Stuart Hall (ahli teori kebudayaan)

ahli teori kebudayaan dan sosiolog asal Inggris
Revisi sejak 8 Maret 2021 20.45 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8)

Stuart McPhail Hall, FBA (3 Februari 1932 – 10 Februari 2014) adalah seorang teoris kebudayaan, aktivis politik, dan sosiolog Marxis yang hidup dan bekerja di Inggris Raya sejak tahun 1951. Hall, bersama Richard Hoggart dan Raymond Williams, adalah salah satu pendiri aliran pemikiran yang kini dikenal sebagai Kajian Budaya Inggris atau Aliran Kajian Budaya Birmingham.[1]

Stuart Hall
LahirStuart Henry McPhail Hall
(1932-02-03)3 Februari 1932
Kingston, Koloni Jamaika
Meninggal10 Februari 2014(2014-02-10) (umur 82)
London, Inggris
AlmamaterKolese Merton, Oxford
Dikenal atasPendiri New Left Review, Artikulasi, Model komunikasi enkoding/dekoding, Teori resepsi
Karier ilmiah
BidangKajian budaya, Sosiologi
InstitusiUniversitas Birmingham
Universitas Terbuka Inggris
TerinspirasiKarl Marx, Antonio Gramsci, Raymond Williams, Louis Althusser, Michel Foucault

Pada tahun 1950an, Hall mendirikan New Left Review, sebuah terbitan yang besar pengaruhnya. Ia kemudian diundang Hoggart untuk masuk ke Pusat Kajian Budaya Kontemporer di Universitas Birmingham pada tahun 1964. Hall kemudian menjadi direktur pelaksana pusat kajian ini, menggantikan Hoggart, pada tahun 1968. Ia naik tingkat menjadi direkturnya pada tahun 1972, dan melanjutkan posisinya hingga tahun 1979.[2] Di pusat kajian ini, Hall berjasa dalam memperluas cakupan kajian budaya hingga membahas masalah ras dan jender, serta turut pula memasukkan ide-ide baru dari teoris budaya Prancis seperti Michel Foucault.[3]

Hall meninggalkan pusat kajian ini pada tahun 1979 dan menjadi profesor sosiologi di Universitas Terbuka Inggris.[4] Ia menjadi Presiden Asosiasi Sosiologis Inggris pada tahun 1995 hingga 1997. Ia kemudian pensiun dari Universitas Terbuka pada tahun 1997 dan menjadi profesor emeritus.[5] Koran Inggris, The Observer, menyatakan bahwa ia adalah "salah satu teoris kebudayaan terdepan di negeri ini."[6] Hall juga tergabung dalam Gerakan Seni Hitam. Sutradara film seperti John Akomfrah dan Isaac Julien memandangnya sebagai salah satu pahlawan mereka.[7]

Hall menikah dengan Catherine Hall, seorang dosen sejarah Inggris modern feminis di University College London.

Biografi

Stuart Hall lahir di Kingston, Jamaika. Ia lahir di sebuah keluarga Jamaika kelas menengah. Nenek moyangnya diperkirakan merupakan orang Afrika, Inggris, Yahudi Portugis, dan kemungkinan besar India.[6] Ia bersekolah di Kolese Jamaika dan mengenyam pendidikan yang mirip dengan sistem sekolah Inggris.[8] Dalam sebuah wawancara, Hall menggambarkan dirinya waktu itu sebagai "ilmuwan yang pintar dan menjanjikan" dan pendidikan formalnya sebagai "pendidikan yang amat 'klasik', amat baik tetapi juga amat formal secara akademik." Guru-guru yang suka padanya membantunya mencari buku "T. S. Eliot, James Joyce, Sigmund Freud, Karl Marx, Lenin, dan juga beberapa karya sastra dan puisi modern", serta "sastra Karibia".[9] Karya-karya terakhir Hall menunjukkan bahwa kondisi keluarganya yang lahir di Hindia Barat kolonial yang mendiskriminasi berdasarkan warna kulit, serta warna kulitnya yang lebih gelap daripada anggota keluarganya yang lain, amat berpengaruh pada pandangan-pandangannya.[10][11]

Pada tahun 1951, Hall memenangkan Beasiswa Rhodes ke Kolese Merton di Universitas Oxford. Di sana, ia mempelajari sastra Inggris dan menerima gelar Master of Arts.[12][13] Ia merupakan bagian dari generasi Windrush, generasi emigran skala besar pertama dari Hindia Barat Inggris. Ia melanjutkan studinya di Oxford dengan sebuah disertasi mengenai Henry James, akan tetapi ia meninggalkan disertasi ini pada tahun 1957 atau 1958 karena ia ingin berfokus pada kerja politiknya setelah memerhatikan invasi Soviet di Hungaria pada tahun 1956 (yang menyebabkan bubarnya ribuan anggota Partai Komunis Inggris) dan Krisis Suez. Pada tahun 1957, Hall bergabung dalam Kampanye Perlucutan Nuklir, dan dalam sebuah demonstrasi kampanye inilah ia bertemu dengan istrinya.[14] Dari tahun 1958 hingga 1960, Hall bekerja sebagai seorang guru di sekolah menengah pertama London,[15] serta sekolah kejar paket untuk orang dewasa, dan pada tahun 1964 ia menikah dengan Catherine Hall. Di dekat waktu ini pula, ia menyimpulkan bahwa ia kemungkinan besar tidak akan kembali secara permanen ke Karibia.[13]

Setelah bergabung dengan Universities and Left Review saat sedang bekerja di Oxford, Hall mengikuti E. P. Thompson, Raymond Williams, dkk. untuk menyatukan terbitan itu dengan The New Reasoner dan mendirikan New Left Review pada tahun 1960, dengan Hall bertindak sebagai editor pendiri.[8] Pada tahun 1958, kelompok yang sama, ditambah Raphael Samuel, mendirikan Partisan Coffee House di Soho sebagai tempat berkumpul untuk orang-orang sayap kiri.[16] Hall meninggalkan ruang editor New Left Review pada tahun 1961[17] atau 1962.[11]

Karier akademik Hall mulai menanjak pada tahun 1964, setelah ia menulis sebuah buku bersama dengan Paddy Whannel mengenai Institut Film Inggris; buku ini konon "merupakan salah satu buku pertama yang mempelajari film sebagai hiburan dengan serius", yaitu The Popular Arts.[18] Sebagai hasil langsung, Richard Hoggart kemudian mengajak Hall untuk bergabung dengan Pusat Kajian Budaya Kontemporer di Universitas Birmingham, pada awalnya sebagai fellow riset yang dibayar Hoggart.[11] Pada tahun 1968, Hall naik jabatan sebagai direktur pelaksana pusat kajian tersebut. Ia menulis beberapa artikel berpengaruh pada tahun-tahun selanjutnya, termasuk Situating Marx: Evaluations and Departures (1972) dan Encoding and Decoding in the Television Discourse (1973). Ia juga berkontribusi pada buku Policing the Crisis (1978) dan membantu penyuntingan buku berpengaruh, Resistance Through Rituals (1975).

Setelah penempatannya sebagai profesor sosiologi di Universitas Terbuka pada tahun 1979, Hall menerbitkan buku-buku berpengaruh selanjutnya, termasuk The Hard Road to Renewal (1988), Formations of Modernity (1992), Questions of Cultural Identity (1996), dan Cultural Representations and Signifying Practices (1997). Sepanjang tahun 1970an dan 1980an, Hall dekat dengan jurnal Marxism Today.[19] Pada tahun 1995, ia menjadi editor pendiri Soundings: A Journal of Politics and Culture.[20]

Hall banyak memberikan pidato dan diskusi mengenai kajian budaya di dunia internasional, termasuk satu seri kuliah pada tahun 1983 di Universitas Illinois di Urbana-Champaign yang direkam dan beberapa dekade kemudian menjadi dasar untuk buku Cultural Studies 1983: A Theoretical History yang diterbitkan tahun 2016.[21]

