Ahmad bin Tulun

Revisi sejak 1 Februari 2021 01.03 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8)

Ahmad bin Thulun (Bahasa Arab: أحمد بن طولون; lahir di Baghdad, September 835 - meninggal di Mesir, Maret 884 pada umur 53 tahun) adalah pendiri Dinasti Thuluniyah yang memerintah Mesir secara singkat dari tahun 868 dan 905 M. Awalnya ia dikirim oleh khalifah Abbasiyah sebagai gubernur untuk Mesir, Ibnu Thulun malah menjadikan dirinya sebagai penguasa yang terpisah dari Kekhalifahan Abbasiyah.[1]

Biografi

Kehidupan awal

Ibnu Thulun lahir di Baghdad saat bulan Ramadhan 220 H atau September 835. Ayahnya, Thulun, adalah salah satu budak dari Orang Turk[2] yang termasuk dalam sebuah hadiah yang dikirim oleh gubernur Bukhara kepada Ma'mun Ar-Rasyid, Khalifah Abbasiyah, sekitar tahun 815 sampai 816. Pengadilan Abbasiyah mengrekrut budak-budak Turk sebagai petugas militer, dan Thulun yang bernasib baik, akhirnya menjadi komandan pengawal pribadi Khalifah.

Keluarga ini pindah ke Samarra pada tahun 850, dan Ibnu Thulun mendapatkan pelatihan militernya disini, serta belajar tentang ilmu agama. Dia kemudian ditunjuk sebagai komandan dari pasukan khusus untuk Khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 855. Thulun meninggal sekitar tahun 855, dan istrinya menikah dengan komandan Turk yang berpengaruh di istana, Bayik Bey (Bākbāk di dalam beberapa sumber Arab). Ibnu Thulun menikah dengan Hatun, anak perempuan dari seorang jenderal Turk yang berpengaruh dalam pengawal istana. Hatun melahirkan 2 anak, yaitu: 'Abbas dan Fathimah.

Berkuasa di Mesir

Pindah

Setelah mengabdi di kampanye militer melawan Kekaisaran Romawi Timur di Kota Tarsus, Ibnu Thulun mendapatkan kebaikan hati Khalifah Al-Musta'in. Dalam perjalanan pulang ke Baghdad pada tahun 863, sang Khalifah menghadiahkan kepadanya seorang selir, Meyyaz, yang darinya Thulun mendapatkan Khumarawaih, anak laki-lakinya yang kemudian menggantikannya sebagai penguasa Mesir.

Pada tahun 868, Khalifah Al-Mu'tazz menunjuk Bayik Bey sebagai gubernur Mesir; sebagai gantinya Bayik Bey mengirim Ibnu Thulun sebagai wali. Ibnu Thulun sampai di Mesir pada September 868.[3]

Berkuasa

 
Masjid Ibnu Thulun

Sesampainya di Mesir, Ibnu Thulun mendapati bahwa ibu kota Mesir yang sudah ada, Fustat, yang didirikan oleh Amru bin Ash pada tahun 641, terlalu kecil untuk mengakomodasi tentaranya. Dia medirikan sebuah kota baru untuk dijadikan sebagai ibu kotanya, Madinat Al-Qattha'i, yang berarti Kota yang terbagi empat. Al-Qattha'i didirikan dengan gaya kota-kota agung di Persia dan Kekaisaran Romawi Timur, termasuk sebuah alun-alun besar, Hipodrom, sebuah istana gubernur dan sebuah Masjid, yang dinamakan atas nama Ibnu Thulun.[4] Kota ini dihancurkan pada tahun 905 M, dan hanya masjidnya saja yang selamat.

Awalnya, kekuasaan Ibnu Thulun di Mesir ditandai dengan sebuah pergulatan untuk kekuasaan dengan kepala badan masalah keuangan, Ibnu Al-Mudabbir. Ibnu Al-Mudabbir tidak disenangi oleh masyarakat karena tingginya pajak (terutama terhadap penduduk non-muslim, yang meliputi lebih dari setengah populasi Mesir) dan ketamakannya.

Referensi

  1. ^ "The Mosque of Ahmad ibn Tulun"
  2. ^ Encyclopædia Britannica Online – "Tulunid Dynasty"
  3. ^ ""Jami' Ibn Tulun"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-22. Diakses tanggal 2013-12-24. 
  4. ^ The Middle East Network Information Center – al-Qatta'i Diarsipkan 2010-01-13 di Wayback Machine.

Pustaka

  • Balawī, Sīrat Ahmad ibn Ṭūlūn
  • Zaki Hassan. "Ahmad b. Ṭūlūn" in Encyclopedia of Islam, 1st ed. Leiden: E.J. Brill, 1960. p. 278-9.