pasukan Soviet yang terakhir meninggalkan Afganistan.

Kekuatan Uni Soviet

Dari 25 Desember 1979 hingga 15 Februari 1989, terdapat 620.000 tentara yang merupakan tentara Afganistan (walaupun hanya ada 80.000-104.000 pasukan pada satu waktu di Afganistan). 525.000 orang adalah pasukan angkatan darat, 90.000 orang adalah pasukan penjaga perbatasan dan bawahan-bawahan KGB lainnya, sementara 5.000 dalam formasi independen Pasukan Internal, MVD dan polisi. 21.000 personel lainnya ikut dengan kontingen pasukan Soviet dan melakukan berbagai macam pekerjaan untuk mereka.

Dampak

Korban jiwa

Jumlah korban jiwa di pihak Soviet mencapai 14.453 orang. Formasi, satuan dan markas Angkatan Darat Uni Soviet kehilangan 13.833 orang, satuan KGB kehilangan 572 orang, formasi MVD kehilangan 28 orang dan departemen dan kementrian lainnya kehilangan 20 orang. Selama periode ini, 417 prajurit hilang saat beraksi atau ditangkap dan dipenjara; 119 dari mereka nantinya dilepasikan, 97 kembali ke Uni Soviet dan 22 pindah ke negara lain.

Terdapat 469.685 orang yang sakit dan terluka, dengan 53.753 di antaranya atau 11,44% merupakan korban yang terluka atau menderita gegar otak, sementara 415.932 di antaranya (88,56%) adalah korban yang sakit. Sebagian besar dari korban adalah orang yang sakit akibat iklim lokal dan kondisi sanitasi yang membuat infeksi akut menyebar dengan cepat di antara pasukan. Ada sekitar 115.308 kasus hepatitis, 31.080 kasus tifus dan 140.665 untuk penyakit lainnya. 11.654 pasukan diberhentikan dari angkatan darat setelah mereka terluka atau terkena penyakit serius, sementara 92% atau 10.751 orang menjadi cacat.[33]

Kerugian material tercatat sebagai berikut:

  • 118 pesawat
  • 333 helikopter
  • 147 tank
  • 1.314 IFV/APC
  • 433 artileri dan mortir
  • 1.138 kendaraan komando dan radio set
  • 510 kendaraan zeni
  • 11.369 truk dan tanker minyak

Kerusakan terhadap Afganistan

 
Truk Uni Soviet yang masih tersisa di Kandahar, Afganistan, 2002.

Kerusakan yang terjadi di Afganistan sangat besar. Lebih dari 1 juta orang Afganistan terbunuh.[34] 5 juta orang Afganistan mengungsi ke Pakistan dan Iran, atau sekitar 1/3 populasi Afganistan sebelum perang. 2 juta orang Afganistan lainnya menjadi pengungsi internal. Pada tahun 1980, 1 dari 2 pengungsi di dunia adalah orang Afganistan.[35]

Sistem irigasi (yang penting untuk negara yang kering eperti Afganistan) telah dihancurkan oleh pengeboman dan penembakan. Pada tahun terburuk perang (yaitu 1985), lebih dari 1/2 petani yang masih berada di Afganistan mendapati sawah mereka dibom, dan lebih dari 1/4 sistem irigasi mereka dihancurkan dan hewan ternak mereka ditembak oleh Soviet atau pasukan komunis Afganistan.[35]

Kota yang paling padat penduduknya kedua di Afganistan, Kandahar, telah menurun populasinya, dari 200.000 jiwa sebelum perang menjadi 25.000 orang. Hal ini disebabkan oleh kampanye pengeboman oleh Soviet tahun 1987.[36] Ranjau darat telah membunuh 25.000 orang Afganistan selama perang dan 10-15 juta ranjau darat lainnya masih tersebar di wilayah pedesaan.[37]

Perang saudara Afganistan (1989-1992)

 
Dua tank yang ditinggalkan Uni Soviet ketika mundur meninggalkan Afganistan.

Perang saudara terus berlanjut di Afganistan setelah Soviet mundur dari Afganistan. Uni Soviet meninggalkan Afganistan pada musim dingin dan menimbulkan kepanikan di antara para pejabat di Kabul. Mujahidin Afganistan sedang bersiap untuk menyerang kota-kota provinsi dan bahkan Kabul jika perlu.

Meski gagal memperoleh bantuan, wilayah, atau pengakuan internasional, rezim Najibullah tetap berkuasa hingga tahun 1992. Kebuntuan militer di Kabul telah menunjukkan kelemahan Mujahidin dari segi politik dan militer. Setelah hampir 3 tahun, pemerintah Najibullah sukses mempertahankan dirinya dari serangan Mujahidin; faksi dalam pemerintahan juga telah membina hubungan dengan musuhnya. Menurut wartawan Rusia Andrey Karaulov,[38] alasan utama kenapa Najibullah kehilangan kekuasaan adalah penolakan Rusia untuk menjual minyak kepada Afganistan karena alasan politik (pemerintah Rusia yang baru tidak membantu komunis). Pengkhianatan Jendral Abdul Rashid Dostam dan milisi Uzbek pada Maret 1992 juga sangat membahayakan kekuasaan Najibullah. Pada bulan April, Kabul pada akhirnya jatuh ke tangan Mujahidin.

Selama mundurnya pasukan Soviet dari Afganistan, lapangan gas alami Afganistan ditutup untuk menghindari sabotase. Pemulihan produksi gas telah terhambat oleh percekcokan internal dan kekacauan hubungan perdagangan tradisional.