Hall adalah pendiri Iniva (Institut Seni Visual Internasional) dan organisasi fotografi Autograph ABP (Asosiasi Fotografer Kulit Hitam).[22]

Hall pensiun dari Universitas Terbuka pada tahun 1997. Ia kemudian dipilih menjadi Fellow of the British Academy (FBA) pada tahun 2005, dan menerima Penghargaan Putri Margriet dari Yayasan Kebudayaan Eropa pada tahun 2008.[2] Ia meninggal pada 10 Februari 2014 akibat komplikasi gagal ginjal, seminggu setelah ulang tahunnya ke-82. Pada waktu kematiannya, ia dikenal sebagai "ayah baptis multikulturalisme".[23][2][24][25] Memoirnya, Familiar Stranger: A Life Between Two Islands, (yang ditulis dengan Bill Schwarz), diterbitkan pada tahun 2017.

Ide

Hall banyak membahas mengenai hegemoni dan kajian budaya. Ia mengambil posisi pasca-Gramscian. Ia menganggap bahwa penggunaan-bahasa beroperasi di dalam wahana kekuasaan, institusi, serta politik/ekonomi. Dengan pandangan ini, ia menganggap bahwa orang-orang adalah produsen dan konsumen budaya pada waktu yang sama. (Hegemoni, dalam teori Gramscian, merujuk pada produksi sosiokultural "izin" dan "pemaksaan".) Bagi Hall, budaya bukanlah sesuatu yang hanya untuk diapresiasi atau dipelajari, tetapi juga sebagai "tempat aksi dan intervensi sosial kritis, tempat relasi kuasa berdiri dan memiliki kemungkinan untuk dibubarkan."[26]

Hall menjadi salah satu pemrakarsa teori resepsi dan mengembangkan model mengenai enkoding dan dekoding. Pendekatan analisis tekstual ini berfokus pada lingkup negosiasi dan oposisi para audiens. Maksudnya, audiens tidak menerima begitu saja kendali teks-sosial. Statistika kejahatan, menurut Hall, sering dimanipulasi untuk kegunaan ekonomis dan politis. Kepanikan moral, misalnya mengenai perampokan, dapat ditimbulkan untuk menciptakan dukungan moral bagi perlunya "penertiban krisis". Media memainkan peran sentral dalam "produksi sosial berita", agar dapat menerima buah dari laporan kejahatan yang terpampang jelas.[27]

Karya Hall, misalnya studi yang menunjukkan kaitan antara prasangka rasial dan media massa, memiliki reputasi yang amat baik dan berpengaruh. Karyanya dianggap sebagai teks dasar yang penting bagi kajian budaya kontemporer. Ia juga membahas konsep-konsep identitas kebudayaan, ras, dan etnisitas, terutama dalam penciptaan politik identitas diasporik kulit hitam. Hall percaya bahwa identitas adalah produk yang terus berjalan dari sejarah dan budaya, dan bukan merupakan produk yang sudah selesai.

Dalam esainya, "Reconstruction Work: Images of Postwar Black Settlement", Hall juga menekankan pertanyaan mengenai memori dan visualitas sejarah dalam kaitannya dengan fotografi sebagai teknologi kolonial. Untuk dapat memahami dan menulis mengenai sejarah migrasi kulit hitam di Inggris pada masa pascaperang, seseorang membutuhkan mata yang jeli agar dapat memeriksa arsip sejarah yang terbatas secara hati-hati dan kritis. Dalam hal ini, bukti fotografis menjadi amat berharga. Akan tetapi, gambar fotografi sering dianggap sebagai suatu medium yang lebih objektif daripada representasi lainnya, dan hal ini berbahaya. Seseorang harus memeriksa secara kritis siapa yang memproduksi gambar tersebut, apa tujuan mereka memproduksi gambar itu, serta cara mereka memajukan agendanya (misalnya, apa yang telah dimasukkan dan dikeluarkan secara sengaja dari gambar). Sebagai contoh, dalam konteks Inggris pascaperang, foto seperti yang ditampilkan dalam artikel Kiriman Bergambar berjudul "Thirty Thousand Colour Problems" mengontruksikan migrasi kulit hitam dan kulit hitam di Inggris sebagai "sebuah masalah".[28] Foto-foto tersebut mengontruksikan pernikahan antarras sebagai "pusat masalah", "masalah masalah", atau "masalah inti".[28]

