Saut Situmorang

penulis dan penyair Indonesia
Revisi sejak 5 Februari 2021 00.42 oleh Achmadmaulanaibr (bicara | kontrib) (Menolak perubahan teks terakhir (oleh 36.72.214.119) dan mengembalikan revisi 17370960 oleh OrophinBot)

Saut Situmorang (lahir 29 Juni 1966) adalah seorang penulis puisi, cerita pendek, dan esai asal Indonesia. Selain dikenal sebagai penyair, Situmorang adalah seorang editor dan kurator sastra. Saut dikenal lantang, contohnya, di deretan jejak langkah Taufiq Ismail yang panjang, penyair dan kritikus sastra Indonesia ini memberitakan dalam media sastra yang diampunya bersama Wowok Hesti Prabowo, Boemipoetra, bahwa Taufiq melakukan aksi plagiarisme atas karya penyair Amerika bernama Douglas Malloch (1877 – 1938) berjudul Be the Best of Whatever You Are. [note 4]

Saut Situmorang
Berkas:Saut Situmorang.jpg
Lahir29 Juni 1966 (umur 58)
Indonesia Tebing Tinggi, Sumatra Utara, Indonesia
Pekerjaanpenyair, kritikus, aktivis, Esais, Penulis
Dikenal atasPerlawanan manipulasi Sejarah Sastra Indonesia.
Penghargaan
  • Poetry Award, Victoria University of Wellington (1992) dan University of Auckland (1997). [note 1]
  • International Poetry Competition, New Zealand Poetry Society (1992). [note 2]

Latar belakang

Saut Situmorang lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, 29 Juni 1966, tapi dibesarkan sebagai “anak kolong” di Asrama Kodam I/Bukit Barisan, Medan Sunggal, Medan. Gelar sarjana Sastra Inggris diraihnya dari Victoria University of Wellington dan menempuh pendidikan S-2 Sastra Indonesia di University of Auckland, keduanya di Selandia Baru, di mana dia pernah hidup merantau sebagai imigran selama 11 tahun. Saut pernah mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia selama beberapa tahun di kedua almamaternya tersebut.

Bibliografi

Awal tahun 2000, Saut merintis sastra internet di Indonesia bersama komunitasnya, Cybersastra. Dia menulis dalam dua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) berupa puisi, cerpen, esei (sastra, seni rupa dan film), dan terjemahannya yang sudah dipublikasikan di Indonesia, Selandia Baru, Australia, Itali, Ceko, Prancis, Jerman, dan Afrika Selatan, antara lain dalam New Coin, Ginger Stardust, Anthology of New Zealand Haiku, Mutes & Earthquakes, Tongue in Your Ear, Magazine 6, TYGR! TYGR!, LE BANIAN NO 11, Bali – The Morning After, Antologi Puisi Indonesia 1997, Gelak Esai dan Ombak Sajak, Kitab Suci Digantung di Pinggir Jalan New York, dan The Lontar Anthology of Indonesian Poetry.

Buku kumpulan puisi tunggalnya yang sudah diterbitkan antara lain Saut Kecil Bicara dengan Tuhan (Bentang, 2003), 'Catatan Subversif (BukuBaik, 2004), Otobiografi ([sic] 2007), Perahu Mabuk (pustaha hariara, 2014 dan cetakan kedua 2017) dan dalam bahasa Prancis Les Mots Cette Souffrance (Collection du Banian, Paris, 2012). Sementara kumpulan esei-sastranya dibukukannya dalam Politik Sastra ([sic] 2009 dan edisi kedua 2018) dan cerpen-cerpennya dikumpulkan dalam buku Kotbah Hari Minggu (EA Books, 2016). Terjemahannya atas buku puisi Pablo Neruda berjudul Duapuluh Puisi Cinta dan Satu Nyanyian Putus Asa diterbitkan akhir 2017.

Penghargaan dan kiprah kesenian

Mendapat Poetry Award untuk puisi-puisi bahasa Inggrisnya dari Victoria University of Wellington (1992) dan University of Auckland (1997) di Selandia Baru. Sebuah Haiku-nya dalam bahasa Inggris, Such Boredom -- pemenang pertama Lomba Haiku International Poetry Competition yang diselenggarakan oleh New Zealand Poetry Society pada tahun 1992 -- dikoleksi oleh sebuah museum Haiku di Kyoto, Jepang. Pada Februari 1994, Saut Situmorang diundang baca-puisi dalam program New Wellington Poets oleh New Zealand Poetry Society di Oriental Parade Arts Centre, Wellington, Selandia Baru. Awal tahun 2000 sebuah film dokumenter (10-menit) tentangnya berjudul Saut Situmorang dibuat oleh Peter Larsen di Auckland, Selandia Baru. Selama di Selandia Baru aktif terlibat dalam dunia poetry-reading bar dan café kota Wellington dan Auckland.

