Pecalukan, Prigen, Pasuruan
Pecalukan adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Secara Geografis Pecalukan Berbatasan Dengan Kelurahan Prigen Di Barat, Kelurahan Ledug dan Desa Sukolilo Di Timur, Desa Gambiran Di Utara, dan Hutan Negara Di Selatan. Kelurahan ini merupakan Kelurahan yang terletak di Lereng Gunung Arjuno dan Gunung Welirang dengan ketinggian rata-rata 678mdpl, dengan suhu rata-rata 23-29C. Kondisi tanah sebagian berupa lahan pertanian dan lahan yang dipergunakan untuk real estate serta merupakan kawasan wisata. Secara administratif Kelurahan Pecalukan dibagi menjadi 4 bagian lingkungan, antara lain : Lingkungan Krajan, Lingkungan Geneng Tengah, Lingkungan Geneng Sari dan Lingkungan Taman Wisata. Dengan rincian 58 RT dan 12 RW.
Pecalukan | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Pasuruan | ||||
Kecamatan | Prigen | ||||
Kodepos | 67157 | ||||
Kode Kemendagri | 35.14.10.1008 | ||||
Kode BPS | 3514100008 | ||||
Luas | - | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Batas
Kelurahan ini berbatasan dengan
- Desa Gambiran di sebelah utara,
- Kelurahan Prigen di sebelah barat,
- Kelurahan Ledug dan Desa Sukolilo di sebelah timur, dan
- Hutan Negara di sebelah selatan.
kut
Pariwisata
Air Terjun Kakek Bodo
Air Terjun Kakek Bodo Pasuruan merupakan sebuah air terjun setinggi 40 meter yang berada di lereng Gunung Arjuno, dan menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Pasuruan. Karena lokasinya yang berada di kawasan pegunungan, wisatawan yang berkunjung ke tempat ini akan dapat menyaksikan pemandangan alam dengan hamparan pepohonan yang sangat memukau. Sumber air terjun ini berasal dari Sungai Kaligetik. Tepat dibawah curahan air terjun terdapat sebuah kolam alami dengan kedalaman 1 hingga 5 meter. Ketika wisatawan berkunjung ke tempat ini, kolam yang berada tepat dibawah deburan air terjun ini menjadi tempat yang tak terlewatkan, baik sebagai tempat untuk mandi maupun berfoto. Fasilitas fasilitas yang tersedia di wisata Air Terjun Kakek Bodo ini juga cukup memadai, antara lain; • Musholla • Kolam Renang • Taman bermain anak • Kios • Shelter • Toilet Dengan adanya fasilitas pendukung tersebut, wisatawan dapat lebih leluasa dalam menikmati liburannya.
Bukit Watu Tumpeng
Bukit Watu Tumpeng adalah tempat yang cocok untuk ngopi dengan spot yang indah. Bukit Watu Tumpeng (BWT) berlokasi di Jalan Pecalukan (Watu Tumpeng), Prigen, Kabupaten Pasuruan. DI ERA sekarang kedai kopi telah menjamur. Mereka menambahkan konsep desain yang bervariasi untuk menciptakan kenyamanan bagi para pengunjungnya. Itu membuat para pengunjung yang datang tak hanya menikmati kopi tetapi juga menikmati suasana yang ada di sekitarnya. Bukit Watu Tumpeng (BWT) berlokasi di Jalan Pecalukan (Watu Tumpeng), Prigen, Kabupaten Pasuruan. BWT didirikan 30 Agustus 2017. Tidak butuh waktu lama, kedai kopi itu semakin nge-hits di kalangan anak muda di daerah Prigen dan sekitarnya.
Bukit Watu Tumpeng
Pecalukan bisa dikatakan sebagai wilayah terbesar di kawasan Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Tretes sudah dikenal sebagai kawasan ‘Puncak’-nya Jawa Timur. Daerah pegunungan ini memang memiliki hawa yang dingin dan kerap dijadikan destinasi wisata warga Jatim yang sedang berlibur. Mencari sarana akomodasi di Tretes pun tidak sulit. Pasalnya di daerah Tretes ada banyak hotel, homestay, hingga villa yang disewakan untuk menampung para wisatawan yang kebetulan tengah liburan. Siapa yang tidak kenal dengan tretes terutama di daera pervillaan Geneng Sari Pecalukan prigen pasuruan. Wilayah ini mayoritas adalah wilayah villa. Banyak villa yang disediakan didaerah ini mulai yang harga terendah sampai tertinggi.