Pengaruh politik Hall melebar hingga Partai Buruh, mungkin berkaitan dengan artikel-artikel berpengaruh yang ia tulis untuk jurnal teoretis Partai Komunis Inggris berjudul Marxism Today yang menantang pandangan orang kiri mengenai pasar dan konservatisme politik dan organisasional secara umum. Diskursus ini amat berdampak bagi Partai Buruh, di bawah pimpinan Neil Kinnock dan Tony Blair, meskipun Hall kemudian menyayangkan Buruh Baru yang menurutnya "beroperasi menurut lanskap yang didefinisikan Thatcherisme".[24]

Model enkoding dan dekoding

Hall menyampaikan pemikirannya mengenai enkoding dan dekoding dalam berbagai publikasi, dan dalam beberapa acara diskusi. Ia pertama kali menyampaikan pemikiran ini dalam "Encoding and Decoding in the Television Discourse" (1973), sebuah paper yang ia tulis untuk Kolokium Majelis Eropa mengenai "Pelatihan dalam Pembacaan Kritis Bahasa Televisi", yang dilaksanakan oleh Majelis dan Pusat Riset Komunikasi Massa di Universitas Leicester. Esai ini diberikan kepada mahasiswa di Pusat Kajian Budaya Kontemporer.[29] Pada tahun 1974, esai ini dipresentasikan di sebuah simposium bertajuk Broadcasters and the Audience di Wina. Hall juga menyampaikan model enkoding dan dekoding dalam "Encoding/Decoding", dalam Culture, Media, Language, pada tahun 1980. Beberapa kritik mencatat perbedaan waktu antara publikasi pertama Hall mengenai enkoding/dekoding pada tahun 1973, dan penerbitan bukunya pada tahun 1980. Suatu hal yang perlu dicatat adalah perpindahan Hall dari Pusat Kajian Budaya Kontemporer ke Universitas Terbuka.[29]

Hall amat berpengaruh bagi kajian budaya. Kebanyakan istilah yang ia gunakan dalam teksnya masih digunakan dalam bidang ini. Teksnya tahun 1973 dipandang sebagai sebuah titik perpindahan riset Hall menuju strukturalisme, dan memberikan pandangan yang mendalam mengenai beberapa perkembangan teoretis utama yang ditelitinya dalam Pusat Kajian Budaya Kontemporer.

Hall menggunakan pendekatan semiotika dan melengkapi karya Roland Barthes dan Umberto Eco.[30] Esainya menantang asumsi-asumsi yang sudah lama dipegang orang mengenai cara produksi, sirkulasi, dan konsumsi pesan media. Pada dasarnya, ia mendirikan teori komunikasi baru.[31] "'Objek' praktik dan struktur produksi dalam televisi, adalah produksi pesan; yakni, pesan-wahana yang terorganisasi, seperti bentuk komunikasi atau bahasa lainnya, melalui operasi kode, di dalam rantai sintagmatik diskursus."[32]

Hall menantang keempat komponen model komunikasi massa. Ia berargumen bahwa:

  • Makna tidak dipatenkan atau ditentukan oleh sang pengirim
  • Pesan tidak pernah transparan
  • Audiens bukanlah penerima pasif makna.[31]

