Buri Wolio adalah salah satu sistem tulisan yang digunakan untuk menulis bahasa Wolio, bahasa resmi Kesultanan Buton. Buri Wolio dibuat berdasarkan aksara Arab, dimana Buri Wolio terdiri dari 17 huruf Arab asli dan 7 huruf tambahan yang dimodifikasi agar sesuai dengan fonem asli Wolio, yaitu (چ /t͡ʃ/, ڠ /ŋ/, ڨ /p/, ڬ /g/, ۑ /ɲ/, ڀ /bʰ/, dan ڊ /dʰ/).[1]

Buri Wolio
بُرِ وٚلِيٚ
Jenis aksara
BahasaWolio
Periode
Abad ke-16
Arah penulisanKanan ke kiri
Aksara terkait
Silsilah
Aksara kerabat
Jawi
Pegon
ISO 15924
ISO 15924Arab, , ​Arabik
Pengkodean Unicode
Nama Unicode
Arabic
 Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Secara umum aksara ini mirip dengan aksara Jawi, hanya saja dalam aksara Buri Wolio, lambang fonem vokal dan konsonan terpisah sehingga aksara ini tergolong dalam kelompok alfabet.

Belum diketahui secara pasti kapan aksara ini ada, namun merunut pada naskah Buton tertua yang berhasil ditemukan, diperkirakan aksara ini sudah ada sejak kedatangan agama Islam di Buton pada abad ke-16.[2] Bersama-sama dengan bahasa Wolio, aksara ini digunakan dalam penulisan naskah-naskah kuno di Buton, di antaranya; naskah undang-undang, naskah keagamaan dan naskah surat-surat.[1]

Selain itu, aksara ini juga digunakan untuk menulis kaḃanti (كَڀَنْتِ). Tradisi penulisan kaḃanti di Buton, mencapai puncak kepopulerannya pada Abad XIX (1824-1851), yaitu pada masa pemerintahan Sultan Buton XXIX yang bernama Muhammad Idrus Kaimuddin. Bagi masyarakat Buton, beliau selain dikenal sebagai sultan juga dikenal sebagai ulama serta pujangga Buton yang tersohor. Sebagai seorang pujangga, beliau banyak mengarang kesusastraan jenis kaḃanti, terutama yang bernapaskan ajaran agama Islam. Selain Muhammad Idrus Kaimuddin, lahir pula beberapa pujangga Buton lainnya yang berasal dari lingkungan keluarga Keraton Buton, seperti La Ode Kobu (Metapasina Bādia), La Ode Nafiu (Yarona Labuandiri), dan H. Abdul Ganiu (Kenepulu Bula).[3]

Bentuk

Aksara

Aksara utama Buri Wolio terdiri dari 17 huruf Arab asli dan 7 huruf tambahan yang diambil dari aksara Jawi. Aksara utama digunakan untuk menulis bahasa Wolio sehari-hari. Sedangkan aksara tambahan digunakan untuk menulis kata-kata serapan dari bahasa Arab.

Aksara Utama
No. Nama Alih Aksara Bentuk
di akhir Di tengah Di awal Mandiri
Latin Buri
1 yāʾ يَاء a / y[a] ـي ـيـ يـ ي
2 bāʾ بَاء b ـب ـبـ بـ ب
3 tāʾ تَاء t ـت ـتـ تـ ت
4 jīm جِيم j ـج ـجـ جـ ج
5 dāl دَال d ـد - - د
6 rāʾ رَاء r ـر - - ر
7 zāyn زَاين z ـز - - ز
8 sīn سِين s ـس ـسـ سـ س
9 fāʾ فَاء f ـف ـفـ فـ ف[a]
10 qāf قَاف q ـق ـقـ قـ ق[a]
11 kāf كَاف k ـك ـكـ كـ ك
12 lām لاَم l ـل ـلـ لـ ل
13 mīm مِيم m ـم ـمـ مـ م
14 nūn نُون n ـن ـنـ نـ ن
15 hāʾ هَاء h ـه ـهـ هـ ه
16 wāw وَاو w ـو - - و
17 ʾalif أَلِف ā / ʾ ـا - - ا
18 چَا c ـچ ـچـ چـ چ
19 ngā ڠَا ng ـڠ ـڠـ ڠـ ڠ
20 ڨَا p ـڨ ـڨـ ڨـ ڨ
21 ڬَا g ـڬ ـڬـ ڬـ ڬ
22 nyā ۑَا ny ـۑ ـۑـ ۑـ ۑ
23 ḃā ڀَا ـڀ ـڀـ ڀـ ڀ
24 ḋā ڊَا ـڊ - - ڊ
Aksara Tambahan
No. Nama Alih Aksara Bentuk
di akhir Di tengah Di awal Mandiri
Latin Buri
1 ṡāʾ ثَاء ـث ـثـ ثـ ث
2 ḥāʾ حَاء ـح ـحـ حـ ح
3 khāʾ خَاء kh ـخ ـخـ خـ خ
4 żāl ذَال ż ذ
5 syīn شِين sy ـش ـشـ شـ ش
6 ṣād صَاد ـص ـصـ صـ ص
7 ḍād ضَاد ـض ـضـ ضـ ض
8 ṭāʾ طَاء ـط ـطـ طـ ط
9 ẓāʾ ظَاء ـظ ـظـ ظـ ظ
10 ʿayn عَيْن ʿ ـع ـعـ عـ ع
11 ghayn غَيْن gh ـغ ـغـ غـ غ