Taman Kayangan
Taman Kahyangan ternyata memiliki nilai histori yang tinggi. Terjadinya taman tersebut berawal dari kisah percintaan antara Joko Truno dan Nyai Coban Wedok yang terjadi pada jaman dahulu. Joko yang baru menikah tiba-tiba mendapat tugas negara sehingga harus meninggalkan sang istri. Dalam perjalanannya, sampailah Joko di sebuah hutan yang sangat lebat. Akan tetapi, musibah terjadi padanya, karena Joko terjatuh ke dalam jurang yang sangat curam dan tidak dapat meminta pertolongan kepada siapapun. Sedangkan sang istri yang gelisah lantaran suami belum juga pulang, akhirnya memutuskan untuk mencari Joko hingga sampai di air terjun yang kini dinamakan Air Terjun Pucuk Truno.
“Taman Kahyangan”, sebuah Point View yang menghadirkan pemandangan menakjubkan dari kaki perbukitan yang terletak di Lingkungan Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.
𝙎𝙀𝙅𝘼𝙍𝘼𝙃
𝗗𝗘𝗦𝗔 𝗣𝗘𝗖𝗔𝗟𝗨𝗞𝗔𝗡 dikenal banyak orang karena masyarakatnya yang agamis, pada saat tertentu banyak para santri dari berbagai daerah datang ke Pecalukan mengadakan kegiatan keagamaan yang secara rutin dilaksanakan.
Setiap orang yang berkunjung ke sebuah daerah tertentu terbesit keinginan untuk mencari tahu mengapa daerah ini dinamakan desa Pecalukan. Tidak salah memang ternyata daerah ini menyimpan asal usul desa ini sangat menarik sebagai bagian dari kekayaan khasanah budaya bangsa.
Pada Jaman dahulu kala terbetik ceritera Raden Mas Adiman putera dari Raden Mas Subronto dari kerajaan Mataram di Jawa Tengah mengadakan perjalanan laut menyusuri pantai selatan pulau jawa menggunakan perahu, hal tersebut dilakukan Raden Mas Subronto karena merasa perlu memberikan pengalaman kepada putranya yang saat itu menginjak dewasa. Disamping itu mereka meninggalkan Kerajaan Mataram karena pada saat itu Kerajaan Mataram mengalami penurunan karena diserang Kerajaan Demak pada saat pemerintahan Prabu Brawijaya ke – V.
Dalam perjalanan tersebut beliau mendapat wangsit berupa petunjuk mereka harus berhenti di lereng Gunung Penanggungan. setelah tiba di tempat tersebut mereka berjalan memasuki hutan kemudian menemukan sebuah gua disalah satu gunung kecil tepatnya disebelah utara gunung penanggungan yang saat ini gunung tersebut saat impian dinamakan masyarakat sekitar sebagai Gua Penanggungan.
Di dalam gua inilah Raden Mas Subronto bersemedi memohon petunjuk pada Yang Maha Kuasa dimanakah tempat yang cocok untuk puteranya bertempat tinggal memulai kehidupan yang baru.
Syahdan ditengah khusuknya beliau bersemedi datanglah jin pengganggu berwujud putri yang menginginkan supaya dikawinkan dengan Raden Mas Adiman dengan menghiba dan setengah memaksakan kehendaknya minta dikawinkan, tentu saja permintaan tersebut ditolak dengan halus oleh Raden Mas Subronto dengan mengatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi karena kita berbeda, kami manusia berwujud kasar dan jin putrid berwujud halus ( gaib ). Merasa di tolak jin putri menjawab “ Baiklah kalau begitu, aku mengalah tetapi sebagai gantinya semua keturunan Raden Mas Adiman yang datang ke Gunung Penanggungan sampai dengan tujuh turunan menjadi bagianku. “
Artinya semua keturunan Raden Mas Adiman tidak boleh datang ke Gunung Penanggungan sampai turunan ke tujuh, apabila hal ini dilanggar maka tentu mendapat halangan dan tidak bisa kembali ke rumah.