Misalnya, sebuah film dokumenter tentang pencari suaka yang berupaya untuk menggambarkan mereka secara simpatik, tidak menjamin bahwa para penontonnya akan merasa simpatik. Meskipun film tersebut realistik dan menyampaikan fakta, dokuemtner itu harus tetap berkomunikasi melalui sistem tanda (tanda aural-visual televisi) yang mendistorsi niatan produsen dan memberikan perasaan berlawanan dalam audiens pada waktu yang sama.[31]

Distorsi sudah ada di dalam sistem dan bukan merupakan "kegagalan" produsen atau penonton. Menurut Hall, memang ada "ketidakcocokan" antara "dua sisi dalam pertukaran komunikatif", yaitu antara momen produksi pesan ("enkoding") dan momen penerimaan pesan ("dekoding").[31]

Pandangan mengenai identitas budaya dan diaspora Afrika

Dalam esai berpengaruhnya yang dikeluarkan tahun 1996, "Cultural Identity and Diaspora", Hall memberikan dua definisi yang berbeda terkait identitas budaya. Dalam definisi pertama, identitas budaya adalah "semacam kolektif 'suatu kedirian yang sebenarnya' ... yang dipegang oleh orang-orang dengan sejarah dan moyang yang sama."[33] Dalam pandangan ini, identitas budaya memberikan "bingkai wahana referensi dan makna yang stabil, tidak berubah, dan terus ada", yang tetap berjalan dalam ombak sejarah.[33] Dengan demikian, orang-orang berkulit hitam yang tinggal di dalam diaspora, hanya perlu "menggali kembali" masa lalu Afrika mereka untuk menemukan identitas budaya mereka yang sesungguhnya.[33] Hall menyukai efek baik yang ditimbulkan pandangan mengenai identitas budaya ini dalam dunia pascakolonial. Akan tetapi, ia juga memberikan definisi kedua identitas budaya, yang dipandangnya superior.

Definisi kedua Hall mengenai identitas budaya "menyadari bahwa, meskipun banyak kesamaan, ada pula titik-titik perbedaan yang kritis dan signifikan, yang mendirikan 'diri kita yang sebenarnya'; atau, karena sejarah ikut campur, 'diri kita yang telah menjadi.'"[33] Dalam pandangan ini, identitas budaya bukanlah semacam esensi ajeg yang berakar pada masa lalu. Identitas budaya "melewati perubahan konstan" sepanjang sejarah karena "terus-menerus bermain dalam sejarah, kebudayaan, dan kekuasaan".[33] Hall mendefinisikan identitas budaya sebagai "nama yang kita berikan kepada metode-metode yang digunakan narasi masa lalu untuk memosisikan kita dan sebaliknya, yaitu cara kita memosisikan diri di dalam narasi masa lalu."[33] Dengan kata lain, bagi Hall, identitas budaya "bukanlah sebuah esensi, melainkan suatu penempatan."[33]

Publikasi (tidak lengkap)

1960an

  • Hall, Stuart (March–April 1960). "Crosland territory". New Left Review. New Left Review. I (2): 2–4. 
  • Hall, Stuart (January–February 1961). "Student journals". New Left Review. New Left Review. I (7): 50–51. 
  • Hall, Stuart (March–April 1961). "The new frontier". New Left Review. New Left Review. I (8): 47–48. 
  • Hall, Stuart; Anderson, Perry (July–August 1961). "Politics of the common market". New Left Review. New Left Review. I (10): 1–15. 
  • Hall, Stuart; Whannell, Paddy (1964). The Popular Arts. London: Hutchinson Educational. OCLC 2915886. 
  • Hall, Stuart (1968). The Hippies: an American "moment". Birmingham: Centre for Contemporary Cultural Studies. OCLC 12360725. 

