Jaranan Thek Ponorogo
Jaranan Thek juga disebut Reyog Thek atau Thik adalah kesenian Kuda Lumping yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Disebut Thek karena menghasilkan suara “Thek” dari suara Topeng Barongan.[1]
Sejarah
Masyarakat Ponorogo sebagian menyebut kesenian Jaranan Thek dengan sebutan Reog Thek adapun juga disebut sentherewe, karena mahkota pada barongan Jaran thek berbentuk seperti daun Talas, dalam bahasa jawa adalah Sente dan Rawe.
Keberadaan Jaranan Thek ada sekitar pada abad ke 15 adapun juga yang menyebut pada awal abad 17. Adapun sejarah dari kedua kisah Jaran Thek sebagai berikut :
Warok Guno Seco dan Warok Suro Handoko merupakan orang yang tersingkirkan di Kadipaten Ponorogo, sehingga diberi kewenangan untuk mmenjadi pejabat di daerah yang jauh dari Ponorogo. Sehingga Warok Guno Seco dan Warok Suro Handoko membangkang dengan menampilkan Topeng Barongan Tanpo Lulang, yang menyimbolkan pemimpin ponorogo tidak memiliki wibawa.[2]
Yang dimaksud Barongan Tanpo Lulang adalah, topeng reyog tanpa dilapisi kulit harimau.
Kemudian sering terjadinya pertarungan antar komunitas Reog Ponorogo (dhahak merak) di era Kolonial yang disebut tempuk, bagi grup reog yang kalah akan kehilangan perangkat Barongan dadak merak, Gemblak dan peralatan lainnya. Sehingga membuat malu bagi anggota komunitas Reog Ponorogo yang kalah, kemudian mengungsi ke wilayah pengunungan Ponorogo bagian timur.
Komunitas Reog Ponorogo yang kalah tetap melakukan pertunjukan kesenian reog Tanpo Lulang, karena harus berhadapan dengan harimau. Sehingga para warok membuat cerita berdasarkan legenda telaga Ngebel, Naga Baruk klinting. Meski topeng berbentuk menyerupai naga, tetap disebut macan atau singo barong.[3]
Meski tanpa dilapisi kulit harimau, Jaranan Thek ini diminati oleh msyarakat sekitar hingga menyebar ke arah timur seperti Tulungagung dan Trenggalek.
Jaranan Thek yang di daerah pegunungan ini kemudian disebut Senterewe, kerana mahkota pada topeng jaranan thek ini seperti daun Talas. Kemudian lebih dikenal senterewe di daerah Tulungagung sebagai jaranan kreasi karena mengolah gerak tari yang baru.
Dari Waktu ke Waktu
Dimasa Kolonial belanda, kelompok Jaranan Thek yang mulanya dari grup Reog yang kalah, sehingga selalu bersinggungan dengan Reog Dhadhak merak di era Kolonial Belanda hingga kemerdekaan sekalipun. Tak jarang kelompok Jaranan Thek mendapatkan intimidasi dan penghinaan dari anggota Reog Dhadhak Merak dengan sebutan Kesenian buangan. Sehingga hampir tidak pernah ada penampilan secara bersama kolaborasi antara Jaranan Thek dengan Reog Dhadhak Merak, adapun ketika pertunjukan budaya seperti bersih desa karena tidak pertemuan yang tidak disengaja.[4]
Akan demikian, Jaranan Thek memiliki penggemarnya sendiri di daerah pegunungan yang berbatasan dengan kota lain, sehingga jaran Thek diterima dan dipelajari oeh Masyarakan luar kota yang berbatasan dengan Ponorogo dengan mudah, bahkan Jaranan Thek Ponorogo sangat populer di Blitar dan malang ketika pasar malam berlangsung.
Jaranan Thek di Ponorogo hidup secara mandiri hasil swadaya masyarakat, karena tidak ada bantuan dari Pemerintah Ponorogo sama sekali, hal itu karena Pemerintah menggelontorkan hanya pada kesenian Reog Dhadhak Merak sebagai identitas Ponorogo. meski kurang mendapat perhatian dari pemerintah, Kelompok Jaranan thek di Ponorogo selalu hadir memeriahkan kegiatan yang diadakan oleh pemerintah, seperti bersih desa maupun Grebeg suro, seperti kesenian ponorogo lainnya seperti Onta, Kebo-keboan, Gajah-Gajahan, keling Dll.
meskii saat ini terdapat perubahan kreasi pada pakaian Bopo (pawang) pada kesenian kuda lumping umumnya yang mengenakan kaso lengan panjang. Tetapi Bopo pada Jaranan Thek Saat ini masih seperti dahulu, menggunakan setelan Penadon komplit seperti halnya pada Reog Dhahak Merak.
Peralatan
Sehingga peninggalan Jaran Thek dalam dua Periode tersebut menghasilkan 4 jenis topeng, yakni :
Abad 15
Barongan Singo barong berbentuk Harimau, memiliki bentuk kotak atau lonjong dengan warna merah, terkadang hitam.
Barongan Klono Sewandono yang disebut kucingan dengan warna merah, terkadang hitam.
Abad 17
Barongan Singo Barong berbentuk Naga Baruk klinting memanjang dengan warna merah
Barongan Kucingan berbentuk Naga baruk klinting pendek dengan warna merah.
Yang sama-sama menampilkan pasukan berkuda, celeng, bujangganong, Warok sebagai bomoh. Sedangkan peralatan musik tidak jauh berbeda dengan musik reog ponorogo
Referensi
- ^ bantaisapijr, bantaisapijr (03 juni 2010). "Kesenian Khas Ponorogo di luar reyog". kaskus. Diakses tanggal 08 Juli 2021.
- ^ Diyanto, nanang (23 mei 2016). "Jaranan Thik Ponorogo Dikembangkan oleh Pelarian Majapahit". Kompasiana. Diakses tanggal 08 juli 2021.
- ^ Nugraheni, Whinda Kartika (20 april 2015). "BENTUK PENYAJIAN KESENIAN TARI JARANAN THIK DI DESA COPER, KECAMATAN JETIS KABUPATEN PONOROGO JAWA TIMUR" (PDF). UNY - BENTUK PENYAJIAN KESENIAN TARI JARANAN THIK DI DESA COPER, KECAMATAN JETIS KABUPATEN PONOROGO JAWA TIMUR. line feed character di
|title=
pada posisi 44 (bantuan); line feed character di|journal=
pada posisi 50 (bantuan); - ^ Zamzam Fauzannafi, Muhammad (2005). Reog Ponorogo: Menari di antara Dominasi dan Keragaman. Kepel Press.