Diundang sebagai salah seorang pembicara pada Kongres Cerpen Indonesia Ke-2, Februari 2002 di Negara, Bali; diundang baca-puisi pada Maret 2003 dalam acara Sorak-sorai Identitas di Studio Budaya & Galeri Langgeng, Magelang, Jawa Tengah; diundang membacakan orasi budayanya bersama Gus Dur (Abdurrahman Wahid) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, 29 Juni 2004; diundang baca-puisi di kota Hamburg dan Berlin, Jerman, pada Januari 2005; diundang baca-puisi oleh Dewan Kesenian Jakarta untuk acara Tadarus Puisi di Teater Kecil TIM pada 6 Oktober 2006; diundang sebagai pembicara pada Kongres Cerpen Indonesia V di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada Oktober 2007; diundang sebagai pembicara pada Temu Sastrawan Indonesia 2 di Pangkalpinang, Bangka-Belitung, 30 Juli-2 Agustus 2009; diundang baca-puisi pada Aceh International Literary Festival, Banda Aceh, 5-6 Agustus 2009; diundang ke acara Sepuluh Jam Temu Sastra Indonesia di Paris, Prancis, 9 November 2012. Diundang baca puisi pada April-Mei 2013 ke What Is Poetry? Festival di Afrika Selatan dan festival HIFA di Zimbabwe, dan diundang ke acara Poetry On The Road di Bremen, Jerman pada Juni 2013. Menjadi “guest poet” pada Pesta Puisi 3 Kota (Bandung, Jogja, Denpasar) pada bulan Februari 2015. Pada Maret 2015 diundang sebagai pembicara dan baca puisi ke acara ASEAN Literary Festival 2015. Juga sering diundang sebagai pembicara di kampus-kampus Sastra di Indonesia.

Akhir 2001, setelah bekerja sebagai editor antara lain di majalah-budaya berbahasa Inggris BALI ECHO dan majalah-surfing 3-bahasa SURF TIME di Bali, Saut menetap di kota Yogyakarta menekuni sebagai penulis penuh waktu. Pada 2003-2004 menjadi dosen-tamu (mata-kuliah Teori Poskolonial dan Sastra dan Politik) di program magister Ilmu Religi dan Budaya (IRB), Universitas Sanata Dharma Jogjakarta. Menjadi kurator Sastra pada Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) periode 2005-2008. Menjadi kurator pada Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 28-31 Oktober 2010 dan pada What Is Poetry? Festival, 1-13 April 2012 di 4 kota Magelang, Pekalongan, Malang, dan Surabaya. Menjadi kurator Festival Sastra Internasional Yogyakarta 2019.

Pengalamannya sebagai freelance-editor di Selandia Baru dan Indonesia telah menghasilkan empat buku sastra dan dua buku seni rupa: Tongue in Your Ear, vol. IV (kumpulan puisi bahasa Inggris), Cyber Graffiti: Polemik Sastra Cyberpunk (kumpulan esei sastra), Tujuh Musim Setahun (novel Clara Ng), Sastra, Perempuan, Seks (kumpulan esei sastra Katrin Bandel), Jalan/Street (performance art Made Wianta), dan Exploring Vacuum (kumpulan esei seni rupa Rumah Seni Cemeti Jogjakarta).

Kontroversi

Pada hari Kamis 8 September 2016 Saut Situmorang dijatuhi hukuman percobaan 10 bulan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur karena terbukti bersalah melakukan penghinaan dan pencemaran nama baik Fatin Hamama lewat media sosial Facebook berdasarkan UU ITE. Kasus ini adalah buntut dari penolakannya atas terbitnya buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh (2013) di mana nama Denny JA dimasukkan sebagai salah satu tokohnya.

Pranala luar

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Untuk puisi-puisi bahasa Inggrisnya dari Victoria University of Wellington (1992) dan University of Auckland (1997) di Selandia Baru.
  2. ^ Sebuah Haiku-nya dalam bahasa Inggris, Such boredom, pemenang pertama Lomba Haiku “International Poetry Competition” yang diselenggarakan oleh New Zealand Poetry Society pada tahun 1992, dikoleksi oleh sebuah museum Haiku di Kyoto, Jepang.
  3. ^ Pendidikan menengah sempat ditempuhnya di SMA Negeri 1 Medan, sebelum pindah akibat masalah dengan kepala sekolah. Saut Situmorang pernah menjadi mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Sumatra Utara (tidak diselesaikan). Pendidikan terakhir S1 (Sastra Inggris, Film, dan Creative Writing) di Victoria University of Wellington dan S2 (Sastra Indonesia, tidak diselesaikan) ditempuh di Auckland University, Selandia Baru.
  4. ^ Boemipoetra didirikan Saut Situmorang dan Wowok Hesti Prabowo. Dalam Manifesto Boemipoetra, mereka memandang kondisi Sastra Indonesia saat ini memperlihatkan gejala berlangsungnya dominasi sebuah komunitas dan azas yang dianutnya terhadap komunitas-komunitas sastra lainnya. Dominasi itu bahkan tampil dalam bentuknya yang paling arogan, yaitu merasa berhak merumuskan dan memetakan perkembangan Sastra Indonesia menurut standar estetika dan ideologi yang dianutnya. Kondisi ini jelas meresahkan komunitas-komunitas sastra yang ada di Indonesia karena kontra-produktif dan destruktif bagi perkembangan Sastra Indonesia yang sehat, setara, dan bermartabat dalam pluralisme ideologi dan estetika.[1]

Referensi

  1. ^ "Plagiarisme Taufiq Ismail". Boemipoetra. 1 Maret 2011. Diakses tanggal 23 Agustus 2015. 

Saut Situmorang dalam budaya pop

  • Beberapa puisinya telah dijadikan lagu dan komposisi musik eksperimental oleh Agoni Jogja, Doddy B. Priambodo, Han Farhani (album disebabkan oleh Saut (2018) dan Septian Dwi Cahyo serta diikutkan dalam album Tanah Borneo (2013).