Yumi Ishikawa

pemeran perempuan asal Jepang

Yumi Ishikawa adalah pemimpin dan pendiri gerakan #KuToo asal Jepang yang juga merupakan seorang aktris, model, dan penulis. Ia menjadi salah satu tokoh perempuan yang masuk ke dalam daftar 100 Tokoh Perempuan BBC pada Oktober 2019.[1][2] Ia memulai gerakan #KuToo untuk menantang budaya kerja di Jepang yang mewajibkan karyawan perempuan untuk menggunakan sepatu berhak tinggi. Istilah #KuToo sendiri terinspirasi dari gerakan #MeToo. Kata 'kutsu' berarti sepatu sedangkan 'kutsuu' berarti rasa sakit.[3] Ia memulai gerakan ini setelah bekerja paruh waktu memakai sepatu berhak tinggi di sebuah perusahaan jasa pemakaman.[3] 'Kewajiban' memakai sepatu berhak tinggi bagi perempuan ini terjadi di semua lintas industri. Sebagai akibatnya, para pekerja perempuan mengeluhkan rasa sakit pada jempol kaki (bunions), kaki melepuh, dan pendarahan.[2]

Yumi mempopulerkan tagar #KuToo pada 2019 di Twitter dan menimbulkan pro kontra di negaranya. Ia menerima kecaman dan ancaman baik dari kaum laki-laki maupun perempuan. Namun, dia juga mendapatkan dukungan berupa petisi yang ditandatangi oleh sekitar 32.000 orang. Para penanda tangan petisi tersebut ingin menentang kultur masyarakat Jepang yang konformis terhadap ekspektasi masyarakat dan diskriminasi gender yang mengakar kuat di dalamnya.[3] Yumi mengirimkan hasil petisi tersebut ke Kementerian Kesehatan, Buruh, dan Kesejahteraan. Namun, tidak ada hasil.[2] Meski gerakan ini belum mencapai momentumnya di negaranya sendiri, setiap bulan ribuan perempuan terlibat 'Demonstrasi Bunga' untuk menentang kekerasan seksual sejak April 2019.[3] Gerakan ini memang belum mampu mengubah budaya kerja yang diskriminatif terhadap pekerja perempuan di Jepang, tetapi mereka kini merasa mendapatkan suaranya.[3]

Daftar referensi

  1. ^ Inagaki, Kana (2019-12-05). "'I was unashamed': Yumi Ishikawa on fighting sexism in Japan". www.ft.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-03-11. 
  2. ^ a b c "Yumi Ishikawa, founder, #KuToo". Wunderman Thompson Intelligence (dalam bahasa Inggris). 2019-11-06. Diakses tanggal 2021-03-16. 
  3. ^ a b c d e Denyer, Simon; Kashiwagi, Akiko. "In Japan, a campaign against high heels targets conformity and discrimination". Washington Post (dalam bahasa Inggris). ISSN 0190-8286. Diakses tanggal 2021-03-11.