Sisteina
Sisteina | |
---|---|
Nama sistematik | Asam (R)-2-amino-3-sulfanil- propanoat |
Singkatan | Cys C |
Kode genetik | UGU UGC |
Rumus kimia | C3H7NO2S1 |
Massa molekul | 121,16g mol-1 |
Titik lebur | 240 °C |
Massa jenis | ? g cm-3 |
Titik isoelektrik | 5,07 |
pKa | 1,91 8,14 10,28 |
Nomor CAS | [52-90-4] |
SMILES | SCC(N)C(=O)O |
Sisteina merupakan asam amino bukan esensial bagi manusia yang memiliki atom S, bersama-sama dengan metionina. Atom S ini terdapat pada gugus tiol (dikenal juga sebagai sulfhidril atau merkaptan). Karena memiliki atom S, sisteina menjadi sumber utama dalam sintesis senyawa-senyawa biologis lain yang mengandung belerang. Sisteina dan metionina pada protein juga berperan dalam menentukan konformasi protein karena adanya ikatan hidrogen pada gugus tiol.
Sisteina mudah teroksidasi oleh oksigen dan membentuk sistina, senyawa yang terbentuk dari dua molekul sisteina yang berikatan pada atom S masing-masing. Reaksi ini melepas satu molekul air (reaksi dehidrasi).
Sumber utama sisteina pada makanan adalah cabai, bawang putih, bawang bombay, brokoli, haver, dan inti bulir gandum (embrio).L-sistein juga diproduksi secara industri melalui hidrolisis rambut manusia dan babi serta bulu unggas, tetapi sejak tahun 2001 juga telah dapat diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme.
Serat wol dari domba juga banyak mengandung sisteina. Bagi domba, sisteina esensial yang harus dipasok dari rumput-rumputan yang dimakannya. Karena itu, jika rumput tidak tersedia domba tidak memproduksi wol. Namun, domba transgenik yang memiliki enzim penghasil sisteina (dari metionin) telah berhasil dikembangkan sehingga ketergantungan akan rumput menjadi berkurang.