Diakritik

Fungsi diakritik adalah untuk memberi bunyi pada konsonan. Berbeda dengan kerabatnya (Jawi dan Pegon), Buri Wolio tidak bisa dibaca tanpa diakritik, karena itu posisi diakritik sangatlah penting. Terdapat 5 buah diakritik dasar dalam Buri Wolio, dimana dengan bantuan konsonan tertentu, bunyi vokal dari diakritik tersebut bisa dipanjangkan.

Diakritik
Pendek Panjang
-a -i -u -e -o
◌َ ◌ِ ◌ُ ◌ࣹ ◌ٚ ◌َا ◌ِيْ ◌ُوْ ◌ࣹيْ ◌ٚوْ
A I U E O Ā Ī Ū Ē Ō
يَ يِ يُ يࣹ يٚ يَا يِيْ يُوْ يࣹيْ يٚوْ

Contoh teks

Berikut adalah cuplikan Kaḃanti Bunga Malati yang ditulis ulang pada tahun 2004 dengan bahasa dan ejaan Wolio modern.[3][4]

Bahasa Wolio Terjemahan bahasa Indonesia[3]
Buri[4] Latin

مِنْچُيَنَڨٚ يِسَرٚڠِ رَڠْكَيࣹيَ
نࣹسَبُتُنَ يَڀَرِ اَرَتَانَ
تَبࣹيَنَمٚ يِسَرٚڠِ رَڠْكَيࣹيَ
هࣹڠْڬَ حَقُنَ يَڨࣹكَڊُوَيَكَمٚ

Mincuanapo isarongi rangkaea

Ne sabutuna aḃari ʾaratāna

Tabeanamo isarongi rangkaea

Hengga ḥaquna apekaḋawuakamo

Belumlah dikatakan orang kaya

Kalau hanya banyak hartanya

Tapi yang dikatakan kaya

Miliknya pun rela diberikannya

مِنْچُيَنَڨٚ يِسَرٚڠِ مِسِكِنِ
نࣹسَبُتُنَ يِنْدَ تࣹئَرَتَانَ
تَبࣹيَنَمٚ يِسَرٚڠِ مِسِكِنِ
يَڨࣹيْلُيَ عَرَسِ كٚحَقُنَ

Mincuanapo isarongi misikini

Ne sabutuna inda teʾaratāna

Tabeanamo isarongi misikini

Apēlua ʿarasi koḥaquna

Bukanlah dinamakan orang miskin

Jika hanya tidak punya harta

Sebenarnya orang miskin itu

(adalah orang yang) Masih mengharapkan hak sesamanya

مِنْچُيَنَڨٚ يِسَرٚڠِ مَرَدِكَ
نࣹسَبُتُنَ يَڨٚوْڨُيَ يِڨَيُ
تَبࣹيَنَمٚ يِسَرٚڠِ مَرَدِكَ
يَمَرَدِكَمٚ يِوَانَ نَرَكَا

Mincuanapo isarongi maradika

Ne sabutuna apōpua ipau

Tabeanamo isarongi maradika

Amaradikamo iwāna narakā

Belumlah dikatakan merdeka

Kalau hanya memangku jabatan

Sebenarnya yang (dikatakan) merdeka itu

(adalah orang yang) Sudah bebas dari api neraka

Galeri

Rujukan

  1. ^ a b Niampe, La (2011-03-01). "BAHASA WOLIO DI KERAJAAN BUTON". Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana (dalam bahasa Inggris). 18. ISSN 2656-6419. 
  2. ^ Hiroko K. Yamaguchi (2007). "Manuskrip Buton: Keistimewaan dan nilai budaya". SARI: Jurnal Alam dan Tamadun Melayu (dalam bahasa Inggris). 25: 41–50. ISSN 0127-2721. 
  3. ^ a b c Kabanti oni Wolio = Puisi berbahasa Wolio. La Niampe. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999-. ISBN 979-459-927-1. OCLC 43790835. 
  4. ^ a b "Bunga Malati". Endangered Archives Programme (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-01. 

Lihat pula

Pranala luar

Naskah digital


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan