Bahasa Jawa Banten

Revisi sejak 16 November 2020 16.15 oleh NFarras (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 17613821 oleh 140.213.7.61 (bicara))

Menurut sejarahnya, bahasa Jawa Banten mulai dituturkan pada zaman Kesultanan Banten pada abad ke-16. Maulana Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati Sultan Cirebon kedua menyerang Banten Girang dan menaklukannya[1] Di zaman itu, bahasa yang diucapkan di Banten tiada bedanya dengan bahasa Cirebon yang belum dimasuki kosakata asing seperti sekarang, kosakata maler (masih), ayun (hendak), saos (saja), mantuk (pulang), kita (saya), serta kelawan (dan) merupakan kosakata dalam bahasa Cirebon yang masih bertahan dan dipergunakan di Banten, tetapi fondasi bahasa Banten tidak hanya dari bahasa Cirebon saja, pola kalimatnya juga diwarnai dengan percampuran bahasa Sunda setempat. Asal muasal kerajaan Banten memang berasal laskar gabungan Demak dan Cirebon yang berhasil merebut wilayah pesisir utara Kerajaan Pajajaran. Namun, bahasa Jawa Banten mulai terlihat bedanya, apa lagi daerah penuturannya dikelilingi daerah penuturan bahasa Sunda dan Betawi.

Bahasa ini menjadi bahasa utama Kesultanan Banten (tingkatan bebasan) yang menempati Keraton Surosowan. Bahasa ini juga menjadi bahasa sehari - harinya warga Banten Lor (Banten Utara).

Bahasa Jawa Banten atau bahasa Jawa dialek Banten ini dituturkan di bagian utara Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon dan daerah barat Kabupaten Tangerang. Dialek ini dianggap sebagai dialek kuno juga banyak pengaruh bahasa Sunda dan Betawi. Bahasa ini mungkin tidak mempengaruhi Banten bagian Selatan seperti Kabupaten Pandeglang & Kabupaten Lebak yang masih memakai Bahasa Kanekes & Bahasa Sunda asli yang merupakan bahasa bumiputera dari Bahasa Daerah Banten.

Bahasa Jawa di Banten terdapat dua tingkatan. Yaitu tingkatan bebasan (krama) dan standar.
Dalam bahasa Jawa dialek Banten (Jawa Serang/Jaseng), pengucapan huruf 'e', ada dua versi. ada yang diucapkan 'e' saja, seperti pada kata "teman". Dan juga ada yang diucapkan 'a', seperti pada kata "Apa". Daerah yang melafalkan 'a' adalah kecamatan Keragilan, Kibin, Cikande, Kopo, Pamarayan, dan daerah timurnya. Sedangkan daerah yang melafalkan 'e' adalah kecamatan Serang, Cipocok Jaya, Kasemen, Bojonegara, Kramatwatu, Ciruas, Anyer, dan seberang baratnya.

Contoh:

  • 'kule', dibaca 'kula' atau 'kule'. (artinya, saya)
  • 'ore', dibaca 'ora' atau 'ore'. (artinya, tidak)
  • 'pire', dibaca 'pira' atau 'pire' (artinya, berapa)

Contoh:
(B.Jawa Banten tingkat babasan)

  • Pripun kabare? Kakang ayun ning pundi?
  • Sampun dahar dereng?
  • Permios, kule boten uning griyane kang Haban niku ning pundi?
  • Kasihe sinten?
  • Kasihe Haban Ghazali lamun boten salah.
  • Oh, wenten ning payun koh.
  • Matur nuhun nggih, kang.
  • Yewis, napik dolanan saos nggih!
  • Kang Haban! Ning pundi saos? boten ilok kepetuk!
  • Napik mengkoten, geh!
  • Kule linggar sareng teh Toyah ning pasar.
  • Ayun tumbas sate Bandeng sios.

(B.Jawa Banten tingkat standar)

  • Kepremen kabare? Sire arep ning endi?
  • Wis mangan durung?
  • Punten, kite ore weruh umahe kang Haban kuwen ning endi?
  • Arane sape?
  • Arane Haban Ghazali ari ore salah.
  • Oh, ning arep koh.
  • Nuhun ye, kang.
  • Yewis, aje memengan bae ye!
  • Kang Haban! Ning endi bae? ore ilok kependak!
  • Aje mengkonon, Geh!
  • Kite lunge kare teh Toyah ning pasar.
  • Arep tuku sate Bandeng siji.

(B.Indonesia)

  • Bagaimana kabarnya? Kamu mau ke mana?
  • Sudah makan belum?
  • Maaf, saya tidak tahu rumahnya kang Haban itu di mana?
  • Namanya siapa?
  • Namanya Haban Ghazali kalau tidak salah.
  • Oh, di depan tuh.
  • Terima kasih ya, kang.
  • Ya sudah, jangan bermain saja ya!
  • Kang Haban! Kemana saja? tidak pernah bertemu!
  • Jangan begitu, geh!
  • Saya pergi dengan teh Toyah ke pasar.
  • Mau beli sate Bandeng satu.
B. Indonesia B. Jawa Banten Standar B. Jawa Banten Halus / Babasan
Ada Ane Wenten
anak anak pecil
Apa Ape Nape
bagaimana kepremen / premen kepripun / pripun
baju kelambi kelambi
bangun tangi tangi
barat kulon kulon
bawa gaweu bakte
Begitu mengkonon mengkoten
beli tuku tumbas
Belum durung dereng
Berapa Pire Pinten
bertemu kependak kepetuk
besar gede gede
bisa bise bangkit
dan lan kalawan
dari sing saking
datang teke rawuh
dengan kare sareng
Dua loro kalih
Empat papat papat
habis enték/enteng telas
Hari dine dinten
Harus kudu kedah
ikut melu / milu milet
ini kiyen puniki / iki
Istri Rabi Rayat Wadon
itu kuwen puniku / niku
iya iye nggih
Jadi Jadi Jados
jangan aje napik
jawa jawe jawi
juga uga ugi
kamu sire (menyebut nama atau panggilan pak/ibu/teteh/dsb)
katanya jerehe cepene
Kecil cilik alit
kenapa kelipen kelipun
kepala endas sirah
lagi maning malih
lama lawas lambat
lihat deleng ningali
Lima lime lime
maaf hampura hampura
makan mangan dahar
malam bengi sipeng
Mana endi pundi
mata mata soca
Mau gelem Ayun
masuk manjing melebet
minta / mohon nyejaluk ngende
nama aran kasih
nasi sekul sege
percaya percaye percanten
pergi lunge linggar
permisi punten permios
punya duwe darbe
rumah umah griye
Saja bae saos
Sama pade sami
sangat temen pisan
satu siji sios
saudara dulur dulur
Saya Kite Kule
Sekali Sepisan Sepisan
sekarang siki seniki
selatan kidul kidul
semua kabeh sedanten
Siang Awan Awan
siapa sape sinten
sudah uwis sampun
Supaya/Biar Endah Dipuni
Tanya takon taken
terima kasih nuhun matur/hatur nuhun
tidak ore boten
tidur turu sare, tilem
Tiga telu telu
timur etan wetan
tunggu tonggoni tenggeni
Untuk gone; gona kangge
utara lor lor
waktu wayah waktos
yang sing ingkang

Referensi

  1. ^ Tim Jurnalistik Kompas. 2008. Ekspedisi Anjer-Panaroekan. Jakarta: Kompas Media Nusantara

Pranala luar