Referensi

  1. ^ "The Cold War Part 2". Diakses tanggal 2007-07-08. 
  2. ^ Reuveny, Rafael and Prakash, Aseem. "The Afghanistan war and the collapse of the Soviet Union" (PDF). University of Washington Faculty Web Server. Diakses tanggal 2007-07-08.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  3. ^ Rubin, Barnett R. The Fragmentation of Afghanistan. New Haven: Yale University Press, 1995. hal. 20.
  4. ^ Valenta, Jiri (1980). “From Prague to Kabul: The Soviet Style of Invasion”. 
  5. ^ Goldman, Minton (1984). Soviet Military Intervention in Afghanistan: Roots & Causes. 
  6. ^ Bradsher, Henry S. Afghanistan and the Soviet Union. Durham: Duke Press Policy Studies, 1983. hal. 72-73
  7. ^ Hilali, A. Z. “The Soviet Penetration into Afghanistan and the Marxist Coup.” The Journal of Slavic Military Studies 18, no. 4 (2005): 673-716, hal. 709.
  8. ^ Garthoff, Raymond L. Détente and Confrontation. Washington D.C.: The Brookings Insitute, 1994. hal. 986.
  9. ^ "Afghanistan Marxist Coup 1978". Onwar.com. Diakses tanggal July 28, 2011. 
  10. ^ Amstutz, J. Bruce (1994-07-01). Afghanistan: The First Five Years of Soviet Occupation (dalam bahasa Inggris). DIANE Publishing. hlm. 315. ISBN 9780788111112. 
  11. ^ "Afghanistan: Soviet Union". Diakses tanggal 27 November. 
  12. ^ Pakistan's Support of Afghan Islamists, 1975-79 - Library of congress country studies, URL diakses pada 4 Februari 2007
  13. ^ Bennett Andrew(1999); A bitter harvest: Soviet intervention in Afghanistan and its effects on Afghan political movements, URL diakses pada 4 Februari 2007
  14. ^ Goodson, Larry P.(2001); Afghanistan's Endless War: State Failure, Regional Politics, and the Rise of the Taliban; University of Washington Press; ISBN-13 978-0295980508; p. 56
  15. ^ Ismail Khan, Herat, and Iranian Influence by Thomas H. Johnson, Strategic Insights, Volume III, Issue 7 (Juli 2004)
  16. ^ "Interview with Zbigniew Brzezinski, U.S. President Carter's National Security Adviser". Le Nouvel Observateur. 1998. Diakses tanggal 27 November. 
  17. ^ "How Jimmy Carter and I Started the Mujahideen (Interview of Zbigniew Brzezinski)". Le Nouvel Observateur. 1998-01-21. Diakses tanggal 2007-02-04. 
  18. ^ Walker, Martin (1994). The Cold War - A History. Toronto, Canada: Stoddart. 
  19. ^ Coll, Steven. Ghost Wars: The Secret History of the CIA, Afghanistan, and bin Laden, from the Soviet Invasion to September 10, 2001. New York: Penguin Books, 2004. hlm. 48.
  20. ^ Garthoff, Raymond L. Détente and Confrontation. Washington D.C.: The Brookings Insitute, 1994. hal. 1017-1018
  21. ^ Arnold, Anthony. Afghanistan’s Two-Party Communism: Parcham and Khalq. Stanford: Hoover Institution Press, 1983. hal. 96.
  22. ^ Garthoff, Raymond L. Détente and Confrontation. Washington D.C.: The Brookings Insitute, 1994. hal. 1017.
  23. ^ The Soviet Invasion of Afghanistan in 1979: Failure of Intelligence or of the Policy Process? - Halaman 7
  24. ^ Fisk, Robert. The Great War for Civilisation: the Conquest of the Middle East. London: Alfred Knopf, 2005. hal. 40-41 ISBN 1-84115-007-X
  25. ^ Carey Schofield, The Russian Elite, Greenhill/Stackpole, 1993, hal. 60-61
  26. ^ "A/ES-6/2 The situation in Afghanistan and its implications for international peace and security". PBB. 1980-01-14. Diakses tanggal 4-2-2007. 
  27. ^ "Russian Political Maneuvers & Hypocrisies in Afghanistan". Jamiat-e-Islami Afghanistan. September 1981. Diakses tanggal 4-2-2007. 
  28. ^ "How the CIA created Osama bin Laden". Green Left Weekly. 2001-09-19. Diakses tanggal 2007-01-09. 
  29. ^ "1986-1992: CIA and British Recruit and Train Militants Worldwide to Help Fight Afghan War". Cooperative Research History Commons. Diakses tanggal 2007-01-09. 
  30. ^ [1] Sageman, Marc Understanding Terror Networks, chapter 2, University of Pennsylvania Press, May 1, 2004
  31. ^ "Did the U.S. "Create" Osama bin Laden?([[2005-01-14]])". US Department of State. Diakses tanggal 2007-03-28.  Konflik URL–wikilink (bantuan)
  32. ^ Amnesty International file on Afghanistan URL diakses pada 22 Maret 2006
  33. ^ Krivosheev, G. F. (1993). Combat Losses and Casualties in the Twentieth Century. London, England: Greenhill Books. 
  34. ^ Death Tolls for the Major Wars ...
  35. ^ a b Kaplan, Soldiers of God (2001) (hal. 11)
  36. ^ Kaplan, Soldiers of God (2001) hal.188
  37. ^ "MINES PUT AFGHANS IN PERIL ON RETURN," By ROBERT PEAR, New York Times, Aug 14, 1988. hal. 9 (1 halaman)
  38. ^ Menuurut Andrey Karaulov, Najibullah kehilangan kekuasaan karena Rusia menolak menjual minyak atas sebab politik

Pranala luar