Dukuhseti, Dukuhseti, Pati

desa di Kabupaten Pati, Jawa Tengah


Dukuhseti adalah desa di kecamatan Dukuhseti, Pati, Jawa Tengah, Indonesia.

Dukuhseti
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPati
KecamatanDukuhseti
Kode pos
59158
Kode Kemendagri33.18.20.2008 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 6°27′15″S 111°2′8″E / 6.45417°S 111.03556°E / -6.45417; 111.03556

Sejarah

Desa ini pada mulanya didirikan oleh seseorang wali Jawa berkulit hitam yang dikenal dengan sebutan simbah "Brojo Sekti" yang konon berasal dari Kerajaan Mataram. Hingga saat ini, masyarakat setempat masih mengadakan peringatan hari wafatnya dia yang bertepatan pada tanggal 12 mulud / rabi'ul awal sebagai rasa syukur dan ucapan terima kasih atas jasa jasa dia di samping untuk meningkatkan semangat para pemuda agar bisa meniru pengabdian dia.

Cikal-bakal dan nama "Dukuhseti" diambil dari nama "Brojo Seti" atau "Brojo Sekti". Karena itulah, legenda dan sejarah Mbah Brojo Seti menjadi kajian menarik bagi warga setempat bahkan mahasiswa saat melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) maupun penelitian di Dukuhseti.

Perjuangan Mbah Brojo Seti Singo Barong, dari info yang dihimpun, memang simpang siur. Akan tetapi, secara legenda, almarhum Ngalimun Ketua Pengurus Makam Mbah Brojo Seti Singo Barong, menandaskan bahwa sejarah Mbah Brojo Seti Singo Barong berawal dari sosok Brojo Seti saat nyantri dan berguru dengan KH. Ahmad Mutamakkin Kajen Pati, seorang waliyullah yang kondang yang dikenal warga Pantura selain sosok Saridin atau Syekh Jangkung.

Konon, kata Ngalimun, dulu setelah nyantri di Mbah Mutamakkin Kajen, Mbah Brojo Seti pulang ke asalnya dan menyebarkan agama Islam. Akan tetapi, ia mendapat tantangan seorang siluman bernama Ki Gede Tualang yang konon adalah siluman celeng dan bisa berubah menjadi ular dan batu besar di kali.

Saat itu, Ki Gede Tualang sering mengganggu warga, bahkan pernah memerkosa istri Mbah Brojo Seti yang bersama Wasilah Surgi. Karena nama Mbah Brojo Seti juga dikenal dengan sebutan "Mbah Surgi". Akan tetapi, kelakuan nakal Ki Gede Tualang diketahui oleh murid Mbah Brojo Seti bernama Mbah Anggur atau Syekh Hamim.

Syekh Hamim ini, menurut Ngalimun adalah murid Mbah Brojo Seti yang tugasnya menggembala atau "angon" ternak milik Mbah Brojo Seti. Nama "anggur" karena pekerjaan Mbah Anggur adalah "bocah nggur-ngguran" yang pekerjaannya mengaji dan menggembali ternak.

Lalu, belum sempat dilaporkan oleh Mbah Anggur ke Mbah Brojo, justru ia dibunuh oleh Ki Gede Tualang. Akan tetapi, karena ternak kerbau milik Mbah Brojo Seti itu sakti, si kerbau pun melapor ke Mbah Brojo bahwa Mbah Anggur dibunuh oleh Ki Gede Tualang. Kemudian, darah Mbah Anggur yang mengalir di sekitar sawah itu dinamakan "sawah sebleber" oleh warga setempat karena darahnya "mbleber".

Kemudian, Mbah Brojo Seti marah dan berubah menjadi singa besar dan mendatangi Ki Gede Tualang. Akan tetapi, Ki Gede Tualang berubah menjadi ular dan celeng besar dan kejar-kejaran di suatu desa terpencil di sebelah barat Desa Dukuhseti. Tiap kali dikejar oleh Mbah Brojo, Ki Gede Tualang pun dengan sigap menghilang. Dalam bahasa setempat, "njebol" sana, tiap kali dikejar "njebol" atau menghilang lagi sampai beberapa kali. Sampai saat ini, warga setempat menamakan dusun tersebut menjadi Dusun Jebolan yang secara administratif dibagi antara Desa Ngagel dan Desa Dukuhseti.

Lantaran kalah dan tidak bisa menangkap Ki Gede Tualang, akhirnya Mbah Brojo Seti lapor ke KH. Ahmad Mutamakkin Kajen dan diberi pecut atau "dhuk" dari aren. Setelah pulang, pecut itu disabetkan kepada Ki Gede Tualang dan akhirnya kalah dan dibawa ke hadapan KH. Ahmad Mutamakkin. Karena mogok di tengah jalan, tepatnya di Kali Guno Ngagel, dan berhenti pas di tengah-tengah kali, Mbah Brojo pun tidak bisa menyeret Ki Gede Tualang dan laporan ke KH. Ahmad Mutamakkin Kajen. Kemudian, Mbah Mutamakkin bilang bahwa tidak usah dibawa ke sini, dibiarkan saja untuk jembatan warga.