1970an

  • Hall, Stuart (1971). Deviancy, Politics and the Media. Birmingham: Centre for Contemporary Cultural Studies.
  • Hall, Stuart (1971). "Life and Death of Picture Post", Cambridge Review, vol. 92, no. 2201.
  • Hall, Stuart; P. Walton (1972). Situating Marx: Evaluations and Departures. London: Human Context Books.
  • Hall, Stuart (1972). "The Social Eye of Picture Post", Working Papers in Cultural Studies, no. 2, pp. 71–120.
  • Hall, Stuart (1973). Encoding and Decoding in the Television Discourse. Birmingham: Centre for Contemporary Cultural Studies.
  • Hall, Stuart (1973). A ‘Reading’ of Marx's 1857 Introduction to the Grundrisse. Birmingham: Centre for Contemporary Cultural Studies.
  • Hall, Stuart (1974). "Marx's Notes on Method: A ‘Reading’ of the ‘1857 Introduction’", Working Papers in Cultural Studies, no. 6, pp. 132–171.
  • Hall, Stuart; T. Jefferson (1976), Resistance Through Rituals, Youth Subcultures in Post-War Britain. London: HarperCollinsAcademic.
  • Hall, Stuart (1977). "Journalism of the air under review". Journalism Studies Review. 1 (1): 43–45. 
  • Hall, Stuart; C. Critcher; T. Jefferson; J. Clarke; B. Roberts (1978), Policing the Crisis: Mugging, the State and Law and Order. London: Macmillan. London: Macmillan Press. ISBN 0-333-22061-7 (paperback); ISBN 0-333-22060-9 (hardback).
  • Hall, Stuart (January 1979). "The great moving right show". Marxism Today. Amiel and Melburn Collections: 14–20. 

1980an

1990an

  • Hall, Stuart; Held, David; McGrew, Anthony (1992). Modernity and its futures. Cambridge: Polity Press in association with the Open University. ISBN 9780745609669. 
  • Hall, Stuart (1992), "The question of cultural identity", dalam Hall, Stuart; Held, David; McGrew, Anthony, Modernity and its futures, Cambridge: Polity Press in association with the Open University, hlm. 274–316, ISBN 9780745609669. 
  • Hall, Stuart (Summer 1996). "Who dares, fails". Soundings, issue: Heroes and heroines. Lawrence and Wishart. 3. 
  • Hall, Stuart (1997). Representation: cultural representations and signifying practices. London Thousand Oaks, California: Sage in association with the Open University. ISBN 9780761954323. 
  • Hall, Stuart (1997), "The local and the global: globalization and ethnicity", dalam McClintock, Anne; Mufti, Aamir; Shohat, Ella, Dangerous liaisons: gender, nation, and postcolonial perspectives, Minnesota, Minneapolis: University of Minnesota Press, hlm. 173–187, ISBN 9780816626496. 
  • Hall, Stuart (January–February 1997). "Raphael Samuel: 1934-96". New Left Review. New Left Review. I (221).  Available online.

2000an

  • Hall, Stuart (2001), "Foucault: Power, knowledge and discourse", dalam Wetherell, Margaret; Taylor, Stephanie; Yates, Simeon J., Discourse Theory and Practice: a reader, D843 Course: Discourse Analysis, London Thousand Oaks California: Sage in association with the Open University, hlm. 72–80, ISBN 9780761971566. 

2010an

Peninggalan

  • Perpustakaan Stuart Hall, perpustakaan referensi InIVA di Rivington Place di Shoreditch, London, didirikan tahun 2007, dan dinamai sama dengan Stuart Hall, yang pernah menjadi ketua InIVA selama bertahun-tahun.
  • Di bulan November 2014, Kolese Goldsmith di Universitas London merayakan pencapaian-pencapaian Stuart Hall selama satu minggu. Pada tanggal 28 November, bangunan akademik baru dinamakan atas namanya, menjadi gedung Profesor Stuart Hall (PSH).[34][35]
  • Yayasan Stuart Hall, yang didirikan untuk mengenang dan melanjutkan kerja Stuart Hall, didirikan pada bulan Desember 2014.[36]

Film

Hall menjadi presenter dalam seri televisi tujuh-bagian berjudul Redemption Song — yang diproduksi oleh Barraclough Carey Productions dan disiarkan melalui BBC2 antara 30 Juni dan 12 Agustus 1991. Di dalam seri televisi itu, ia menjelajahi elemen-elemen yang mencirikan dunia Karibia, sejarah Karibia, serta mewawancarai orang-orang yang tinggal di sana.[37] Berikut ini episode-episode seri televisi tersebut:

