Siti Rukiah

penulis asal Indonesia

S. Rukiah juga dikenal dengan nama S. Rukiah Kertapati (25 April 1927 – 6 Juni 1996) adalah penulis Indonesia yang menulis karya sastra novel, cerita anak, cerpen dan puisi.[1]

S. Rukiah
PekerjaanPenulis
KebangsaanIndonesia
GenreNovel, puisi

Biografi

Setelah lulus Sekolah Guru, Rukiah mengajar di Purwakarta selama dua tahun. Tahun 1945,mengajar di Sekolah Gadis Purwakarta. Sejak tahun 1946 Rukiah mengisi majalah Gelombang Zaman dan Godam Djelata. Rukiah menerbitkan puisi yang dimuat di majalah Gelombang Zaman menggunakan nama lengkapnya Siti Rukiah.

Pendidikan S. Rukiah berawal dari sekolah Rendah Gadis kemudian ia melanjutkan pendidikan ke sekolah Guru (CVO) selama dua tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan dari CVO, S. Rukiah memutuskan untuk menjadi guru di Sekolah Rendah Gadis Purwakarta. Di samping itu, ia juga pernah menjadi sekretaris redaksi majalah Pujangga Baru dan menjadi redaksi di majalah Bintang Timur/Lentera bersama Pramudya Ananta Toer, serta pernah bekerja di Majalah Pendidikan Anak-anak, Cendrawasih, dan anggota Pimpinan Pusat Lekra 1959—1965. Sejak tahun 1946, S. Rukiah sudah menulis di berbagai majalah, antara lain dalam Gelombang Zaman, dan Mimbar Indonesia. Berkat dorongan Hendra Gunawan, temannya, S. Rukiah akhirnya bisa menjadi penulis yang cukup disegani. Padahal sebelumnya, S. Rukiah beberapa kali mengirimkan hasil karyanya ke berbagai majalah ditolak, tetapi ia tidak putus asa. S. Rukiah sangat senang apabila ada orang yang mau memberinya saran atau kritik untuk karyanya. Dia pernah menulis surat kepada H.B. Jassin, bahwa ada orang yang memfitnahnya dan mengatakan karangan dan sajak-sajak S. Rukiah yang telah dimuat di berbagai majalah itu hasil jiplakan. Sementara itu, H.B. Jassin menanggapi surat S. Rukiah dan menyarankan supaya S. Rukiah mendiamkan saja persoalan itu dan harus memperkuat keberadaan dirinya dalam dunia sastra dengan cara terus mencipta dan meningkatkan mutu karyanya

Pada Mei 1948 menjadi pembantu tetap majalah sastra Poedjangga Baroe. Tahun 1950 pindah ke Jakarta menjadi sekretaris majalah. Pada tahun yang sama, diterbitkan novel pertamanya berjudul Kejatuhan dan Hati. Tahun 1951 pindah ke Bandung dan menjadi penyunting pada majalah anak-anak, Cendrawasih.[2]

Rukiah pernah bergabung menjadi anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat). Tahun 1959 Rukiah terpilih sebagai anggota pimpinan pusat Lekra. Namun, hal ini berakibat buku-bukunya menjadi salah satu yang dilarang pada masa penggulingan Presiden Sukarno dan pelarangan PKI (Partai Komunis Indonesia) pada 1965.[3]

Kumpulan cerpen dan puisi pertamanya berjudul Tandus terbit tahun 1952 dan memenangkan hadiah sastra nasional. Pada tahun itu juga, Rukiah mulai menulis cerita anak menggunakan nama S. Rukiah Kertapati dan terus menerus menulis cerita anak sampai 1964.

Rukiah menderita trauma tahun 1965, dan tidak pernah menulis lagi sejak itu.

Karya-karyanya

Cerita anak

  • Si Rawun dan kawan-kawannya (1955)
  • Teuku Hasan Johan Pahlawan (1957)
  • Jaka Tingkir (1962)
  • Dongeng-dongeng Kutilang (1962)
  • Kisah perjalanan Si Apin (1962)
  • Taman sanjak si kecil (1959)

Novel

  • Kejatuhan dan Hati (1950)

Kumpulan cerpen dan puisi

  • Tandus (1952) memenangkan Hadiah Sastra Nasional BMKN, 1952)

Pranala luar

Sastrawati Rukiah: Keteladanan yang langka

Rujukan

  1. ^ (Indonesia) Rampan, Korrie Layun. Leksikon susastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 440. Biografi S. Rukiah
  2. ^ (Inggris) [Rukiah, S. The fall and the heart. Lontar Foundation, 2010, Jakarta. Halaman 113].
  3. ^ "Siti Rukiah Kertapati, sastrawati era kemerdekaan yang terlupakan". BBC Indonesia. 24 November 2018. Diakses tanggal 8 May 2021.