Amorf, dalam bahasa Inggris "amorphous", berasal dari bahasa Yunani a 'sebuah' dan morphous 'berubah bentuk'. Sehingga "amorphous" memiliki makna 'sebuah benda yang strukturnya tidak tetap'.

Amorf merupakan jenis zat padat dengan struktur partikel yang tidak teratur. Molekul di dalam zat amorf memiliki susunan yang tidak stabil, baik secara fisika ataupun kimia. Secara fisika, zat amorf memiliki titik lebur dan titik didih yang tidak merata pada materinya. Sementara secara kimia, ikatan antarmolekul zat amorf tidak identik dan cenderung berbeda-beda pada titik-titik tertentu, serta kerapatannya tidak merata. Hal inilah yang menyebabkan mobilitas molekul dan energi yang besar terjadi di dalam zat amorf.

Zat amorf mudah mengalami abrasi 'pengikisan' atau larut dalam larutan. Selain struktur molekulnya yang tidak teratur, bentuk zat amorf juga tidak pasti dan tidak permanen. Partikel-partikel di dalam materi amorf seperti terkunci pada posisi yang acak, dan sewaktu-waktu akan berubah, jika keadaan —perubahan suhu— memungkinkan hal itu terjadi. Misalnya pada botol plastik yang dipanaskan di tempat yang terik dalam waktu lama, kemudian bentuknya akan agak meleleh atau bergelombang.

Zat amorf dapat dibuat dengan cara memanaskan suatu materi dengan suhu yang sangat tinggi hingga mencapai titik didihnya. Lalu, secara singkat materi tersebut didinginkan hingga membentuk zat padat. Dari proses itulah, partikel-partikel di dalam materi memiliki struktur yang tidak rapi. Benda-benda yang memiliki karakteristik amorf adalah kaca, karet, batuan dari magma beku, dan plastik.

Terkadang, beberapa zat amorf disalahartikan sebagai zat kristal. Padahal zat kristal memiliki perbedaan yang sangat jelas, yaitu struktur atomnya yang sangat teratur dan terstruktur dalam bentuk tiga dimensi.