  • "Shades of Freedom" (11 Agustus 1991)
  • "Following Fidel" (4 Agustus 1991)
  • "Worlds Apart" (28 Juli 1991)
  • "La Grande Illusion" (21 Juli 1991)
  • "Paradise Lost" (14 Juli 1991)
  • "Out of Africa" (7 Juli 1991)
  • "Iron in the Soul" (30 Juni 1991)

Kuliah Hall kini tersedia dalam bentuk video yang didistribusikan Yayasan Pendidikan Media:

Mike Dibb memproduksi sebuah film yang berdasar pada wawancara panjang antara jurnalis Maya Jaggi dan Stuart Hall, yang diberi judul Personally Speaking (2009).[38][39]

Hall menjadi tokoh dalam dua film yang disutradarai oleh John Akomfrah, berjudul The Unfinished Conversation (2012) dan The Stuart Hall Project (2013). Film yang pertama ditampilkan tanggal 26 Oktober 2013 hingga 23 Maret 2014, di Tate Britain, Millbank, London.[40] Film yang kedua tersedia dalam format DVD.[41]

The Stuart Hall Project terdiri dari klip-klip yang diambil dari lebih dari 100 jam video arsip Hall, digabungkan dengan musik jazz karya Miles Davis, yang menjadi inspirasi Hall dan Akomfrah.[42]

Pada bulan Agustus 2012, Profesor Sut Jhally mewawancarai Hall mengenai beberapa tema dan isu dalam kajian budaya.[43]

Buku

  • McRobbie, Angela (2016). Stuart Hall, Cultural Studies and the Rise of Black and Asian British Art.  McRobbie has also written an article in tribute to Hall: "Times with Stuart". openDemocracy. 14 February 2014. Diakses tanggal 30 June 2014. 