Konon, jembatan itu adalah Ki Gede Tualang yang berubah menjadi kayu. Akan tetapi kalau musim banjir atau hujan, jembatan itu berubah menjadi ular dan sering memakan korban. Dari informasi warga Ngagel, saat ini ada yang bilang bahwa jembatan itu sudah menghilang dan pindah di Jawa Timur.

Setelah musuhnya kalah, Mbah Brojo Seti Pun kembali berjuang menyebarkan ajaran Islam yang haulnya selalu diperingati tiap bulan Maulud.

Informasi lain yang disampaikan Mbah Amar Ma'ruf, guru ketoprak Ruslan pemilik Ketoprak Wahyu Budoyo Pati, mengatakan sebenarnya babad Desa Dukuhseti sudah menjadi salah satu lakon di dalam pentas ketoprak, salah satunya adalah tragedi mistis dengan Ki Gede Tualang.

Menurut Amar, Ki Gede Tualang itu siluman yang bisa berubah-ubah. Nama "tualang" itu diambil dari kata "watu malang" karena Ki Gede Tualang sering berubah menjadi batu besar yang menutupi sungai di dekat area persawahan tualang di sebelah barat Desa Dukuhseti. Nama sawah tualang itu juga diambil dari nama "Ki Gede Tualang" tersebut. Mbah Amar juga mengatakan bahwa Brojo Seti Singo Barong itu sosok wali Jawa yang kulitnya hitam, karena pekerjaannya bertani dan memiliki banyak ternak.

Sementara itu, pendapat lain disampaikan K. Muslim Assalamy, kiai yang mendirikan Pondok Pesantren di Dukuh Kedawung Desa Dukuhseti yang lokasinya tidak jauh dari makam Mbah Brojo Seti mengatakan bahwa menurut dia, sejarah babad tanah Dukuhseti tidak sebombastis dengan sejarah yang dipercaya oleh warga setempat.

Menurut dia, adanya perang darah dan mistis itu hanya kiasan yang dikarang oleh orang-orang tua zaman dulu untuk memudahkan pemahaman. Hal itu menurut dia dilakukan karena sulitnya mencari informasi valid atas keluarga, sejarah dan asal-usul siapa sebenarnya sosok Brojo Seti Singo Barong atau yang sering disebut Mbah Surgi.

Terlepas dari itu semua, jasa Brojo Seti terhadap penyebaran Islam di Dukuhseti Pati sangat besar. Bahkan, di Dukuhseti saat ini banyak masjid dan musholla serta pondok pesantren berdiri. Tak hanya itu, banyak pula sekolah Islam mulai dari RA, MI, MTs dan MA serta SMK juga banyak berdiri di Dukuhseti.[1]

Destinasi Wisata

Destinasi atau tujuan wisata di Desa Dukuhseti beragam, yaitu:

  1. Pantai Cinta[2] di Dukuh Purbo Selempung
  2. Wisata Religi Makam Mbah Brojoseti Singo Barong[3] di Dukuh Sepande
  3. Wisata Mistis Situs / Pantai Congot[4] di Dukuh Selempung

Tokoh Desa

Banyak tokoh yang lahir dari Desa Dukuhseti. Di antaranya:

  1. Ahmad Rifa'i, M.H Kepala Desa Dukuseti
  2. Marwan Djafar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia pada Kabinet Kerja sejak 27 Oktober 2014 hingga 27 Juli 2016, dan Anggota DPR RI 2019-2024.[5]
  3. Kiai Muslim Assalamy tokoh agama, penghafal Alquran, pengasuh Pesantren Arroudloh Kedawung Dukuhseti.
  4. Hamidulloh Ibda akademisi, penulis, intelektual muda NU, Wakil Rektor I INISNU Temanggung, Dewan Pengawas LPPL Temanggung TV.[6]

Daftar Rujukan

  1. ^ Koran, Pati (Oktober 2016). "Mbah Brojo Seti Singo Barong, Pahlawan Agama Desa Dukuhseti Pati". www.koranpati.com. Diakses tanggal 25 Mei 2021. 
  2. ^ TIC, PATI (20). "Pantai Cinta Dukuhseti". tic.patikab.go.id. Diakses tanggal 26 Mei 2021. 
  3. ^ Jateng, Harian (25 April 2015). "Makam Mbah Brojo Seti Singo Barong Wisata Rohani Warga Dukuhseti Pati". www.harianjateng.com. Diakses tanggal 26 Mei 2021. 
  4. ^ Jateng, Harian (19 Mei 2015). "Menjamah Situs Congot di Selempung Dukuhseti Pati". www.harianjateng.com. Diakses tanggal 25 Mei 2021. 
  5. ^ dpr.go.id (2019). "Profil DPR". dpr.go.id. Diakses tanggal 25 Mei 2021. 
  6. ^ Widayat, Wahyu Egi (27 Januari 2021). "Waket I STAINU Dikukuhkan Jadi Dewan Pengawas TV Temanggung". jateng.nu.or.id. Diakses tanggal 25 Mei 2021.