Syarat itupun disetujui oleh Raden Mas Subronto dan meneruskan semedinya tanpa diganggu apapun sampai mendapat wangsit/ petunjuk dari Yang Maha Kuasa, bahwa puteranya RM Adiman harus berjalan ke arah timur Gunung Penanggungan dan dalam perjalanannya tersebut diharuskan menggali tanah dan setelah digali maka tanah hasil galian harus dikembalikan lagi ke dalam lobang, apabila ternyata setelah dimasukkan tanahnya kurang maka teruslah berjalan lagi dan menggali kembali seperti semula sampai menemukan sebidang tanah yang digali dimana hasil galian yang dikembalikan ternyata lebih, maka disitulah tempat tinggal yang sesuai untuk Raden Mas Adiman. Begitulah seterusnya mereka berjalan ke arah timur dan terus menggali dan mengembalikan tanah berkali-kali tanpa berputus asa, akhirnya tibalah disebuah tempat yang hutannya begitu lebat sampai Canopy masing-masing pohon saling bersinggungan, pertanda tanahnya subur loh jinawi.benar saja setelah tanah digali dan dikembalikan lagi seperti yang mereka lakukan sebelumnya ternyata tanah tersisa lebih banyak. Maka Raden Mas Adiman memutuskan ditemapat itulah mereka menetap dan dan menjalani hidup yang baru. Ketika mulai membabat alas Raden Mas Adiman memohon petunjuk Yang Maha Kuasa dengan bersemedi. kemudia membabat alas menggunakan alat yang bernama Caluk yaitu sejenis parang (Dalam bahasa Jawa / tetapi ujungnya yang runcing agak melengkung ke dalam.
Dari nama alat tersebut, maka Raden Mas Adiman memberi nama desa tempat mereka tinggal tersebut adalah Pecalukan. Untuk mengingat bahwa mereka membabat alas pertama kali dengan menggunakan alat tersebut.
Begitulah dengan menggunakan alat yang bernama Caluk tersebut mereka membabat alas, banyak sekali pohon-pohon ditebang dan dari kayu-kayunya mereka membangun rumah –rumah untuk tempat tinggal. Semakin luas daerah yang terbuka ternyata di sana banyak terdapat batu yang besar-besar dengan bentuk yang beraneka macam antara satu dengan yang lain. Sepertu yang berada di sebelah timur ditemukan batu berbentuk tumpeng, maka diberi nama “Watu Tumpeng” yang sekarang digunakan warga untuk meletakkan tumpeng saat ada acara sedekah desa dilaksanakan setiap tahun.
Di sebelah barat terdapat jenis batu yang mudah hancur maka mereka menyebutnya “Watu Gumyur” di sebelah selatan terdapat jenis batu yang kalau dipukul mengeluarkan bunyi mirip lonceng maka mereka menyebutnya “Watu Ceneng” , sebab jika dipukul mengelauarkan bunyi teng…..teng.Masih di daerah bagian selatan juga terdapat jenis batu yang berbentuk seperti pantat manusia, maka mereka menyebutnya “Watu Bokong”. Sedangkan batu yang di dekat sumber air sehingga kalau duduk di atasnya dingin sekali mereka menyebutnya “Watu adem”. Sedangkan di sebelah utara terdapat jenis batu yang sangat baik bila digunakan untuk menagasah / mempertajam senjata mereka, oleh karenanya diberi nama “Watu Ungkal”.
Demikian sejak saat itu Raden Mas Adiman menetap di desa Pecalukan sampai menikah dan mempunya keturunan 9 orang yang tersebar di berbagai daerah. Masyarakat sampai sekarang memanggil anak-anak RM Adiman tersebut degan sebutan “mbah” yaitu 1. Mbah Badjuri 2. Mbah Kapinah 3. Mbah Marinten 4. Mbah Kidjan yang diberi julukan Anggres 5. Mbah Sagimah 6. Mbah Pondok (satu-satunay keturunan RM Ardiman yang tidak punya keturunan) 7. Mbah Sar 8. Mbah Mo Anak no 1 dan 2 tinggal di daerah Gempol sampai akhir hayat beliau, sedangkan anak no 3 sampai dengan 9 tetap di Pecalukan tersebar di beberapa dusun yang sampai sekarang pesarean beliau semua terawat dengan baik. Sepanjang hidupnya beliau menjadi sesepuh yang dihormati dan dibanggakan sampai akhir hayat beliau. Karena memang selama hidupnya beliau membaktikan diri dengan segenap hati untuk membantu masyarakat desa Pecalukan baik dalam hal mengatasi permasalahan keamanan, perkawinan, sampai pada wabah penyakit yang saat itu dinamakan Bug Geblug dalam istilah Jawa. Khususnya untuk masalah yang satu ini masyakat berkumpul bersama-sama dengan membawa obor kemudian denagan dipimpin satu orang ketua, mereka berkeliling kampong sambil membaca Nadumud Burda dan jika sampai sampai di perempatan jalan desa, ketua kelompok akan berteriak dengan mengatakan “Burda” kemudian pengikut yang lain akan menjawab serentak dengan dengan menyebutkan kata “Pring”. Maksudnya agar setan-setan pembawa wabah penyakit pergi semua.