Referensi

  1. ^ Procter, James (2004), Stuart Hall, Routledge Critical Thinkers.
  2. ^ a b c Morley, David, and Bill Schwarz, "Stuart Hall obituary: Influential cultural theorist, campaigner and founding editor of the New Left Review", The Guardian (London), 10 February 2014.
  3. ^ Schulman, Norman. "Conditions of their Own Making: An Intellectual History of the Centre for Contemporary Cultural Studies at the University of Birmingham", Canadian Journal of Communication, Vol. 18, No. 1 (1993).
  4. ^ Chen, Kuan-Hsing. "The Formation of a Diasporic Intellectual: An interview with Stuart Hall," collected in David Morley and Kuan-Hsing Chen (eds), Stuart Hall: Critical Dialogues in Cultural Studies, New York: Routledge, 1996.
  5. ^ "Stuart Hall: Culture and Power", Interview Diarsipkan 16 March 2009 di Wayback Machine., Radical Philosophy, November/December 1998.
  6. ^ a b Adams, Tim (22 September 2007). "Cultural hallmark". The Observer. Diakses tanggal 17 February 2014. 
  7. ^ Julien, Isaac, "In memoriam: Stuart Hall", BFI, 12 February 2014.
  8. ^ a b Grant Farred, "You Can Go Home Again, You Just Can't Stay: Stuart Hall and the Caribbean Diaspora", Research in African Literatures, 27.4 (Winter 1996), 28–48 (p. 30).
  9. ^ Kuan-Hsing, 1996, pp. 486–487.
  10. ^ Farred 1996, pp. 33–34.
  11. ^ a b c Lewis, Tanya, "Stuart Hall and the Formation of British Cultural Studies: A Diasporic Perspective", Imperium, 4 (2004).
  12. ^ Levens, R. G. C., ed. (1964). Merton College Register 1900-1964. Oxford: Basil Blackwell. hlm. 424. 
  13. ^ a b Phillips, Caryl, "Stuart Hall", BOMB, 58 (Winter 1997).
  14. ^ Williamson, Marcus, "Professor Stuart Hall: Sociologist and pioneer in the field of cultural studies whose work explored the concept of Britishness" (obituary), The Independent (London), 11 February 2014.
  15. ^ Farred 1996, p. 38.
  16. ^ Berlin, Mike, Bishopsgate Institute Podcast: The Partisan Coffee House: Cultural Politics and the New Left Diarsipkan 2013-11-13 di Wayback Machine., 11 June 2009.
  17. ^ Derbyshire, Jonathan, "Stuart Hall: 'We need to talk about Englishness'", New Statesman, 23 August 2012.
  18. ^ Paterson, Richard, and Paul Gerhardt, "Stuart Hall (1932-2014)", BFI.
  19. ^ Callinicos, Alex, "The politics of Marxism Today", International Socialism, 29 (1985).
  20. ^ "Soundings". Lwbooks.co.uk. Diakses tanggal 17 February 2014. 
  21. ^ Hsu, Hua (17 July 2017), "Stuart Hall and the Rise of Cultural Studies", The New Yorker.
  22. ^ Loudis, Jessica (27 September 2017), "Why We Need Stuart Hall’s Imaginative Left", The New Republic.
  23. ^ Hudson, Rykesha (10 February 2014). "Jamaican cultural theorist Stuart Hall dies, aged 82". The Voice. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-14. Diakses tanggal 10 February 2014. 
  24. ^ a b "Stuart Hall obituary". The Daily Telegraph. London. 10 February 2014. 
  25. ^ Butler, Patrick (10 February 2014). "'Godfather of multiculturalism' Stuart Hall dies aged 82". The Guardian. London. 
  26. ^ Procter 2004, p. 2.
  27. ^ Hall et al. 1978. Policing the Crisis: Mugging, the State and Law and Order.
  28. ^ a b Hall, Stuart. "Reconstruction Work: Images of Postwar Black Settlement", in James Procter (ed.), Writing Black Britain, 1948–98: An Interdisciplinary Anthology, Manchester University Press, 2006, p. 92.
  29. ^ a b Scannell 2007, p. 211.
  30. ^ Scannell 2007, p. 209.
  31. ^ a b c d Procter 2004, pp. 59–61.
  32. ^ Hall, S. (1973). Encoding and Decoding in the Television Discourse. Birmingham: Centre for Contemporary Cultural Studies, p. 1.
  33. ^ a b c d e f g Hall, Stuart. "Cultural Identity and Diaspora" (PDF). 
  34. ^ "Goldsmiths renames academic building after Professor Stuart Hall", Goldsmiths, University of London, 11 December 2014.
  35. ^ "Goldsmiths Honour Stuart Hall By Naming Building After Him", The Voice, 4 December 2014.
  36. ^ Stuart Hall Foundation.
  37. ^ Redemption Song
  38. ^ "Personally Speaking: A Long Conversation with Stuart Hall (2009)", IMDb.
  39. ^ Personally Speaking. Diarsipkan 4 April 2015 di Wayback Machine. (2009).
  40. ^ "BP Spotlight: John Akomfrah, The Unfinished Conversation" Diarsipkan 24 October 2014 di Wayback Machine., Tate Britain.
  41. ^ Hudson, Mark, "The Unfinished Conversation by John Akomfrah: a beautiful paean to identity", The Daily Telegraph (London), 15 October 2012.
  42. ^ Clark, Ashley, "Film of the Week: The Stuart Hall Project", Sight & Sound, British Film Institute, 29 September 2014; updated 31 March 2015.
  43. ^ Jhally, Sut (30 August 2012). "Stuart Hall Interviewed By Sut Jhally". Vimeo.com. Diakses tanggal 17 February 2014. 

Further reading

Pranala luar

Jabatan akademik
Didahului oleh:
David Morgan
President of the British Sociological Association
1995–97
Diteruskan oleh:
Michèle Barrett

Templat:British New Left