Sampai sekarang kebiasaan ini masih dipakai, khususnya pada saat salah satu warga mengadakan tasyakuran akan menempati rumah baru selalu dibacakan sholawat Nadumud Burda dengan maksud agar sebelum dihuni hal-kal yang tidak baik dalam rumah tersebut supaya hilang semua. Sehingga waktu menempati rumah tercipta ketentraman dan kedamaian bagi semua penghuni rumah.
Untuk menghormati sesepuh yang merupakan leluhur, desa Pecalukan setuap tahun senantiasa diadakan haul besar-besaran yang dinamakan “Selamatan Desa” dengan tujuan yang mulia yaitu memberi doa restu pada leluhur desa Pecalukan RM Adiman atau mbah RM Adiman. Juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah yang dilimpahkan kepada seluruh masayarakat desa Pecaluk selama ini, serta agar terhindar dari bencana, malapetaka, maupun hama penyakit.
Selamatan desa tersebut dilaksanakan secara gotong royong sesuai dengan kemampuan masing-masing. Yang penting bisa melaksanakan setiap tahun, biasanya setiap bulan besar (setelah Hari Raya Idul Adha), sebab masyarakat Pecalukan masih percaya apabila tidak diadakan acara selamatan desa atau bersih desa bisa diartikan kurangnya rasa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa, serta ada sebagian masyarakat percaya bahwa Pengawal mbah RM Adiman senantiasa datang berkeliling desa dalam wujud “Macan Putih” setiap malam tertentu.
Demikianlah sampai sekarang semua tradisi dan ritual budaya tetap dipertahankan dan dipelihara masyarakat sebagai bagian dari kearifan lokal daerah tersebut.
- 𝓴𝓮𝓶𝓫𝓪𝓷𝓰 𝓚𝓸𝓹𝓲
Kebudayaan
Pelestarian Budaya Keris Moelyokerto
PELESTARIAN BUDAYA KERIS DI KELURAHAN PECALUKAN ALA TEMEN-TEMEN MULYOKERTO PECALUKAN pusaka-pusaka itu berguna untuk menyambut tamu ketika tuan rumah belum ada dirumah dan juga simbol bahwa tamu itu dipersilahkan bertamu di rumah itu. kelurahan pecalukan merupakan daerah di kecamatan prigen yang merupakan anggota dari organisasi dan juga tempat berkumpul untuk membahas segala tentang dunia perkerisan yaitu moelyokerto. Sebelum moelyokerto ada penggiat perkerisan punya wadah kegiatan namanya J’BRET (Jagongan Bareng Rembukan Tosanaji). J’BRET ini cikal bakal moelyokerto. Moelyokerto secara umum bermakna pekerjaan/kegiatan yang mulia. Moelyokerto juga merupakan nama salah satu sesepuh/yang babat alas ditretes. Moelyokerto berdiri pada 18 agustus 2018 dengan jumlah anggota 50. Moelyokerto secara resmi sudah memiliki SK MENKUMHAM. Alasan organisasi moelyokerto didirikan adalah melestarikan sebuah tradisi turun temurun dari nenek moyang suku jawa pada zaman dahulu. Ketika sebuah tradisi diwarnai dengan dunia ghaib atau mistsis maka otomatis banyak orang yang menjauh. sehingga di paguyuban mulyokerto mencoba menyampaikan edukasi tentang budaya dan tradisi itu sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Seperti, pertama kenapa orang zaman dahulu menyimpan sebuah pusaka, karena ketika sebuah pusaka tidak dirawat dan diperlakukan dengan baik maka daya gaib yang dikeluarkan juga tidak baik pula. Kedua, orang zaman dahulu memiliki sebuah pusaka sebenarnya fugsinya untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Seperti percaya diri dari pergaulan dan ilmu. Contoh: di keris itu ada motif-motif dan nama-nama yang mengandung nilai filosofis sehingga menimbulkan rasa percaya diri.
Kesenian Budaya Pencak dan Bantengan 2
Pencak kembangan merupakan salah satu kesenian pencak generasi kedua yang tertua dikelurahan pecalukan, pencak kembangan mulai ada dikelurahan pecalukan sejak tahun 70-an. Seiring berjalannya waktu untuk menjaga kerukunan dan kelestarian kesenian budaya tersebut dibuatlah paguyuban budimulyo pada tahun 1982 yang didirikan oleh mbah kasdi. Nama paguyuban budi mulyo juga sempat berubah nama yaitu garuda sakti dan juga mencetuskan lambang baru yaitu lambang garuda. Karena beberapa pertimbangan salah satunya adalah penghormatan leluhur-leluhur nama garuda sakti diubah lagi sesuai dengan nama yang sebelumnya yaitu budi mulyo dengan tetap memakai lambang garuda.